---beberapa hari sebelum 17 agustus, aku mendapat sebuah pesan yang isinya adalah pemberitahuan untuk adanya rapat organisasi pada tanggal 17 agustus, aku mengerutkan keningku, bukankah 17 agustus itu harusnya diperingati dengan mengikuti upacara bendera atau menonton pengibaran bendera? seperti itulah pemikiranku, mungkin karena sejak dulu, setiap tahunnya aku pasti melihat pengibaran tanggal 17 agustus, mengikutinya atau menjadi pasukan pengibarnya pada tahun 2006.
Saat itu aku memberitahukan keabsenanku untuk rapat itu, orang yang mengirimi pesan itu kemudian membalas, memberitahukanku bahwa rapat akan terjadi sore hari, aku lagi-lagi mengerutkan keningku, bagaimana mungkin akan ada rapat sore hari ketika bendera merah putih itu diturunkan? kemudian aku tercengang saat si pengirim pesan berkata, "Emangnya wajib yah ikut acara pengibaran sama penurunan?"
Aku memaklumi basic organisasinya yang bukan berasal dari paskibra, tapi bukankah dia adalah bangsa Indonesia juga? Bagaimana sebuah bangsa akan maju jika salah satu pasukan mudanya ga bisa ngehargain makna dari 17 agustus? Jangan memikirkan tingkat korupsi tahun ini, jangan juga berpikir tentang krisis ekonomi di negara ini, jangan terus memikirkan si teroris yang berkeliaran di negeri ini... hari ini, 17 agustus, dan hari ini adalah hari mengenang 65 tahun lalu Indonesia dengan tertatih mengumbarakan kemerdekaannya...
Aku tak begitu peduli tentang krisis ekonomi yang terjadi sekarang, aku juga tak peduli dengan para koruptor yang tak tahu diri itu, dan terlebih lagi aku tak peduli dengan teroris yang suka cari perhatian itu. Semua itu tak mengurangi rasa banggaku pada Indonesia, karena bagiku, yang salah bukanlah sebuah negara, tapi orang-orang di dalam negara itu...
Seharusnya semua orang bisa merubah kata, "Indonesia mah banyak koruptor!" menjadi "Orang Indonesia mah banyak yang jadi koruptor", jangan terus menyalahkan sebuah negara, menjadikan sebuah nama menjadi tumbal segala kesalahan.
Menurutku, begitu percuma seseorang taat pada agama yang dianutnya tapi dia tak bisa menciptakan kecintaan pada tanah yang dipijaknya, langit yang menaungi kepalanya, hujan yang dia minum airnya dan makanan yang dia makan dari tanah Indonesia.
Aku hanyalah satu dari ribuan orang yang masih memikirkan tentang makna 17 agustus, aku hanya ingin meracuni pikiran pembaca, dengan mengingatkan kembali tentang simbol kemerdekaan kita, lagu Indonesia Raya, bendera Sang Saka Merah Putih, Pengibaran di tanggal 17 Agustus dan Pasukan Pengibar Bendera...
"Memangnya wajib yah ikutan acara pengibaran sama penurunan?"
Wajib, itulah jawabku. Dan untuk apa negara menjadikan 17 Agustus menjadi tanggal merah jika masih saja ada orang yang membuat acara sendiri di tanggal itu, terlebih lagi aku kecewa ketika organisasi yang mengajakku untuk ikut rapat itu adalah organisasi perkumpulan mahasiswa tingkat nasional, mahasiswanya aja udah ga peduli sama makna ulang tahun negaranya sendiri, ngapain pake acara ngedemo ketika ada kebijakan baru untuk negara? bukankah anda saja sudah tidak peduli???
Saat itu aku memberitahukan keabsenanku untuk rapat itu, orang yang mengirimi pesan itu kemudian membalas, memberitahukanku bahwa rapat akan terjadi sore hari, aku lagi-lagi mengerutkan keningku, bagaimana mungkin akan ada rapat sore hari ketika bendera merah putih itu diturunkan? kemudian aku tercengang saat si pengirim pesan berkata, "Emangnya wajib yah ikut acara pengibaran sama penurunan?"
Aku memaklumi basic organisasinya yang bukan berasal dari paskibra, tapi bukankah dia adalah bangsa Indonesia juga? Bagaimana sebuah bangsa akan maju jika salah satu pasukan mudanya ga bisa ngehargain makna dari 17 agustus? Jangan memikirkan tingkat korupsi tahun ini, jangan juga berpikir tentang krisis ekonomi di negara ini, jangan terus memikirkan si teroris yang berkeliaran di negeri ini... hari ini, 17 agustus, dan hari ini adalah hari mengenang 65 tahun lalu Indonesia dengan tertatih mengumbarakan kemerdekaannya...
Aku tak begitu peduli tentang krisis ekonomi yang terjadi sekarang, aku juga tak peduli dengan para koruptor yang tak tahu diri itu, dan terlebih lagi aku tak peduli dengan teroris yang suka cari perhatian itu. Semua itu tak mengurangi rasa banggaku pada Indonesia, karena bagiku, yang salah bukanlah sebuah negara, tapi orang-orang di dalam negara itu...
Seharusnya semua orang bisa merubah kata, "Indonesia mah banyak koruptor!" menjadi "Orang Indonesia mah banyak yang jadi koruptor", jangan terus menyalahkan sebuah negara, menjadikan sebuah nama menjadi tumbal segala kesalahan.
Menurutku, begitu percuma seseorang taat pada agama yang dianutnya tapi dia tak bisa menciptakan kecintaan pada tanah yang dipijaknya, langit yang menaungi kepalanya, hujan yang dia minum airnya dan makanan yang dia makan dari tanah Indonesia.
Aku hanyalah satu dari ribuan orang yang masih memikirkan tentang makna 17 agustus, aku hanya ingin meracuni pikiran pembaca, dengan mengingatkan kembali tentang simbol kemerdekaan kita, lagu Indonesia Raya, bendera Sang Saka Merah Putih, Pengibaran di tanggal 17 Agustus dan Pasukan Pengibar Bendera...
"Memangnya wajib yah ikutan acara pengibaran sama penurunan?"
Wajib, itulah jawabku. Dan untuk apa negara menjadikan 17 Agustus menjadi tanggal merah jika masih saja ada orang yang membuat acara sendiri di tanggal itu, terlebih lagi aku kecewa ketika organisasi yang mengajakku untuk ikut rapat itu adalah organisasi perkumpulan mahasiswa tingkat nasional, mahasiswanya aja udah ga peduli sama makna ulang tahun negaranya sendiri, ngapain pake acara ngedemo ketika ada kebijakan baru untuk negara? bukankah anda saja sudah tidak peduli???
luckythaocta, 18 agustus 2010
untuk Indonesia...
untuk Indonesia...
0 komentar:
Posting Komentar