emang banyak perubahan yang terjadi, kadang eh bukan kadang sih, aku emang egois soalnya gak mau nerima perubahan yang terjadi. hampir setiap perubahan yang ada aku protes. kalo gak ada yang mau denger, aku ambil sikap untuk walk out. dan udah banyak hal yang "berubah" itu aku tinggalin. dimulai dari orang, haemje, organisasi sampe yang terakhir adalah komunitas.
sekilas aku emang makhluk paling egois. but, buat aku, yang berubah itu yang kayak gimana dulu. kalo untuk berubah ke arah yang kurang baik, kenapa harus berubah? stagnan juga gak apa-apa buat aku mah asal tidak menjadi lebih buruk. tapi gak semua orang sependapat sama aku. lagipula aku cukup sadar diri bahwa aku bukan siapasiapa. jadi, dari pada berkecamuk di otak aku, lebih baik aku tinggalin.
sumpah, kalo dipikirpikir, aku tega banget ninggalin komunitas yang udah seanget kopi di puncak kerenceng. tapi mau gimana lagi, kan aku berpikir maka aku ada. aku berpikir, maka aku pergi. istilah kerennya nih, aku keluar gua dan bertemu komunitas. kukira komunitas itu adalah dunia luar, ternyata komunitas itu masih bagian dalam gua. jadi sekarang aku keluar lagi dari gua komunitas untuk nyari cahaya. kalo udah dapet, nanti aku balik lagi ke dalam gua untuk ngajak semua orang ngeliat dunia luar.
lalu aku bikin komunitas baru? sebenernya engga juga. toh buat aku, komunitas itu tetep wadah yang special di hati. tempat pertama aku ngerasain nyaman sama orangorang asing. tempat aku bisa samasama gogorowokan tapi aku yang paling cepet sadar bahwa gogorowokan tidak menyelesaikan masalah. tempat buayabuayaan, kadang juga jadi tempat curhat paling oke. hahaha. tapi, karena namanya komunitas, bukan perkumpulan orang karena kedekatan personal, jadinya aku tetep harus tegas.
aku masih tetep berpegang teguh pada pemikiran aku. "tidak mengerti adalah proses berpikir". toh gak semua orang diciptakan dengan taraf berpikir yang sama. kalo gak sejalan, ya buat apa dipaksain?
berubah dan berubah. semua orang berubah. aku juga berubah sedikit demi sedikit, meski pun aku sendiri gak punya ukuran kemana arah perubahanku, tapi setidaknya ketika ada karya dan masih ada proses berpikir, maka setidaknya juga aku masih dalam proses berubah menjadi yang lebih baik.
"apakah metamorfosis adalah proses evolusi? kata siapa masyarakat baduy adalah kaum jadul, justru mereka itu adalah masyarakat postmo, kita yang justru masyarakat jadul! siapa Derrida? bagaimana pandangan semiotik ala Roland Barthes?"
aku merindukan masamasa 'bodoh' dan 'tidak mengerti'.
0 komentar:
Posting Komentar