serangan bom atom!!!


Cie, puisi galau.

Mana?

Itu, yang tadi malem diposting difacebook tapi dihapus lagi.

Itu puisi omong kosong.


----------------------------------------------------------


Hey, aku telepon kenapa ga diangkat?

Buat apa aku angkat?

Aku kan mau mendengar suaramu.

Gimana rasanya kalo nelepon tapi ga diangkat? Enak ga? Nah itu perasaan aku kemarin pas nelepon kamu.

Curhat ding.


----------------------------------------------------------


Kok yang ngangkat cowok say?

Emangnya kenapa?

Kamu lagi sama siapa?

Siapa aja boleh.

Hiw, kok gitu? Aku cemburu nih.

Enak ga kalo kamu lagi butuh nelepon tapi yang ngangkat justru cowok? Nah itu teh perasaan aku kemarin waktu nelepon kamu dan yang angkat cewek!


----------------------------------------------------------


Hey hey, bales sms dong. Aku minta maaf deh, aku janji kalo kamu nelepon, aku pasti angkat.

Ga perlu say, hape aku sekarang speaker sama microphone-nya rusak, jadi ga ada hubungan lain selain sms. Seneng kan? :)

Loh, hape yang kemarin kemana?

Aku jual.

Kenapa? Tapi masih bisa kirim MMS kan?

Say, buat apa punya hape canggih kalo sms aja susah banget ngebalesnya? Bener ga? Nelepon aja ga pernah mau ngangkat. Sayang, kalo kamu ga ngerti arti kompleks dari LDR, jomblo jauh lebih indah. Muah! Love you.

DAFUQ

----------------------------------------------------------


*kemudian ngelempar hape ke konter


----------------------------------------------------------


One does not simply, sayangkuw.

Saik dah, sengaja nganggurin aku berhari-hari buat ngasih pelajaran, biar tambah greget say?

Mau setaun juga hayo, sayang.

Maap maap, ga gitu lagi.


----------------------------------------------------------

i'm quit

Kemarin malam, tepat sebelum tidur, setelah menarik selimut, sudah mulai merasa hangat dan nyaman, posisi enak, tiba-tiba saya seperti diketuk untuk menulis sebuah puisi, saya males bangun, kemudian saya catat di sms dan berencana baru besok pagi atau lusa untuk ngeposting, tapi ga tau kenapa, puisi itu bener-bener mendorong-dorong tubuh saya untuk keluar dari selimut yang hangat. akhirnya saya bangun, nyalain komputer kemudian OL.

Setelah menunggu lima menit hingga komputer saya bener-bener siap dipake, saya kemudian tak tik tuk mengetik satu persatu kata yang masih saya ingat. saya menuliskan bismillah di awalnya, beberapa helai kata, kemudian diakhiri dengan amin. saya bingung apa yang diawali dengan bismillah dan diakhiri dengan amin? ya, doa, doa itu diawali dan diakhiri dengan itu. kemudian apa judul selanjutnya? judul doa terlalu mainstream. dan karena saya menuliskannya sebelum tidur, maka jadilah DOA SEBELUM TIDUR.

Tidak banyak kata yang saya pakai, hanya kata-kata yang menurut saya perlu dikeluarkan dari otak sebelum saya bisa tidur nyenyak. tidak ada maksud, tidak ada tujuan, tapi mungkin bersebab dan berkarena. hehehe. nah, pagi ini, saya membuat sebuah status fesbuk yang menurut saya itu adalah sebuah protes kecil pada penjaga rumah saya yang ada dalam formasi hewan bernama ANGSA. Angsa di rumah saya itu sudah 15 tahun lebih hidup bersama saya. setiap hari kerjanya adalah merengek, entah itu merengek ketika orang asing masuk ke halaman saya, merengek bertemu ayam tetangga, merengek mengejar itik tetangga, atau sekedar merengek meminta makan. semua rengekannya terdengar sama.

hey Angsa, saya harap kamu bisa menggonggong, dan gonggongan itu jelas, untuk orang asing atau sekedar cari perhatian.... Lima belas tahun bersama, sepertinya kamu memang Angsa, bukan Anjing.

 Di kalimat terakhir, saya benar-benar menegaskan bahwa hewan itu adalah angsa, dan selama ini memang angsa. salah siapa memilih angsa sebagai penjaga rumah? ya, itu salah Ibu saya, Ibu saya menginginkan angsa hidup di halaman belakang rumah agar bisa berteriak, "Wiiiiiiwwwww...." setiap kali si angsa berbunyi. akhirnya, si angsa menjadi hewan manja, sedikit sedikit dia merengek, lagi dan lagi.

