Sore tadi saya ikut acara ngabuburit komunitas di kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Acara itu adalah acara ngabuburit bersama 15 komunitas yang ada di UIN. Bagi saya yang sudah ex-mahasiswa, 15 komunitas itu sudah terbilang sangat banyak. Bagaimana tidak, selama ini saya hanya mengenal beberapa komunitas diantaranya Sasaka, Verstehn, Kabel Data, Kaum Desainer dan beberapa komunitas di bawah HMJ. Lalu bagaimana dengan sisanya yang amat banyak itu? Ternyata UIN juga punya komunitas shuffle dance, sumpah andai aja saya tau ada komunitas itu dari dulu, mungkin saya udah gabung deh. Atau komunitas yang gak kalah keren, komunitas biola gitu, saya kan pengen banget bisa mahir main biola, ah sayangnya saya baru ngeh setelah lulus. Dan setelah lulus ini bukan lagi waktunya main-main. Tapi yang mau saya ceritain di sini bukan tentang komunitas di UIN, masalahnya saya juga kenal bukan sama komunitasnya, tapi sama orang-orangnya aja. Haha.
Di depan acara Ngabuburit Komunitas itu muncul sebuah stand, tiba-tiba mereka memasang speaker yang begitu keras dan mengudarakan sebuah pidato off air tentang keislaman. Saya tau kok bulan Agustus ini bulam Ramadhan. Saya tau kok dengan lambang bendera khilafah itu mereka adalah UKM keislaman, lalu apakah harus memasang speaker sekeras itu saat "tetangganya" sedang melakukan hajat besar?
Acara Ngabuburit Komunitas itu dimulai sekitar jam setengah 5, suara si MC terdengar samar dari jarak 3 meter. Lalu, si speaker itu muncul dan menenggelamkan semua suara yang ada. Jujur saja saya tersinggung dengan perlakuan orang-orang berbendera khilafah itu. Mereka pikir yang sedang bikin acara di depan rektorat UIN itu non-muslim?
Pahala puasa saya muruluk ketika saya dengan sengaja mengeluarkan ucapan, "sirem aja speaker-nya!", lalu pria-pria di stand itu melotot sama saya. Sekalian saja saya tambahkan, "tajong weh tajong!". Tolonglah, manusia, saya sedang berusaha memperbaiki diri menjadi berprikeislaman. Tapi yang muncul di hadapan saya bukan sikap toleransi, justru malah sikap arogansi dan keegoisan.
Saya kemudian teringat pada kejadian tahun lalu. Tahun lalu komunitas Rumput akan membuat acara kajian sore sambil ngabuburit. Saya sudah berancang-ancang dari sebulan sebelumnya untuk meminjam sound system dari salah satu HMJ, mereka sudah bilang oke dan sehari sebelum acara, justru pihak HMJ saling lempar melempar tanggung jawab yang akhirnya saya tidak bisa meminjam sound system tersebut. Kecewa jelas, kena tegur ketua komunitas saya pun jelas. Akhirnya karena saya kesal, saya maki-maki si sekretaris HMJ itu beserta ketua HMJ-nya (setelah buka puasa). Sungguh, sikap saya tahun lalu bukan sebuah cerminan yang patut ditiru oleh siapa pun. Tapi saya tidak menyesal, masalahnya saya juga kena marah atasan saya. Haha.
Nah, tadinya sempat terbersit untuk memaki si UKM itu. Tapi lalu saya beristighfar dalam hati. Saya sudah espede yang artinya sarjana, orang yang harus berpikir lebih luas dan lebih bijak dari pada yang belum sarjana alias tidak lulus-lulus dan alias tidak akan pernah lulus. Jadi akhirnya saya memilih meninggalkan tempat itu hingga speakerSIALAN itu berhenti berbunyi dan saya bisa menikmati acara Ngabuburit Komunitas.
