gombal!

"Kamu adalah pertama dan akan menjadi satu-satunya..." Kata-kata yang terlontar dari mulutnya di telepon itu begitu nyaring dan jelas. Jelas mengisyaratkan bahwa aku adalah si satu dan satu-satunya dalam cerita cintanya.

Kata itu sudah bertahun-tahun yang lalu kudengar tapi masih saja terngiang di telingaku. Bukan dengan suara si pemiliknya, tapi hanya rentetan katanya saja. Dan setiap kali aku mengingatnya, aku merasa kau adalah tukang gombal yang hebat!
Entah sudah berapa wanita yang dia jajaki sejak terakhir dia berhubungan denganku. Dan semuanya selalu berakhir menjadi musuh. Dan aku tertawa karena dia pun melakukan hal yang sama padaku. Dia memusuhiku dan enggan berbicara denganku. Padahal, aku selalu melihatnya tiap hari dan rumahnya pun tak jauh dari rumahku.
Dulu aku yang menjadi korban kata-kata gombalmu, lalu ada seorang wanita malang yang lain, lalu ada lagi dan lagi dan lagi. Hey, wajahmu yang tidak terlalu tampan itu ternyata berharga jual tinggi juga. Ternyata banyak yang menginginkanmu meskipun aku tak tahu bagian mana yang mengesankan darimu selain kata-kata gombalmu itu.
Aku tahu dengan pasti ini bukan urusanku. Kau mau berhubungan dengan siapapun bukan urusanku. Hanya saja, apa aku tadi mendengar kau memanggil kekasih barumu itu "yangyang" (ini hanya nama fiktif belaka)?  Aku merasa sangat dekat dengan panggilan itu. Dulu kau memaksaku untuk memakai nama itu padahal aku sama sekali tak mau. Terdengar seperti sebuah ejaan dalam bahasa inggris yang artinya pasti ada unsur gombalnya
Aku dulu dipanggil seperti itu. Gadis malang setelahku pun kau panggil dengan panggilan yang sama, begitu pun sesudahnya dan yang sekarang pun kau panggil dengan sebutan yang sama. Wah, kau bisa penangkap ikan yang handal! Kau menangkap ikan dengan syair yang sama dan dengan cara yang sama. Ajari aku, aku juga mau sehebat kau!
Tapi aku tentu tahu, keahlianmu yang seperti itu ditunjang dengan begitu melankolisnya sikapmu dan idealisnya pemikiranmu. Berbeda denganku yang terkadang pragmatik dan sembrono, tentunya tak semua pria bisa kudapatkan dengan cara yang kau lakukan.
Ya, ya, ya.

Aku ingat banyak hal saat kita masih bersama. Kau paling suka membuatku merasa bersalah, mengumbar kata cinta di dinding situs pertemananku. Seolah agar semua orang tahu bahwa kau adalah satpam galakku. Kau berteman dengan semua teman yang kumiliki dan tak membiarkan aku bergerak leluasa.
Dipikir-pikir, aku dulu cukup bodoh juga untuk selalu mengikuti apa keinginanmu. Aku berusaha menjadi wanita yang mandiri, berpikiran luas dan cerdas, membuang sikap kekanak-kanakanku, kadang juga aku seolah tak menjadi diriku sendiri. Apakah kau melakukan hal yang sama pada kekasihmu hari ini?
Kuharap dia adalah dirinya sebelum berkenalan denganmu dan kau tak mengubahnya menjadi prototipe diriku yang paling kau cintai. Kau cintai? Entahlah kawan, aku merasa kau sangat mencintaiku, terbukti jelas bahwa kau memanggil semua kekasihmu dengan panggilan yang kau berikan untukku. Kau juga menyanyikan lagu yang selalu kau nyanyikan untukku. Kau seolah sedang mencumbu prototipe-ku karena ketidakmampuanmu mendapatkanku.
Aku merasa kasihan padamu. Sungguh. Dan aku lebih kasihan lagi pada kekasih-kekasihmu itu. Mereka kau anggap seperti aku. Sungguh kau terlalu. Jika aku jadi kekasihmu itu, aku pasti sudah melemparmu jauh-jauh dari hidupku seperti yang pernah kulakukan. Kututup mataku dan kukatakan dengan keras TIDAK untuk pria sepertimu! Hehehe... sayangnya aku sudah melakukannya sekali dan selamanya.

Aku senang melihat kau baik-baik saja. Dunia memang tidak sesempurna keinginan kita, ya kan kawan? Seperti biasa, aku ingin bilang, aku tak merasa menyesal meninggalkanmu, andai saja aku bisa menyesal.
Kawan, kau tak perlu kekanak-kanakan untuk memusuhiku seperti ini. Bersikaplah dewasa seperti yang kau bilang dulu. Kau begitu childish. Hihihi....



8 Juli 2011

0 komentar:

Posting Komentar