kamu


Lukita, Kikindeuwan-ku...
Kamu;
Bukan sebuah telaga di hamparan tandus gurun pasir.  Bukan sepenggal bulan di sepertiga malam. Bukan bunga anggrek yang menempel di salah satu pohon dalam perjalanan kita ke curug sabuk. Bukan pula lagu seindah beyond comma and despair dari Burgerkill.
Kamu yang tak lagi kusebut 'kau'. Kamu yang berdzikir di dadaku melebihi Tuhanku, Amin. Kamu yang kuamini namanya setiap kali jantungku berdetak menyebut namamu.
Kamu, Kikindeuwan-ku, yang berani kusumpah aku mencintaimu melalui nama Ibuku. Ibu yang aku sayangi dan tak pernah sekali pun kuhardik Ia. Aku bersumpah aku menyayangimu dengan nama Ibuku. Aku tak pernah bermain-main dalam bersumpah, terlebih jika nama Ibuku yang kusebut.

Kikindeuwan-ku, aku menawarkan agar aku lompat dari Monas agar kamu mau percaya bahwa aku sungguh mencintaimu. Kamu tertawa sambil berkata, "kalau kamu mati, aku cari yang lain". Tidak, aku tidak mau kamu mencari yang lain. Aku mau aku yang menjadi pria yang mendampingimu. Tidak sampai di gerbang pernikahan lalu memiliki anak. Aku ingin kita terus bersama.
Aku tahu kamu selalu bilang, "lebih baik di neraka, nanti bisa ajojing sama Rihana". Aku pun ikut pergi ke neraka jika kamu lebih memilih di neraka, sayang.
Kamu boleh menyodorkan wanita mana pun untuk menggantikanmu. Tapi kalau bukan kamu, aku lebih memilih jalan cepat bertemu Tuhan. Aku lebih baik mati.
Dalam beberapa bulan ini, entah sudah berapa kali aku berusaha memotong urat nadiku agar kamu mau percaya pada keseriusanku. Entah sudah berapa kali aku menangis memohon padamu agar kamu jangan pernah meninggalkanku.
Pada wanita lain, aku tak pernah selemah ini, sayang. Mereka aku biarkan pergi jika mereka ingin pergi. Tapi aku tidak mau. Aku tidak mau kamu pergi.

Hey, Lukita-ku. Kamu milikku sampai kapan pun. Aku takkan rela membiarkan pria lain memilikimu. Tidak satu centi pun. Bersabarlah, sayang, itu yang kupinta darimu. Aku merantau sejauh ini, bukan untuk siapa-siapa, untukmu seorang.
Maka bersabarlah, sayang, meskipun aku tahu kamu selalu sabar. Sabarlah. Aku pasti akan datang kembali untuk menjadikan hubungan ini tak sekedar legal di hadapan kedua orang tuamu. Tapi juga di hadapan negara dan Tuhan.
Kemana pun kamu ingin pergi, pasti aku temani. Bersabarlah, jangan pergi kemana pun tanpa aku di sisimu. Apa pun yang kamu inginkan, aku pasti akan berikan. Meski pun aku tak bisa memberikannya langsung, aku akan berusaha sekuat tenaga.
Jadi, bersabarlah. Kamu bukan bintang, bulan, puisi atau pun isi dari gombalan-gombalan jujurku. Kamu adalah kamu. Aku mencintaimu karena kamu, bukan karena yang lain.

Jangan membuang waktu untuk memikirkan manusia-manusia lain yang tak memikirkan kita, sayang. Aku hidup hanya untukmu. Aku hidup saat bertemu denganmu, saat bersamamu. Selebihnya, aku hanya bermimpi. Kamu nyata. Aku pun berharap tak ada lagi ragu dalam hatimu. Sebentar lagi aku akan pulang, nanti kamu bisa lihat sendiri. Siapa yang benar tentang taruhan bahwa aku hanya mempermainkamu saja.
Biarkan orang lain bicara. Aku milikmu. Hidup dan matiku ada padamu, Ta.

0 komentar:

Posting Komentar