BuRam

Siapa yang gak kenal BuRam alias (Buku Ramadhan). Isinya adalah lembar-lembar kosong yang harus diisi sama kuliah subuh, kolom pengerjaan sholat dan ayat yang dibaca. Haha. Terus di bawahnya ada tanda tangan kita, orangtua sama penceramah plus cap masjid.
Saya bukan tipe anak yang bisa disuruh untuk mengerjakan rutinitas yang bukan rutinitas keseharian saya. Seperti contohnya, saya tidak mandi dua kali sehari kalau saya tidak main kotor-kotor, selain malas, alasan lainnya adalah untuk penghematan air. Saya juga jarang menyikat gigi dua kali sehari karena kadang saya lupa atau ingat saat saya sudah terlalu ngantuk untuk menyikat gigi atau kadang karena air di rumah yang terlalu dingin. Sebenarnya hal ini jangan ditiru. Tapi meski pun begitu, saya tahu kebiasaan seperti itu salah. Seharusnya mandi itu dua kali sehari, bahkan di tengah gurun sekali pun harus tetap mandi dua kali sehari. Haha.
Nah, menulis BuRam juga bukan sebuah rutinitas. Entah apa alasan pemerintah (dulu) mewajibkan siswa untuk menulis buku Ramadhan. Mungkin alasannya adalah agar menanamkan akhlaq yang baik untuk siswa muslim. Padahal, justru malah akhlaq yang terbentuk adalah akhlaq tukang tipu, seperti saya. Haha.
Saya menulis ceramah kuliah subuh itu dari kultum yang ada di tv, lima menit sebelum buka puasa karena setelah sholat subuh, saya langsung tidur dan baru bangun jam enam atau setengah tujuh. Lalu untuk bacaan ayat di Qur'an, dari jauh sebelum puasa saya sudah menargetkan membaca minimal 30 ayat dalam sehari, jadi saya tulis di kolom pembacaan qur'an hingga hari terakhir puasa. Lalu ketika puasa dimulai, saya langsung membaca 30 ayat setiap harinya sesuai dengan yang sudah saya tulis. Lama kelamaan, puasa membuat tubuh lemas dan waktu untuk membaca qur'an dipakai untuk tidur. Kan tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah. Haha. Jadilah saya melewatkan jadwal 30 ayat itu. Akhirnya terus menerus hingga ketika dihitung, saya baru membaca sekitar 78 ayat dalam sebulan. Cukup signifikan jika dibandingkan dengan pembacaan qur'an di bulan-bulan biasa.
Nah, kekreatifan saya itu muncul di puasa tahun selanjutnya ketika saya bertemu dengan BuRam lagi, awalnya ceramah yang 5 menit sebelum buka puasa itu kini tidak saya tulis lagi, tapi menggunakan ceramah yang tahun lalu, hanya dirubah letak hari dan tanggalnya saja, copy paste alias copas. Haha.
Itu pun berlanjut hingga tahun selanjutnya dan selanjutnya lagi dan lagi dan lagi hingga akhirnya saya di SMA tidak harus menulis BuRam tapi harus ikut pesantren kilat selama 2 minggu. Dan saya belum pernah menipu di pesantren kilat selama 2 minggu itu. Saya mengikuti rangkaian acara, dari sholat dhuha, sholat berjamaah, sholat sunnat rawatib, hingga membaca qur'an bersama, lalu ikut thausiyah dan selama itu saya jujur. Pulang ke rumah setengah jam sebelum berbuka dan saya menghabiskan waktu setengah jam itu untuk membaca qur'an.
Bahkan di SMA itu saya ikut nuzulul qur'an. Halah, jelas sepertinya Tuhan tidak merestui tindakan penipuan saya. Tapi, cukuplah yang seperti itu dijadikan pelajaran. Lalu setelah lulus SMA, saya menikmati mendengaran ceramah subuh sambil menunggu adzan subuh atau mendengarkannya di radio sambil membereskan buku-buku untuk pergi ke kampus. Hahaha...

0 komentar:

Posting Komentar