Hijau, ingat tidak ketika kita berjalan di pantai Kuta dan kau tak hentinya bercerita tentang penyuluhan go green-mu? Aku memperhatikan setiap gerak yang dilakukan bibirmu. Kau selalu menggigit bibir bawahmu sebelum mengatakan sesuatu. Aku ingat lesung di kiri bawah bibirmu, selalu semakin dalam ketika kau tersenyum. Gigi-gigimu yang runcing dan tajam. Ah, aku ingin lidahku menyentuh gigi-gigi itu. Aku tak akan marah jika kau menggilas bibirku dengan keras. Aku menginginkannya, Hijau.
Aku terbius aroma tubuhmu yang sangat "lelaki". Aku tahu aroma itu keluar melalui pori-pori tubuhmu yang terbanjiri oleh keringat, membuat aroma itu lengket dengan tuannya hingga hidungku dapat menciumnya. Aroma tubuhmu membuatku yakin bahwa aku mencintaimu, Hijau!
Kau tiba-tiba saja berlari, menjauh. Aku memanggil namamu berkali-kali. Hijau! Hijau! Hijau! Aku memanggilmu. Tapi kau tak jua menoleh. Apa? Apa yang sebenarnya terjadi? Ada apa dengan perasaan yang begitu nyata?
Yah, setidaknya saya sudah mencoba membuat sesuatu yang disebut "puisi". Sebelum akhirnya saya tiba-tiba terinspirasi untuk adanya adegan "pembunuhan". Heheh.
0 komentar:
Posting Komentar