ONE MORE TIME

ONE MORE TIME
Created by : Luckythaocta
Finished at October 8th, 2008




“Kata-kata itu terlalu lama tersimpan. Saat kau menanyakannya, akupun lupa bagaimana cara mengungkapkannya. Kata-kata itu telah menjadi novel dan aku mash belum sanggup mengatakannya…”



???

Hai, namaku Vashty Santika, aku Danton Terbaik di sejarah Paskibra SMA Negeri 73 Bandung. Di paskibra sendiri aku menjabat sebagai seksi Lapangan, tukang ngomandoin pasukan, jadi… inilah aku, Vashty Sang Danton.
Aku suka banget sama Kimia, kalo ngomongin tentang Kimia, otak aku yang asalnya mentok jadi encer kayak air. Aku juga banyak menangin lomba olimpiade Kimia, aku emang engga pinter di semua pelajaran, aku Cuma pinter di beberapa pelajaran aja.
“Pasukan pengibar bendera memasuki lapangan upacara.” Kata Protokol dengan keras. Aku menyiapkan pasukanku dengan suaraku yang lantang.
“Siiaaaaappp Grrraaaakkkk…. !!!” Kataku, tak lama kemudian suara tepuk tangan bergemuruh tiada henti saat aku dan pasukanku memasuki lapangan. “Hadap kanan henti, grak !”
“Kami perkenalkan, anggota paskibra SMA Negeri 73 Bandung yang di lomba kemarin memenangkan juara 1 se-Jawa Barat dan Banten.” Kata Kepala Sekolahku, dari nada bicaranya aku merasakan dia bangga sangat kepada paskibraku. “Silahkan, anak-anakku, Paskibra 73 ini akan nge-demo-in formasi mereka kemaren.”
Aku menghirup nafas panjang untuk memulai aba-abaku dan aku memulai ngomandoin pasukanku. Entah kenapa aku ngerasa kalo pasukanku hari ini keliatan lebih bagus 200 % dari pada hari kemaren. Bahu mereka bahkan engga berguncang waktu jalan ditempat, tempo mereka semua sama, ayunan tangan, hentakan kaki, semuanya kompak.
“Lapor, demo paskibra 73 telah selesai dilaksanakan, laporan selesai.” Kataku dengan suara lantang. Acara selanjutnya setelah demo adalah pemberian medali penghargaan dan sertifikat dari kepala sekolahku.
“Paskibra SMA 73 ini sungguh membanggakan, setiap tahun selalu ada bibit unggul baru yang terus memajukan SMA 73. Seharusnya prestasi ini juga diikuti oleh organisasi lainnya, semoga prestasi Paskibra SMA 73 ini bisa diikutin sama PMR, PKS, Pramuka, IKRIMA, 73 SC, dan tim-tim olahraga lainnya.”
Upacara hari senin yang selalu membanggakan ini berakhir, ini lombaku yang ke-17. Rencananya bulan Agustus, tepat disaat aku kelas 3 aku akan mengikuti lomba yang ke-18 dan yang terakhir.
“Seneng kan, kalo dibangga-banggain kayak tadi ?” Tegur Rendra. Dia menatapku dengan sinis.
“Emangnya kenapa ? Salah ?”
“Dasar sombong !” Kata Rendra sambil keluar dari ruangan paskibra. Aku hanya mengerutkan keningku sambil membereskan pernak-pernik paskibra-ku. Emblem-emblemnya kusimpan dengan rapi di kotak perhiasan khusus emblem paskibra.
“Asti !” Panggil kepala sekolahku dari dalam kantornya. Oh ya, aku lupa belum ngenalin nama pendek aku, nama aku Vashty, biar engga ribet nyembur hujan lokal dipanggilnya Asti.
“Ya Pak ?”
“Sini, Bapak mau bicara dulu sama kamu.”
“Ya ?”
“Rika, Septa, Ridwan sama Dwi, kan masuk ke paskibraka kabupaten Bandung, kok kamu engga ?”
“Oh, masalah itu pak, aku engga masuk soalnya aku kurang tinggi. Tinggi aku Cuma 158 cm, sedangkan paskibraka itu cewek minimal 160 cm. Jadi aku engga masuk.”
“Kamu pengibaran 17 Agustus dimana ?”
