Aku selalu berandai-andai. Bagaimana jika aku terlahir sebagai seorang pria. Lalu hidupku yang penuh larangan ini dan itu berubah menjadi kehidupan yang bebas dan menyenangkan. Bagaimana rasanya?
Selama ini aku sudah muak menjadi wanita. Dunia yang penuh dengan high heels dan bedak. Dunia yang penuh dengan rumpi dan gencet-gencetan. Selalu saja harus bersikap manis ketika bertemu sesama wanita. Aku tidak bisa bilang maneh dan anjing sesuka hatiku. Padahal, dua kata itu adalah dua kata yang selalu aku pikirkan ketika aku bicara pada sesama wanita, terlebih pada mereka yang tidak kusukai. Aku ingin memanggil mereka bebel atau goblog, sesuai dengan watak mereka. Sungguh.
Aku punya banyak teman pria, mereka semua baik dan aku suka kehidupan mereka. Tak ada yang mengeluh jika mereka berbagi secangkir kopi tanpa sikat gigi atau cuci muka dahulu. Juga tidak ada yang protes meski pun mereka tak mengganti pakaian berhari-hari. Dan panggilan maneh dan anjing itu seperti panggilan kesayangan pada sesama mereka.
Wanita itu bergerak dalam kata, tapi para pria bergerak dalam sikap. Mereka tak segan untuk mengepalkan tinju dan menonjok siapa saja yang berani mengganggu temannya, tak peduli temannya itu salah atau benar. Sedangkan wanita, mereka bertele-tele dalam kata, tindakan mereka nol. Dan memang wanita diciptakan untuk menjadi calon ibu yang cerewet.
Teman wanita yang benar-benar ada di sampingku untuk membimbingku, di depan untuk menunjukan arah yang baik dan di belakang sebagai pemberi tahu yang salah dan benar bagiku masih bisa dihitung dengan jari. Kemana wanita yang lain di dunia ini? Entahlah, mereka dengan dunianya, mungkin, dengan high heels dan etude-nya.
Kelaminku membatasi langkahku. Aku sering berandai-andai, bagaimana jika aku adalah seorang pria, apakah aku akan jadi best friend Furkon? Ataukah justru aku harus menjadi saksi bisu ketika Furkon justru mencintai gadis lain karena aku tidak terlahir sebagai wanita di hidupnya? *ceurik ngagogosok taneuh*
Yah, meski pun aku tetap seorang wanita dengan segalal keterbatasanku dan segala kekuranganku, jika harus kehilangan detik-detik berharga bersama keluargaku dan Furkon, aku tidak rela juga. Aku tidak mau ada gadis yang menggantikan aku di hati keluargaku dan Furkonku.
Biarlah gigi seriku ini menghalangi kata maneh dan anjing untuk para wanita yang tidak kusukai itu. Asalkan Furkon dan keluargaku tetap menjadi milikku seorang. Toh aku hidup bersama mereka yang kucintai, tidak dengan mereka yang membenciku.
Amin.
0 komentar:
Posting Komentar