Ada yang hilang, kutub yang kubiarkan dingin kini mencair...
Aku terus merindukan sentuhan-sentuhan lembut tangan, yang tak kalah lembut dari sentuhan tangan Bundaku.
Aku terus mencari wangi-wangi, yang bukan bunga, yang bukan buah, yang membuatku aman berada dalam lingkup wangi itu.
Ada penjepit kertas di ujung bibirku, membuatku tak bisa menolak untuk tersenyum.
Ada racun yang menggelitiki lambungku, membuat perutku bergetar dan terus tertawa.
Kutub-mu yang dingin telah mencair, itu kata semua orang padaku.
Semua orang asyik membicarakan tulisanku yang kini melulu tentang kutub itu. Global Warming, kataku tegas. Tapi tak ada yang percaya.
Tapi seperti benar-benar global warming...
9 Juli 2011
Aku terus merindukan sentuhan-sentuhan lembut tangan, yang tak kalah lembut dari sentuhan tangan Bundaku.
Aku terus mencari wangi-wangi, yang bukan bunga, yang bukan buah, yang membuatku aman berada dalam lingkup wangi itu.
Ada penjepit kertas di ujung bibirku, membuatku tak bisa menolak untuk tersenyum.
Ada racun yang menggelitiki lambungku, membuat perutku bergetar dan terus tertawa.
Kutub-mu yang dingin telah mencair, itu kata semua orang padaku.
Semua orang asyik membicarakan tulisanku yang kini melulu tentang kutub itu. Global Warming, kataku tegas. Tapi tak ada yang percaya.
Tapi seperti benar-benar global warming...
9 Juli 2011
0 komentar:
Posting Komentar