logam mulia

Aku tidak pandai berpuisi. Aku juga tidak bisa merangkai kata dengan cukup jelas saat logam mulia itu perlahan-lahan masuk ke jari manisku. Entah kenapa yang kuingat saat itu hanyalah tawa. Padahal tak ada sesuatu yang lucu. Tak lelucon yang dilemparkan Furkon untukku. Tapi rasanya geli saja saat Furkon memasangkan logam itu di jari manisku. Tawaku meledak saat mengetahui bahwa cincinnya longgar sedikit. Tapi aku segera menghentikan tawaku karena aku tahu Furkon kecewa. Aku tahu dia kecewa karena aku mungkin lebih kurus dari ingatannya. Haha.
Furkon sudah mendamba-dambakan momen itu sejak 6 bulan lalu. Dia bercita-cita untuk membuat kejutan untukku. Muncul di depan rumahku, berlutut sambil menyodorkan logam mulia itu plus tempatnya. Sayangnya Furkon memang bukan tipe orang yang bisa membuat kejutan-kejutan. Mungkin kesalahan itu ada padaku juga. Aku tidak pernah bisa berpura-pura bodoh dan pura-pura tidak tahu di depan Furkon, padahal jelas aku tahu segalanya. Haha. Jadi saat Furkon sedang mencoba serius dalam bicara, aku terus menerus menahan tawa hingga membuat konsentrasi Furkon untuk serius buyar.
Logam itu terasa berat sekali di jariku. Mungkin sekitar 2-3 kali lipat dari logam yang biasa kupakai di jariku. Tiba-tiba saja ada perasaan sayang. Aku bukan orang yang apik, bukan orang yang cermat. Kadang aku kehilangan pulpen yang jelas-jelas kuselipkan di jari jemariku. Kadang aku tidak melihat ada orang yang menyapaku di jalan karena aku terlalu terfokus pada jalanan. Aku takut menghilangkan cincin berharga dari Furkon itu.
Karena aku tahu Furkon membelinya dengan keringat. Aku tahu Furkon membelinya dengan mengorbankan jam tidurnya. Jadi, apakah aku bisa menjaga sesuatu yang begitu berharga? Setelah cincin itu terpasang di jari manisku, aku merasa setiap orang yang kutemui pasti memandangi cincin itu. Dan jujur saja aku takut ada yang mengambilnya. Aku tidak mau cincin itu hilang. Aku tidak mau...
Jadi, aku simpan saja di kamar. Tapi, Furkon marah. Dia bilang lebih baik dia melihatnya hilang saat sedang dipakai olehku dari pada hilang dari pandangannya karena aku enggan memakainya. Lalu Furkon mulai merendahkan diri dan cincinnya, dia mulai meracau tentang harganya yang tak seberapa, modelnya yang biasa saja, warnanya yang salah, ukurannya yang tidak pas dan kegagalannya untuk membuat kejutan untukku. Jadi aku memakai cincin itu lagi, kupakai di jari tengahku bersama dengan cincinku yang lain. Tapi Furkon tetap ingin di jari manisku.
Entah sudah berapa kali aku dan Furkon membahas tentang keberadaan cincin itu. Aku masih menyimpan banyak tawa. Haha. Nanti saja kuceritakan lagi. Ah logam mulia, ada saja masalah yang kau bawa...

0 komentar:

Posting Komentar