Satu klakson kecil dan sebuah senyuman meruntuhkan dinding kaku di antara kita. Lalu, mengapa baru dimulai? Ada apa dengan sebelum-sebelumnya? Apakah kau terlalu takut untuk menyapaku duluan karena sekarang aku sudah memiliki seorang pacar yang dandanannya seperti preman pasar yang selalu mengawalku bersama genknya?
Aku masih orang yang sama. Masih aku yang dulu. Masih si nona novelist yang butek ide dan selalu murung. Dan aku yakin kau pun masih si tuan striker, pencetak gol terbanyak di setiap kompetisi bola di kampus. Ya, terakhir aku dengar kau menjadi striker terbaik di kampus kita. Selamat!
Aku selalu khawatir dan selalu berdoa untuk kekalahanmu setiap kali kau bertanding, agar kau tak perlu sakit lagi disliding oleh lawanmu atau dibody oleh lawanmu. Tapi sepertinya kau menyukai dunia yang keras seperti itu.
Kapan terakhir kali kita bicara dalam ikatan "teman"? Oh ya, hampir dua tahun lalu. Kau begitu marah hingga menendangku secara tidak terhormat dari jabatan ketua bidang PAO, sejak saat itu aku tak pernah lagi bicara denganmu. Sepertinya ada arus yang membawaku semakin jauh darimu dan ada godaan lain yang muncul di hadapanmu lalu kau menangkapnya. Hehe.
Hidup memang seperti itu, kemarin kau mengantarku memilih buku di toko buku, kemudian aku sendirian berdiri di depan rak buku dalam toko buku berjam-jam hanya untuk memilih satu buku. Kemudian aku jarang membeli buku lagi dan akhirnya aku berubah menjadi gadis gunung. Tapi kau semakin terkenal dengan jabatanmu, semakin mahsyur dengan gadis-gadis yang kau dekati. Haha. Lucu.
Well, mungkin hanya bahasan tentang karindinglah satu-satunya alasan aku masih bicara denganmu. Selain dari itu, mungkin kita takkan bicara apa-apa lagi.
KARINDING URANG, WOY!
13 Agustus 2012
0 komentar:
Posting Komentar