Dari puisi doa sebelum tidur, saya mendapatkan pertanyaan pedas, siapa orang yang saya tuju dengan puisi itu? apakah saya single sekarang ini? apakah saya sedang punya masalah? dan pertanyaan-pertanyaan lain mengenai kesehatan saya.

Serius, bukankah puisi itu terbaca seperti tanpa jiwa? karena memang begitulah ketika saya membuatnya. apa sulitnya merangkai huruf demi huruf yang senada kemudian memasukannya ke dalam kata yang bermakna, kemudian mencocokannya dengan kalimat penuh metafora, lalu jeng jeng jeng jeng, jadilah sebuah puisi yang maksudnya dan tujuannya blur bersama kata yang menurutku senada itu.

Saya kemudian menyanyikan lagu GRENADE dari Bruno Mars, benar-benar meresapi lagu itu sambil menjemur satu persatu potong pakaian yang baru saya cuci, dan lagu itu, bagi saya adalah puisi sekali.

Tell the devil I said "Hey" when you get back to where you're from

Katakan pada iblis. aku menyapa mereka, saat kau kembali pada asalmu. jadi jelas kan dari mana si 'kau' itu berasal?

Setelah membuat banyak puisi, saya merasa bahwa tulisan itu memang perlu waktu untuk disimpan, tidak harus selalu langsung dipublikasikan. tapi kalau tidak langsung dipublikasikan, saya pasti lupa. dan ketika saya lupa, maka saya tidak akan ingat.

doa sebelum tidur.





Bismillah...
 
Semoga satu saat kamu akan sadar;
Kamu sudah menyia-nyiakan semuanya,
...termasuk aku.


Semoga suatu saat kamu akan mengerti;
Tidak akan pernah ada perempuan yang bisa setia denganmu,
...selain aku.



Amin.






11 Februari 2013.

perjalanan 12 hari Putri Syalala

 (di aula UNISBA, acara makan-makan setelah pelantikan)

Sekembalinya adikku si Putri Syalala dari pendidikan dasar MAPENTA UNISBA, banyak hal yang berubah dari dalam dirinya. Adikku belajar untuk menangani rasa jijik, rasa takut bahkan lebih banyak berdoa, meski pun doanya ditujukan pada Tuhan biar bisa cepet pulang.

Dua belas hari bukan waktu yang sebentar di gunung. Seratus empat puluh kilometer, kaki dipaksa meniti langkah demi langkah, dari Citatah menuju Subang. Menggapai ujung ujung tebing nan curam setinggi 48 meter hanya bermodalkan sebuah tali. Kemudian naik turun gunung, sembilan gunung.

Aku tidak tahu pasti apa yang benar-benar dialami olehnya, tapi yang jelas, aku pernah merasakan perasaan yang dia rasakan. Bedanya, waktu itu aku berumur 12 tahun, dan adikku sekarang sudah 18 tahun.

Di usiaku yang baru 12 tahun, aku memutuskan ikut organisasi PMR. Nah, PMR adalah satu-satunya organisasi terekstrim di sekolahku dulu. Pendidikan Dasarnya hanya 3 hari 2 malam, mudah kelihatannya, tapi pesertanya adalah anak-anak lulusan SD yang rata-rata belum pernah pergi camping ke gunung yang jauh dari rumah.

Waktu itu aku berjalan sekitar 25 km, tanpa minum, tanpa makan dan tanpa istirahat. Panitia begitu pintar menyita uangku dengan alasan takut nanti basah, lecek dan hilang. Aku benar-benar tersiksa saat itu.
 (acara screening film dokumentasi pendidikan dasar)

Aku terus menerus berdoa, mengharapkan Ibuku cepat menjemputku atau Ayahku lebih keukeuh memaksaku tetap untuk tidak ikut organisasi itu. Tapi sayangnya, sampai di tempat pendidikan dasar pun orangtuaku tak juga muncul. Padahal aku sudah berdoa sambil terus memanggil nama ayah dan ibuku.

Adikku pun melakukan hal yang sama, sepanjang jalan, dia memanggil nama Ibuku dan berharap Ibuku menjemputnya. Tapi sayangnya, sama seperti situasiku, Tuhan berkehendak agar aku ditempa alam menjadi pribadi yang lebih baik. Ya, setidaknya itulah kesimpulan manis namun menyesakkan dada setelah perjalanan itu.

