Sudah banyak bermunculan slogan "katakan tidak". Contohnya katakan tidak untuk narkoba, katakan tidak untuk freesex, katakan tidak untuk rokok, dan lain sebagainya. Tapi saya mengatakan tidak untuk "menasehati".
Agama saya memang mengharuskan untuk saling mengingatkan terhadap kebaikan. Tapi kali ini, saya tidak tahu mana yang baik dan mana yang tidak. Apakah saya perlu menasehati orang lain atau saya yang perlu dinasehati.
Ada seorang siswa saya yang menurut saya terjerumus untuk fanatik terhadap agamanya. Saya tahu dia adalah penganut baik dari agama itu. Saya dan siswa saya itu menganut agama yang sama. Hanya terkadang pandanganlah yang membuat agama saya itu terlihat banyak dan bermacam-macam. Nah, pandangan itu juga yang membuat saya ragu untuk menasehati siswa saya itu.
Sebagai gurunya, saya ingin sekali pikirannya terbuka dan mengerti tentang kemajemukan, bahwa dia tinggal di negeri bernama Indonesia, bukan negeri dengan satu agama, tapi berbagai agama dengan satu Tuhan. Tapi saya sendiri ragu, apakah saya perlu mengingatkan hal itu ataukah justru saya yang perlu diingatkan untuk membela agama saya?
Saya bukan tipe orang yang suka memperdebatkan masalah agama. Toh semua agama sama saja, satu hal yang membedakannya hanya keyakinan. Toh setelah mati, kita bertemu Tuhan yang sama. Mencari tahu Tuhan mana yang paling benar itu seperti debat kusir. Toh sudah jelas Dia yang menciptakan seluruh agama, Dia juga yang menciptakan berbagai macam keyakinan.
Kenapa Tuhan nyiptain banyak agama kalo Tuhan hanya ingin disembah dengan satu cara?
Anissa di film cin[T]a
Itulah yang membuat saya yakin pada dasarnya semua agama itu menyembah Tuhan yang sama, hanya caranya saja yang berbeda. Sekarang, saya takut untuk menasehati siswa saya itu karena saya takut dianggap mendoktrin atau membuat seseorang menyembah Tuhan dengan "cara saya". Saya sadar, siapa saya? Nabi saja bukan, Rasul pun tidak. Saya tidak diberikan mukjizat apa pun, bahkan satu ayat mukjizat pun tidak. Maka saya tidak berani menasehati. Takut saya sendiri salah. Salah menjawab di mata pelajaran matematika tidak akan sefatal saat salah menjawab masalah agama.
Jadi, sambil saya asyik dengan kebingungan saya. Akhirnya saya putuskan untuk mengatakan tidak pada menasehati. Semua orang boleh punya caranya sendiri untuk berhadapan dengan Tuhannya. Saya pun punya cara sendiri. Jangan karena hanya berbeda pandangan, maka timbul perasaan benci. Bagaimana pun manusia dimata Tuhan sama, yang membedakan hanya keimanannya saja.
0 komentar:
Posting Komentar