menghela nafas

fuih, tidak ada bahasan yang ingin kutulis tapi ketika mengecek bahwa blogku ini sudah dilihat sebanyak sepuluh ribu lebih orang... :D
seriously, a thousand?
Yeah, a thousand. Angka yang mencengangkan untuk sebuah blog capruk yang isinya hanya curhatan tentang perasaanku. Berarti ada berapa ribu orang kepo yang ingin tahu apa yang kupikirkan dan kurasakan? Haha. Lagi-lagi aku ucapkan TERIMAKASIH, biasanya aku akan bilang KEPO AMAT SIH! tapi kali ini aku bilang terimakasih telah peduli dan selalu peduli.
aku sedang bosan menulis di blogku ini, masalahnya aku sudah tidak sanggup merapikannya. aku tidak tahu mana yang puisi, mana yang cerpen, mana yang prosa, mana yang novel atau bahkan mana yang hanya sekedar capruk. masalahnya begitu banyak yang kutulis di blog ini, postingannya memang baru empat ratus sekian, tapi merapikannya? NO WAY.
waktu berjalan lambat ketika apa yang kamu cita-citakan telah berhasil diraih, begitu pun denganku. rasanya kini aku berada dalam alam penjara bernama nganggur. ada enaknya tapi banyak tidak enaknya. enaknya, aku bisa tidur-tiduran setelah subuh dan begadang menonton tv semauku. tapi aku khawatir otakku jadi tumpul karena kebiasaanku ini.
aku merencanakan esdua, di luar negeri, entah Tuhan mengizinkan atau tidak, eh bahkan entah Ang Furkon mengijinkan atau tidak. aku berharap aku bisa mendapatkan beasiswa itu. aku ingin mengelilingi salah satu pulau yang didaulat menjadi salah satu dari 5 benua di dunia, benua australia. yeah, tidak ada alasan khusus kenapa aku mau ke sana, hanya aku sadar bahwa kemampuan bahasa inggrisku pas-pasan dan hanya bisa digunakan untuk  membaca dan beberapa conversation mudah. selebihnya aku tinggal beli kamus digital dan mulai terbiasa dengan mas oxford.
salah satu dosen pembimbingku menginspirasi keinginanku kuliah ke luar negeri. dia pun salah satu lulusan universitas di australia. aku melihat beliau tidak begitu fasih berbahasa inggris, tapi beliau bisa lulus dan mendapatkan gelar, mengapa aku tidak bisa? apalagi namaku ada  lucknya. sudah pasti aku lebih beruntung.
kemampuanku di bidang geografi memang sangat lemah, aku tidak tahu persisnya australia itu beriklim apa dan di sudut berapa derajat dari lintang timur dan bla bla bla. aku hanya tahu bahwa aku bisa memuaskan hasrat jalan-jalanku.
rencana lainnya adalah esdua di bandung atau di luar pulau. memang banyak pertimbangan, ini dan itu. lagi pula ayahku pun memperlihatkan gelagat tidak setuju ketika aku membicarakan masalah sekolah di luar negeri. dan akhir-akhir ini akhirnya aku tahu bahwa ayahku overprotective terhadapku karena aku adalah si anak pertama, anak yang dia sayangi dan selalu harus melaporkan keadaan padanya. ah, jangankan sekolah di luar negeri, naik gunung atau pulang malam aja aku habis ditegur tentang ini dan itu. katanya tubuhku terlalu lemah untuk diterpa angin malam, atau daya tahan tubuhku tidak akan sanggup melawan ketinggian gunung dan mendaki. padahal tanpa beliau tau, aku sudah berkeliling jogja dengan jalan kaki, bahkan sampai ke borobudur, kaliurang dan parangtritis JALAN KAKI. tapi tetap saja, karena aku tidak cerita, jadi aku masih dianggap anak baik. dan anak yang  baik akan selalu dilarang dan mengikuti seluruh larangan yang ada. kalau aku jadi anak nakal, aku terlalu takut ayahku akan kecewa. karena bagiku, penilaian ayah dan ibuku di atas seluruh penilaian semua orang di dunia ini. dan tujuanku mencapai prestasi adalah untuk mereka, bukan untuk orang lain bahkan tidak untuk diriku sendiri. beasiswa pun aku kejar untuk mereka.
aku sadar bahwa aku tidak cukup baik menjadi anak mereka. bahkan aku tidak cukup berusaha menjadi yang terbaik untuk  mereka. tapi kemampuanku hanya bisa sampai situ. aku merasa standar kelulusan sekolah/ perkuliahan itu jauh di bawah standar kelulusan "baik" dalam penilaian ayahku. nilai A atau hasil cumlaude tidak cukup di mata ayahku meski pun beliau bilang bahwa beliau bangga padaku. aku tidak puas.
aku beruntung masih memiliki ayah dan ibuku, orang lain mungkin sudah kehilangan salah satu atau keduanya. aku memiliki keduanya dan semuanya lengkap. seorang ayah yang selalu bangga dan menganggapku sangat penurut, seorang ibu yang dasar hatinya adalah jurang maaf tak berujung. SEMPURNA 
aku yakin esdua ke luar negeriku ini akan berakhir dalam harapan saja. masalahnya meski pun ayahku mendukung, restunya hanya setengah turun untukku. dia tak rela berjauhan denganku. dia mungkin takut aku akan mati kedinginan di bawah tumpukan salju di australia atau dimakan beruang grizzli di dalam hutan atau bertemu dengan psikopat dalam acara camping.
memang terlalu banyak pertimbangan. aku perempuan, tidak single melainkan sudah punya kekasih, jadi aku tidak bisa seenaknya pergi dan meninggalkan kekasihku. bukan hanya hidupku yang dipertaruhkan pada keputusanku untuk sekolah ke luar negeri, tapi juga hidup kekasihku dan hidup keluargaku. karena, aku tidak akan kembali sampai awal 2015 karena studi di sana dibiayai sepenuhnya oleh pihak kampus dan aku hanya akan diberi tiket pulang setelah aku lulus dari sana. Haha.
dua tahun bukan waktu yang sebentar untuk yang punya tujuan melangkah pada kehidupan selanjutnya, juga bukan waktu yang lama jika dibandingkan dengan kuliah essatu yang menghabiskan waktu empat tahun menggigiti bangku kampus. aku hanya bisa berdoa dan berusaha sebaik-baiknya. memang benar kata Ang Furkon, jika ada pilihan yang lebih baik di Indonesia, kenapa harus ke luar negeri? Semoga pilihan yang terjadi adalah pilihan yang terbaik, terbaik untuk semua pihak.
aku hanya punya waktu kurang dari 3 bulan untuk menikmati Indonesia jika ternyata applicationku diterima. Hehe, semoga aku sempat mengucapkan selamat tinggal dan sampai bertemu lagi pada gunung, jalan, pantai, orang, mimpiku, kampus... hhhhh...
aku sungguh menghela nafas, ingin membuang pertimbangan-pertimbangan tentang ini dan itu yang  berlebihan.

0 komentar:

Posting Komentar