Aku dibiarkan hujan-hujanan tanpa jas hujan, kemudian berenang menyusuri sungai, merangkak di atas lumpur, berguling-guling di semak, lari di atas jalan bebatuan, jalan bebek mengelilingi lapangan, makan dengan satu sendok yang sama dengan beberapa orang, minum dengan satu gelas yang sama, nasi yang sengaja dicampur dengan jeruk dan coklat, tidur hanya beralaskan tanah, baju basah kuyup, menggigil semalaman, diserang oleh sekumpulan kaki seribu yang berusaha menyelinap masuk ke baju. Ah, aku belum pernah merasa tersiksa seperti waktu aku berusia 12 tahun.

Kini, adikku pun merasakan hal yang sama, bahkan mungkin jauh lebih berat. Dia harus melawan rasa takutnya pada ulat, kupu-kupu, ayam, belalang, bahkan akhirnya dia memakan ulat sundari dengan cara disate.

Aku memang hanya bisa tertawa mendengar ceritanya, tapi di dalam hatiku, aku bersyukur akhirnya adikku bisa berubah. Aku mengerti sekarang kenapa salah satu instrukturnya bilang bahwa para peserta pendidikan dasar itu sudah berubah jauh menjadi lebih baik, dan itu terbukti.

"Jangan makan tulang kawan! Ingat harga diri dan itikad baik."

Adalah salah satu motto hidupku juga sekarang. Kalau aku hanya bisa jadi beban dan membebani orang lain, maka pilihan akhirnya hanya dua, kembali lagi atau berusaha untuk mengimbangi langkah bersama yang lain. Tapi aku tidak mengenal kembali lagi, maka aku harus bisa mengimbangi langkah bersama yang lain.

Adikku bercerita bahwa selama perjalanan, maagnya kambuh, kakinya sudah tidak kuat lagi berjalan, namun dia tetap memaksakan, agar tetap tidak makan tulang teman. Kemudian setelah lama berjalan, adikku yang sedang sakit itu justru bisa menarik temannya yang lain dan berada di posisi depan. Teman-temannya pun kemudian mengulas kisah selama latihan sebelum pendidikan dasar, adikku selalu menjadi yang paling boyot, dan terbukti dengan di awal perjalanan, adikku kelihatan bersusah payah untuk tetap berjalan bersama, tapi setelah lama berjalan, akhirnya adikku bisa jalan lebih dulu dari semua.

Aku menyebutnya, kekuatan konstan. Seringkali orang berjalan bersemangat di awal perjalanan, menghabiskan tenaganya di awal kemudian merangkak di akhir. Aku memang tidak memiliki semangat itu, aku dan adikku hanya punya kekuatan segitu-gitunya. Dan aku penganut, selangkah demi selangkah, lama-lama sampai.

Aku dengan sengaja mengajak adik-adikku ke gunung, alasannya simpel, adik-adikku tidak pernah merasakan pendidikan dasar seperti yang dulu kurasakan. Dan mereka perlu merasakannya, agar 'tempa'-an yang mereka rasakan nanti tidak terasa begitu berat.
 (di ruang peserta, sedang ngobatin kaki yang pada lecet)

Inginnya, aku bisa memoles mereka, memberikan perkuliahan hidup, meski pun usiaku tidak terpaut jauh dari mereka. Tapi aku tidak bisa tega membiarkan adikku kehujanan, membawa tas berat, penuh lumpur atau kelaparan. Jadi sepertinya proses kuliah itu akan sangat lama.

Aku bersyukur adikku dengan sadarnya memilih organisasi MAPENTA, organisasi yang insyaAllah dapat membawa pengaruh yang baik untuknya. Dan juga aku bisa meminjam nama dan syalnya kalau-kalau aku pergi backpacker ke daerah orang, hehehe.

Setelah melalui banyak perjalanan, aku memang banyak berubah, dari yang dulu jijik-an, tidak mau satu gelas bahkan dengan adik sendiri, sekarang aku bisa berbagi satu gelas kopi bersama orang-orang yang bahkan malas untuk sikat gigi berhari-hari. Kemudian perubahan-perubahan lain yang jika kusebutkan satu persatu maka aku akan diklaim sebagai manusia riya, suka pamer, mendeskripsikan hanya untuk pencitraan atau disebut tidak tulus.