“Aku… engga akan ikut pengibaran 17 Agustus, aku mau ngelatih anggota paskibraku yang mau lomba buat akhir-akhir bulan Agustus untuk lomba di Sirata.”
“Lomba lagi ?”
“Iya, itu lomba yang ke-18 untuk paskibra 73.”
“Budget-nya ?”
“Saya engga tau, bapak tanyain aja sama Riki, dia kan ketua Paskibra 73, saya Cuma danton dan seksi lapangan doang.”
“Besok kamu ikut olimpiade kimia ?”
“Iya, di Jakarta.”
“Bapak tunggu piala yang akan kamu bawa. Disini bapak siapin medalinya.”
“Makasih Pak. Saya ke kelas dulu ya, pelajarannya udah mau mulai.” Kataku sambil mencium tangan kepala sekolahku.
Aku berjalan sendiri ke kelasku yang ada dilantai 3, rasanya otot kakiku udah kram, aku baru tau kalo ternyata naik kelantai 3 itu sejauh ini. Biasanya aku latihan di lantai 4 engga pernah kerasa cape, mungkin gara-gara ini mau pelajarannya Bu Erwita, Guru Bahasa Inggrisku yang nyebelin. Untung aja aku udah ngerjain tugasnya, jadi aku santai engga akan diintrogasi pake bahasa Inggris soalnya bahasa Inggris aku payah banget.
“Excuse me, may I come in ? ” Tanyaku sambil membuka pintu ruangan kelasku. Didalem Bu Erwita lagi nulis.
“No.”
“Oh Shit ! ” Kataku dengan pelan.
“What did you say ? ”
“What ?”
“Why do you say that ? ”
“Say apa Bu ?” Tanyaku. Kelasku langsung menertawaiku. Aku tau bahasa Inggris aku kacau banget, tapi aku engga nyangka kalo aku bakalan ditanya vocabularry yang susah-susah.
“What is Say apa ?”
“Apa sih Bu, engga ngerti…” Tanyaku lagi. Teman-temanku semakin ngetawain aku dengan puas dan leluasa.
“Oh please Vashty, why you came late to my class ? What ? You don’t like me ? ”
“Sorry Mum, I engga understand sama what you talk.” Kataku. Aku lebih milih engga pake Verb-verb yang aneh-aneh dan engga aku ngerti, soalnya kemaren ini Bu Erwita ngebahas Verb waktu aku ngasih alesan pake kata kerja yang salah.
“I’ll give you F in your score, Why didn’t you talk with english everyday so it can make you talk easier… ”
“No idea mum.” Kataku. Kata-kata itu adalah kata-kata yang paling bisa aku inget di pelajaran Bu Erwita, yang lainnya nol.
“Vashty ! Please god, you may need much mirackle to speak with english. ”
“I’m sorry, I engga ngerti.”
“Sit down please. ” Kata Bu Erwita sambil mulai menulis lagi. Akhirnya aku dikeluarin dari kelas, aku menutup pintu kelasku dan berjalan ke arah perpustakaan.
“Vashty, where are you going ? ”
“Doing jalan mum.”
“Not Doing but Going. ”
“Aduh Mum, aku engga ngerti ! Ngomong apaan sih ?” Tanyaku dengan keringat membasahi keningku.
“Masuk ke kelas.” Kata Bu Erwita. Anak kelas sebelah ngetawain aku engga kalah keras sama kelasku.
Aku duduk dibangkuku, disebelahku duduk Lestari, dia lagi asyik ngegambar. Aku menghela nafas panjang, rasanya aku baru aja lepas dari cengkraman Cheetah yang siap menerkamku dan membuatku mati ditempat, ya setidaknya itu yang aku pikirin sebelum…
“Vashty, ke depan, kerjain soal yang baru ibu tulis.”
“Sekarang ?”
“Ya iyalah !” Kata Bu Erwita. Tuh kan bener, baru aja aku kabur dari cheetah sekarang aku harus masuk ke pasir hisap.
“Ya Bu.” Kataku sambil membawa buku paketku dan maju ke depan. “Hmm…” Kataku dengan nada orang jenius lagi mau mecahin masalah, padahal sambil berdehem aku ngelirik Bu Erwita, apa dia lagi ngeliatin apa engga. Ternyata Bu Erwita lagi ngobrol asyik berdua sama Rendra.
