"Urang nyesel nyarita ka kamu."
Aku sungguh berpikir bahwa, kau adalah si orang lain, yang satu-satunya, mau, bisa dan akan selalu; nya-man bersamaku.
"Urang nyesel nyarita ka kamu."
Hingga sebuah godam yang sangat-sangat-sangat besar menghantam dadaku. Lalu yang kurasakan adalah aku jatuh.
Aku percaya ada waktu bahagia untuk kita. Akan ada pelangi setelah petir dan badai, dan aku tidak butuh cetar membahana untuk mempercayai itu semua.
A-kan-a-da-su-a-tu-sa-at-nan-ti.
Tapi.
"Urang NYESEL nyarita ka kamu."
Kau minta sabar, aku beri. Kau minta mengerti, aku beri. Kau minta jantung pun aku beri. Ya, seperti katamu, meski pun tidak bisa kuberikan dengan tanganku sendiri. Tapi nyawa itu bukan ada di jantung.
Dan aku kehilangan nyawaku.
0 komentar:
Posting Komentar