balada gosip!

Beberapa tahun lalu. Di kamarku. Ada gosip yang tersebar. Semerbak seperti parfum yang baru kubeli kemarin sore.
Sandal bututku mengawali, dia merindukan sepasang sepatu bola. Sepatu yang dulu pernah berjalan bersamanya melewati jalan-jalan aspal. Sungguh menggelikan sebuah sepatu bola berjalan di aspal. Sandal bututku bilang, bahwa dia memanggil sepatu itu si ular keket. Sepatu itu berwarna hijau muda yang sangat norak. Namun tetap seksi ketika berlaga di lapangan hijau.

Ternyata sandal e*ger-ku tak mau kalah. Dia pun bercerita tentang sebuah sepatu, masih sepatu bola. Dia pun memanggilnya dengan sebutan yang sama, si ular keket. Dia adalah sebuah sepatu bola dengan warna hijau yang pandai mencuri hati lawan-lawannya di lapangan hijau. Tidak seksi, kata sandal e*ger-ku, tapi dia gagah dan rupawan.

Sandal high heels-ku pun punya pujaan. Dia adalah sepatu pentopel hitam seharga tiga puluh lima ribu yang ujungnya rusak karena dipakai menendang bola. Sandal high heels-ku memanggil si sepatu pentopel, buaya. Karena hak bagian bawahnya terbuka. Seperti buaya yang lapar dan takkan merasa kenyang.

Sepatu pentopelku bercerita tentang sebuah sandal jepit butut berwarna abu-abu. Dia adalah sandal yang menemaninya berjalan di sore hari yang indah diselingi tawa renyah.

Dan aku yang tak mau kalah, aku bercerita tentang kertas-kertas puisi yang kubakar dan kukirim ke neraka. Dan dus-dus yang kubeli untuk mengurung sandal dan sepatu-sepatu itu agar tak lagi menemui pujaan mereka.

Hari ini, kuingatkan mereka saat mereka menjerit histeris ingin dikeluarkan dari dus-dus itu. Ada yang berbeda. Mereka tak lagi suka bergosip. Bahkan meskipun dus-dus itu tak lagi membelenggu. Mereka semua diam di tempatnya. Dan tak ada suara apapun yang kudengar.



10 Juli 2011

0 komentar:

Posting Komentar