Jam Terbang


Kita ketemu ya besok, ada hal yang perlu kita obrolin.

Apa?

Aku butuh tau hal yang benernya.

Oke.

dan semalaman itu, saya menunggu datangnya pagi yang bergerak begitu lambat. Heran, kenapa malam seolah enggan lewat ketika saya sudah tidak sabar menunggu esok. Kemudian bergerak sangat cepat ketika saya butuh banyak istirahat malam.
hari yang saya tunggu tiba. Dan dia tepat berada di tempat janjian kami. Tersenyum melambaikan tangan agar saya tau pasti dia ada di sana.

Udah makan?

Udah.

Minum?

Udah.

Apa dong yang belum?

Nuntasin penasaran aku. Kamu mau tanya apa sih sebenernya?


Saat itu, bibirmu membentuk lengkung, membuat semburat senyum dan saya tau, saya habis dikerjai oleh rasa penasaran saya sendiri. Apa? Apa? Saya memburumu dengan pertanyaan.

Ngelurusin persepsi aja. Aku sayang sama kamu, dan kita bersahabat baik selama ini. Ya meskipun kita emang ga intens curhat tentang segala hal dikarenakan, satu: kamu udah punya pacar; dua: kita emang ga pernah curhat masalah ga penting. 

Terus?

Kamu udah ngelakuin kesalahan apa?

Banyak. Saya sendiri lupa berapa banyaknya.

Yang paling gede apa?

Yang paling gede ga berhubungan sama kamu atau orang-orang di sekitar saya. Itu masalah personal yang bahkan Tuhan pun kalo nggak ngintip langsung dalam hati saya, maka Ia ga bakalan tau.

Oke, ada masalah yang berhubungan sama manusia?

To the point aja, kamu pengen ngelurusin persepsi atau pengen tau semua masalah saya? Kalo dijabarin, kamu bakal keilangan jadwal masuk kuliah kamu.

Apa bener kamu... 

Dia menulis dengan cepat di selembar kertas yang baru saya sadari sudah dia siapkan bahkan sebelum saya datang. Kemudian dia menutupi seluruh hasil tulisannya. Menatap saya, menunggu reaksi yang muncul karena saya sempat mengintip dia menulis kata 'marah', 'meninggalkan' dan 'gunung'. Dia membenarkan letak duduknya lalu mendekatkan tubuhnya ke arah meja, menggeser kertas itu perlahan ke arah saya. Saya cepat menyentuh punggung tangannya agar dia berhenti menggeser kertas itu. Kemudian saya tersenyum, akhirnya rasa penasaran saya tuntas.

Saya menyayangi kamu juga. Rasa sayang saya, bukan hanya ketika melihat kamu tersenyum atau membuat saya senang saja. Saya sayang sama kamu, tetap, meski pun kamu tiba-tiba berubah marah, menyebalkan bahkan kamu sering nggak bales sms dengan alasan ga punya pulsa. Saya tetap sayang sama kamu. Saya memang tidak bisa mengharapkan kamu akan sayang sama saya ketika saya marah atau ketika saya menyebalkan. Tapi, saya adalah saya yang kamu liat di hari pertama kali kita ketemu. Ketika perbedaannya hanya saya bisa mengucapkan ratusan kata dalam 5 menit dan dulu hanya 10 kata dalam setengah jam, anggaplah saya memang sedang tidak mood untuk bicara banyak-banyak.

Aku tau, kamu memang bukan orang yang kayak gitu. Jadi, alasannya apa?

Kamu pernah denger saya mengeluhkan rasa sakit nggak?

Aku mengerti.

Saya bersahabat dengan kamu, di awal pertemuan, saya tidak mengharapkan untuk jadi sahabat kamu. Saya hanya berusaha menjadi orang yang baik untuk kamu tapi tetap jadi diri sendiri. Saya menghormati keputusanmu untuk menjadi orang yang super annoying, dan kamu pun menghormati keputusan saya untuk menjadi orang yang diam. Selesai. Itu jawaban saya untuk segala persepsi orang yang mengganggu pikiran kamu. Ketika saya dinilai tidak cukup baik untuk orang lain, pikirin aja sama kamu, kemungkinan kejahatan yang jauh lebih besar yang bisa saya lakukan tapi nggak saya lakukan.

Yes, itu baru sahabat aku. Udah ini mau kemana?

Nonton gratis yuk di GIM?

Emang ada?

Ada.

Saya tidak tahu dengan jelas mana yang kawan dan mana yang lawan. Saya hanya berusaha jadi kawan sekaligus lawan yang baik saja. Toh memikirkan penilaian orang terhadap saya tidak memperkaya diri saya. Tapi ketika saya menjadi baik atau tidak cukup baik, saya memperkaya diri saya untuk menjadi trending topic di pikiran orang itu.
Bicara jam terbang pertemanan, persahabatan, pacaran, itu sama sekali tidak berpengaruh pada kualitas hubungan itu sendiri. Saya punya ruang spesial untuk semua orang di dalam hati saya. Dan kalian boleh memilih keluar jika memang tidak mau ada di sana lagi.
Saya nggak ngerti sama orang yang menilai pertemanan dari jam terbang. Are you a pilot?

0 komentar:

Posting Komentar