Adikku bercerita bahwa selama pendidikan dasar, teman-temannya banyak yang bertengkar, saling adu mulut, mendorong bahkan sampai hampir berkelahi, untungnya adikku tidak ada di dalam salah satu pertikaian itu. Aku pun teringat perjalananku ke puncak tertinggi pulau Jawa tahun lalu, di perjalanan menuju puncak, mereka bertengkar masalah air. Dan aku hanya bisa memandangi mereka yang adu mulut, yang satu berusaha tetap menjaga agar air awet, yang lainnya berusaha untuk mendapatkan air lebih banyak. Sifat-sifat kebinatangan, kata instruktur adikku, keluar dalam keadaan terancam dan terdesak.

Kata-kata instruktur adikku itu banyak menginspirasiku. Dulu aku berpikir bahwa semua orang berhak dan mampu untuk naik gunung, semua orang berhak ada di puncak tertinggi pulau Jawa dan semua orang pun bahkan berhak ada di puncak tertinggi di Indonesia pun dunia.

Tapi, ternyata tidak semua orang berhak ada di sana. Esensi naik gunung bukan sekedar mencapai puncak, mengukir nama atau mengibarkan panji kebanggaan di puncaknya, tapi esensi naik gunung itu mungkin bagaimana kamu mengalahkan ego diri sendiri. Akankah kamu perhatian pada teman yang tidak kuat sampai puncak? Akankah kamu meninggalkan teman? Akankah kamu memaafkan kesalahan diri kamu sendiri?

Aku pun mungkin belum berhak ada di puncak tertinggi pulau Jawa. Tapi insyaAllah, perjalanan selanjutnya, aku tidak akan pernah makan tulang kawan, akan selalu ingat harga diri dan itikad baik. Meski pun yang pergi selama 12 hari itu adalah adikku, tapi adikku membawa pelajaran berharga ke dalam rumah dan disebarkan untukku. Semoga aku pun, dengan tulisan ini, bisa mengilhami.

Jangan pernah memaksa hati kawan untuk meneruskan perjalanan, gunung tidak memberikan tempat pada yang lemah hati. Sekalian, kutambahkan, JANGAN MAKAN HATI KAWAN!

Jangan membunuh keinginan kawan. Jangan jadi beban kawan. Jangan membebani kawan.

Semoga orang-orang baik, alam, malaikat dan Tuhan selalu melindungimu, Putri Syalala, sama seperti mereka semua mengelilingiku dalam setiap langkah.



KENAPA KAMU BISA BAHAGIA DENGAN CARA MAKAN DAGING TEMEN KAMU SENDIRI?

bangsaaaaattttt!!! lain na kamu teh babaturan? lain na sehidup semati deuk babaturan? lain na kalian pernah bersatu padu jadi sahabat baik, naha kieu?

NGERAKEUN.

anjing saya ge tau rasa terimakasih, moal ngegel suku urang meski pun lapar, ai sia naon? BANGKE?

Anda tidak pantas memanusiakan diri lagi,    


malaikat kesayangan


Anak gunung sakitnya kaya gimana sih?

Sakitnya? Kayak bawa ransel gede isi sarden semua.

Wah enak dong.

Enak? Enek.

Cepet sembuh ya, mau dijengukin ga?

Kalo bilang mau juga nantinya aku yang repot

Repot kenapa?

Mesti jadi GPS yang ngasih tau koordinat rumah aku secara jelas, udah sakit, disuruh mikir. Ga sekalian dijurungin ke jurang?

Mau, tapi ke jurang hatimu, boleh?

Aduh

Kenapa?

Makin sakit deh, udah ngegendong ransel isi penuh sarden, mesti digelayutin sama kamu juga, sial deh sakitnya,

Gitu amat sih non.

Emang begitu, Bang.

Udah yah, aku ada rapat dulu

Rapat sama abege?

Abege mulu

Apa dong?

Kamu gitu

Apaan?

Cepet sembuh, nanti naik gunung lagi.

Iya, kalo hujannya udah reda.

Emang masih hujan?

Iya, nih di dalem hati makin deres

Gombal deh, cantik-cantik tukang gombal

Kamu juga, udah jelek, tukang gombal,

Nyesekk

Sama, aku juga nyesek

Aku bilangnya cantik kan?

Aku bilangnya, sana cepet rapat sama abege.

Huh

Hah

Muah

*user tertidur*

Alasan banget

*not responding*

Dadah

*Lukita's offline*

Banyak istirahat. Aku kirim malaikat kesayanganku untuk jagain kamu.

