kata bebas

aku iri melihatmu, bukan karena fisikmu, bukan karena kepandaianmu. Tapi aku iri karena kau bisa berkata sesuai dengan apa yang ingin kau pikirkan. Aku merasa diriku malang, karena setiap kali aku ingin bicara, aku lebih banyak meredamnya, menahannya dalam dadaku dan mencerna kata-kata itu menjadi kata-kata manis yang seolah menyejukan hati padahal aku menjerit kesakitan karenanya.
Aku menutup mataku, membayangkan kau duduk diatas rerumputan di sebuah padang rumput, hanya ada kau, kopi, kertas-kertas dan tulisanmu, menatap langit yang teduh setiap hari dan kau dengan asyik menceritakan apa yang kau rasakan tanpa harus takut pada apapun. Aku iri padamu, mengapa Tuhan tak berikan keberanian seperti yang dia berikan padamu?
Apakah karena aku adalah seorang perempuan, maka aku harus menahan diriku untuk berkata-kata? Apakah karena aku bukan ahli menguntai kata sehingga aku harus berhati-hati dalam menggunakan kata?

Aku iri membaca semua tulisanmu, aku iri membaca kata-kata hitam diatas putih itu, itu hatimu, kau mencetak otakmu didalamnya, semua perasaanmu kau tuangkan di kata-kata itu, dan saat membacanya, aku merasa iri sekali...
aku tak perlu membayangkan apa diriku dalam imajinasiku, karena didunia nyatapun aku bukan siapa-siapa. Aku tak bisa sepertimu, aku tak bisa menjadi penyair bebas yang berkelana kepenjuru dunia. Kakiku terantai dan di bahuku dijejalkan ribuan ton beban, hingga aku tak sanggup bernafas dan berlari kearah yang kuinginkan. Jadi ya aku diam saja disini, tetap menulis dan menceritakan apa yang kurasakan dengan kata yang kuhaluskan jutaan kali sebelum akhirnya ada seseorang yang membacanya.

Aku ingin menjadi warna biru di langit yang mencerahkannya, menceritakan betapa birunya langit, jikapun aku tak bisa menjadi si langit, tapi perbolehkan aku menjadi warna biru diatas buku gambar yang melambangkan apa yang langit beritakan. Aku ingin menjadi warna merah di darah yang tertumpah, jika aku tak bisa menjadi si pencerita darah tertumpah dengan dendamnya, biarkan aku menjadi sebuah foto terabadikan selamanya yang akan terus bercerita tentang kekejaman yang tersirat didalamnya. Aku ingin menjadi semua hal yang bisa terus bercerita, aku ingin menjadi apapun yang bisa menceritakan...
tapi mengapa aku tak bisa? mengapa aku hanya menjadi sinar senter yang menunjukan warna biru di sebuah buku gambar dalam gelap? mengapa aku hanya bisa menjadi judul sebuah berita pertumpahan darah?

aku iri padamu... mengapa saat kau bercerita, semua orang mendengarkanmu padahal kau menggunakan kata-kata yang begitu kasar?
aku iri padamu... ajari aku, bagaimana caranya untuk didengar? bagaimana caranya menjadi bebas? bagaimana mencetak kata-kata yang kusuka?



23 agustus 2010

0 komentar:

Posting Komentar