Saya suka berpikir, apa mereka tidak pernah ngeliat iklan di TV tentang toleransi antar umat beragama? Mereka berkoar tentang kapitalisme bla bla bla, tentang sekulerisme bla bla bla, sedangkan mereka tidak berkaca bahwa mereka sendiri berlaku sepertikafir orang yang bukan islam. Sesama saudara seagama saja tidak ada toleransinya. Lalu, pintu surga manakah yang akan terbuka untuk manusia yang seperti itu.
CATET!
PINTU SURGA MANAKAH YANG AKAN TERBUKA UNTUK MANUSIA SEPERTI ITU?
saya emang gak kenal kalian siapa. kalian pun juga pasti gak kenal saya siapa. tapi bukankah lebih indah kalo kita bisa damai dalam sikap? toh kalian bukan khawarij, kan?
Di depan acara Ngabuburit Komunitas itu muncul sebuah stand, tiba-tiba mereka memasang speaker yang begitu keras dan mengudarakan sebuah pidato off air tentang keislaman. Saya tau kok bulan Agustus ini bulam Ramadhan. Saya tau kok dengan lambang bendera khilafah itu mereka adalah UKM keislaman, lalu apakah harus memasang speaker sekeras itu saat "tetangganya" sedang melakukan hajat besar?
Acara Ngabuburit Komunitas itu dimulai sekitar jam setengah 5, suara si MC terdengar samar dari jarak 3 meter. Lalu, si speaker itu muncul dan menenggelamkan semua suara yang ada. Jujur saja saya tersinggung dengan perlakuan orang-orang berbendera khilafah itu. Mereka pikir yang sedang bikin acara di depan rektorat UIN itu non-muslim?
Pahala puasa saya muruluk ketika saya dengan sengaja mengeluarkan ucapan, "sirem aja speaker-nya!", lalu pria-pria di stand itu melotot sama saya. Sekalian saja saya tambahkan, "tajong weh tajong!". Tolonglah, manusia, saya sedang berusaha memperbaiki diri menjadi berprikeislaman. Tapi yang muncul di hadapan saya bukan sikap toleransi, justru malah sikap arogansi dan keegoisan.
Saya kemudian teringat pada kejadian tahun lalu. Tahun lalu komunitas Rumput akan membuat acara kajian sore sambil ngabuburit. Saya sudah berancang-ancang dari sebulan sebelumnya untuk meminjam sound system dari salah satu HMJ, mereka sudah bilang oke dan sehari sebelum acara, justru pihak HMJ saling lempar melempar tanggung jawab yang akhirnya saya tidak bisa meminjam sound system tersebut. Kecewa jelas, kena tegur ketua komunitas saya pun jelas. Akhirnya karena saya kesal, saya maki-maki si sekretaris HMJ itu beserta ketua HMJ-nya (setelah buka puasa). Sungguh, sikap saya tahun lalu bukan sebuah cerminan yang patut ditiru oleh siapa pun. Tapi saya tidak menyesal, masalahnya saya juga kena marah atasan saya. Haha.
Nah, tadinya sempat terbersit untuk memaki si UKM itu. Tapi lalu saya beristighfar dalam hati. Saya sudah espede yang artinya sarjana, orang yang harus berpikir lebih luas dan lebih bijak dari pada yang belum sarjana alias tidak lulus-lulus dan alias tidak akan pernah lulus. Jadi akhirnya saya memilih meninggalkan tempat itu hingga speaker
Saya suka berpikir, apa mereka tidak pernah ngeliat iklan di TV tentang toleransi antar umat beragama? Mereka berkoar tentang kapitalisme bla bla bla, tentang sekulerisme bla bla bla, sedangkan mereka tidak berkaca bahwa mereka sendiri berlaku seperti
CATET!
PINTU SURGA MANAKAH YANG AKAN TERBUKA UNTUK MANUSIA SEPERTI ITU?
saya emang gak kenal kalian siapa. kalian pun juga pasti gak kenal saya siapa. tapi bukankah lebih indah kalo kita bisa damai dalam sikap? toh kalian bukan khawarij, kan?
0 komentar:
Posting Komentar