Mana?

Muah

Huah

:)

ngidam


setiap kali aku nyari bibit, biasanya aku pergi sama Ibu dan salah satu pekerja di rumah yang namanya Dani. nah, si Dani ini ga tau umurnya berapa, cuma Ibu aku nyuruh untuk manggil "A Dani". aku kalo lagi eling ya manggil A Dani, kalo engga ya manggil Dani aja. soalnya orang itu kalo diajak ngomong cengengesan mulu, dan aku ga heran kenapa dia ga cocok sama ayah aku. :p

nah, setelah beberapa minggu lalu nyari bibit, hari ini ceritanya nyari bibit lagi. aku, seperti biasa lebih cepet istirahat terus aku duduk, twitteran, fesbukan, ngaplod-ngaplod foto di instagram sambil check out di foursquare. pas aku lagi asyik main hape, dia nanyain minum, terus aku tunjuk air minum di botol kemudian dia minum. setelah itu, dia bilang gini,

"Kabita permen laaahhh...."

kemudian aku geserin sekeresek permen yang ada di sebelah aku dan dia ngambil dua bungkus permen terus lanjut nyari bibit. kalo aku udah kenal lama sama dia, mungkin aku udah ngetawain kelakuan dia. serius, aku baru nemu sama pekerja yang berani "kabita", hahahaha.

aku nyeritain kejadian tadi ke ibu aku dan ibu aku ngakak. Ibu aku cerita kalo istrinya si Dani ini lagi hamil 7 bulan. kebetulan istrinya Dani ini adalah Mbak Ratih, Mbak Ratih dulunya adalah perempuan yang ngebantuin ngepel sama nyuci piring waktu rumah aku masih di perumahan, Mbak Ratih juga disekolahin sama ayah ibu aku sampe lulus SMA kemudian dikursusin, setelah itu Mbak Ratih ini bilang kalo dia mau kerja di pabrik. aku sendiri ga inget sama Mbak Ratih ini, soalnya dia udah ga kerja lagi sama orangtua aku pas aku umur 2 tahun.

sambil masih ngakak, Ibu aku bilang kalo aku mesti baik sama si Dani ini, Ibu aku ngasih tau kalo si Dani yang berani minta permen itu mungkin bawaan ngidam istrinya. dan kalo kepercayaan orang tua, yang ngidam itu mesti dikabulin keinginannya biar anaknya ga ngeces kalo udah gedenya. ga ngerti deh kenapa ngidam bisa sampe bikin anak ngeces.

setelah itu, Ibu aku nawarin Dani permen lagi, tapi dianya nolak. tapi pas di mobil, di perjalanan pulang, bungkusan permen yang kebetulan ada di sebelah si Dani ini kedengeran terus menerus dibuka. dan aku makin ngakak dalam hati.

"Ngidam apa doyan?"

:p

kirim-kirim

ternyata, kirim-kirim itu lebih enak dari pada COD, kenapa?
secara ga perlu ketemu langsung sama pembeli yang ga tau siapa dan anak mana, ga tau juga kalo dia baik atau jahat,
dan aku pribadi sih rada kapok,,
soalnya pas ketemu sama orangnya, gilaaaakkkk.... serem banget!
dan aku berasa siswa yang mau diculik sama om-om.... :(

"Bisa ketemu ga?"
"Sorry, kalo mau ketemu, di cileunyi aja, selain dari itu, mendingan kirim-kirim aja deh."

akhirnya begitulah keputusan akhirnya, selain cileunyi, aku ga terima COD.
:p

siang.



Siang-siang makan es krim enak banget yaaa... yum yum yummy

Ga enak ah,

Kok ga enak?

Ga ngajak, makan sendiri, apa enaknya?

Cie yang selalu pengen diajak.

Huft

Lagi sibuk kah?

Iya

Jangan dong

Kenapa?

Aku udah siapin gombalan buat kamu hari ini.

Aku ga terima gombalan.

Terus nerimanya apa?

Apa ya?

Aku?

Apa?

Nerima aku ga?

Aku nerima es krimnya aja deh.

Yah, ga jadi deh kalo gitu.

Kok gitu?

Habisnya mau digombalin aja mesti disogok es krim.

Gitu aja udah nyerah.

Suka es krim apa?

Apa ya?

Oke, nanti aku beliin. Udah yah, aku mau sok sibuk, mau tebar pesona sama abege sama mau cari makan sama ibu-ibu di dapur umum.