“Pssstt… Ti ! Nomer satu jawabannya does, nulisnya d-o-e-s.” Kata Lestari. “Nomer dua jawabannya buying, nulisnya b-u-y-i-n-g.”
“Haduh, makasih ya !” Kataku. “Bu, saya udah ngerjain 2 nomer, berapa banyak soal yang harus saya kerjain ?”
“Kok cepet banget sih.” Gerutu Bu Erwita. Aku kesel, emangnya dia ngarepin selama dua jam pelajaran ini aku berdiri didepan kelas sambil terus berdehem tanpa ada jawaban sedikitpun melayang diotakku ?
“Saya kan udah belajar Bu.” Kataku sambil tersenyum. Padahal dalam hati aku udah enek banget, masa sih Bu Erwita ngecengin Rendra ? Gatel banget sih !
“Jawaban nomer 2 salah. Perbaiki.” Kata Bu Erwita sambil menandai kata-kata yang salah.
“Gimana kalo saya dibantu Rendra, Bu. Kan Rendra pinter abis…” Kataku. Aku emang sengaja, bukan Cuma gara-gara aku engga tau jawabannya, tapi aku engga suka liat cewek-cewek ngedeketin Rendra ! Rendra kan orangnya payah abis, udah gitu sombong, nyebelin, dan sok tau !
“Kamu mau bantuin Vashty, Rendra ?”
“Boleh Bu.” Kata Rendra sambil maju ke depan. Sekarang Rendra berdiri disebelahku, menatapku dengan tajam. “Ngapain lu ngajak-ngajak gue ke masalah elo segala.”
“Bukannya makasih gara-gara aku jauhin dari nenek sihir, malah marah-marah, apa jangan-jangan RENDRA SUKA DAUN TUA ???” Tanyaku sambil tersenyum kecil. Rendra menginjak kakiku dengan keras, aku engga berani teriak walaupun sakit banget rasanya.
“Makan tuh daun kaki gue !” Kata Rendra sambil menuliskan jawaban di papan tulis.
“Nah, jawabannya bener ! Bought ! Rendra emang pinter, kamu the best deh… Ibu pasti ngasih kamu nilai A+++ untuk murid sejenius kamu.” Kata Bu Erwita.
“Bilang makasih ke aku.” Kata Rendra. Aku meliriknya dengan sebelah mata. “Cepetan, mau aku laporin kalo kamu bilang daun tua ke Bu Ita ?”
Bu Ita ? SKSD Palapa banget nih anak manggil ke guru yang umurnya sekitar sepuluh taun diatas dia dengan nama panggilannya.
“Aku engga takut.” Kataku nantangin Rendra. “Laporin aja, paling Bu Erwita yang dipindahin, engga mungkin aset berharga sekolah kita, yaitu aku diomelin.”
“Kamu Cuma dapetin prestasi biasa !”
“Oh ya ? Kamu lupa gimana cara anak-anak paskibra se-Bandung Raya muji aku ?”
“Terserah.” Kata Rendra sambil duduk dibangkunya lagi. Aku juga duduk dibangkuku yang kebetulan sebelahan sama bangkunya Rendra.
“Nih, dari Rendra.” Kata Lestari. “Kalian… kayak yang saling suka, kok bertengkar ajah.”
“Engga kok, kita saingan doang.” Kataku sambil mengambil kertas ditangan Lestari dan ngebaca kertas itu.

Harusnya kamu nyadar kalo pujian mereka itu sebenernya hinaan buat kamu…
“Danton terbaik se-Jawa Barat dan Banten, keras suara dan kelantangannya ngalahin suara danton cowok yang pernah ada.”
Cewek engga punya suara kayak kamu, aku jadi penasaran, kamu tuh cewek apa cowok sih ?!

“Kurang ajar !” Kataku sambil mengepalkan tangan kananku dan memukulnya ke tangan kiriku. Rendra yang ngeliat kekeselan aku malah senyum seneng.
“Emangnya enak.” Bisik Rendra sambil mengolok-olokku. Aku makin kesel sama Rendra, dari kelas X dia selalu ngegangguin aku aja. Maunya dia apa sih ? Awas kalo sampe dia kalah di olimpiade matematika besok, mau aku ketawain sampe nangis !

0 komentar:

Posting Komentar