Heh....

Kenapa?

Jangan banyak tanya, aku sibuk. Gangguin mulu orang yang lagi kerja.

Yeee.... malah ganti sok sibuk. Dadaaahhh.

Yooooomaaannnnn :)

:)

:p

:p

:D

:D
Ga beres nih sms, aku janji kalo ketemu nanti aku beliin es krim, tapi jangan banyak-banyak yah, nanti sakit perut.

Iya, gih, jangan ganggu mulu.

Aku gangguin abege dulu.

Bukti dong, bukti. Jangan cuma ngomong doang.

Bohong sih, dadaaah.

Yo...

Apa?

Hati-hati.

Pasti, kamu juga. Selamat siang Lukita.

Siang.

sms sore

<1>

Apa kabar sore...

Sore? salah sambung, ini Lukita....

Dan bagaimana dengan dirimu, Lukita? :)

Hehe.... kabar baik....

:)
Masih sibuk traveling kah?

Belum, lagi nunggu hujan reda dulu....

Bersabarlah.

:)

Dan tetaplah menjadi orang yang sabar ...

Hadiah dari sabar: keabisan

Kwkwkwkwkw...
Ya sudah, Kalo begitu bergeraklah ...

Udah, ini bergerak ngetik sms....








<2>

Ini sore

Terus?

Indah ga?

Indah, kalo ngeliat aku mah.

Tepat sekali. Lagi apa?

Lagi sore.

Tanya balik dong

Apa?

Apa ya? kangen kamu boleh ga?

Boleh, asal jangan lama-lama aja.

Loh, kenapa?

Nanti orang lain ga kebagian.

Kamu selalu lucu, sore....

Sore...







<3>

Kopi ini kurang nikmat,

Kenapa?

Ga ada candaan kamu,

Terus?

Ga perlu bilang WOW,

jadi?

Kalo kita ke gunung lagi, sore, kopi, dan kamu bakal jadi padu dalam detik berharga dalam hidupku.

Iya, kalo.

Aku masih menyimpan memorimu di sini di pikiran ini

Baguslah, ingetin aku kalo aku udah mulai ngelupain kamu ya.

Jangan.

Apa?

Kenapa kamu itu begitu sering dirindukan, Lukita?

Ini sore, Bang.

Terus?

Sholat maghrib?

Oh iyah. Lanjut lagi nanti ya.

Oke.

Love you.

Love me.

mengenalmu adalah musibahku

seharusnya kamu lebih bijak sebelum---
ngeadd aku jadi temen,
minta nomer aku,
ngesms aku,
kenal sama aku,
sebelum kamu ngasiin bunga 40%,
kaos-kaos,
buku-buku,
cinderamata,
cinta,
rindu,
luka.



jangan terlalu lama tersudut dalam penyesalan,
aku pergi ke kiri, kamu ke kanan
jangan menoleh lagi


lupa


lupa





lupa.

Ain Part 1 : memasyarakatkan ta'aruf


>>> TANDA JODOH
Ini diambil dari sebuah pengalaman bukan prediksi.
Setelah ikhtiar maksimal,berdo'a dan shalat,maka tanda itu Allah tunjukan:
1. Berupa keyakinan yang besar untuk menuju pernikahan tidak bisa tergoyahkan oleh apapun sekalipun banyak ujian walau tanpa cinta dan hanya ta'aruf sesaat
2. Merasa nyaman dan cocok dengannya, tidak ada ganjalan berupa rasa tidak cocok dalam hati,sehingga tiada keraguan untuk menikah
3. Bisa menjadi diri sendiri tanpa adanya kepura-puraan atau tanpa sesuatu yang ditutupi
4. Ikhlas menerima apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihannya
5. Allah mudahkan segala urusannya walau harus ada ujian didalamnya
6. niat yang lurus dari keduanya hanya mengharap ridho Allah
7. Ada restu dan do'a dari kedua belah orang tua.
8. Sebesar apapun ujian jika berjodoh maka pasti akan bertemu juga dipelaminan.
Wallohu a'lam bishowab Catatan Seorang Muslim





Tulisan ini kayaknya agak bener deh, soalnya adalah salah satu temen saya waktu SMP, ternyata dia itu pun ta'aruf. Terus dia ngobrol sama saya via chatting di fesbuk tengah malem. hahaha. saya sekarang suka rada jail sama temen-temen yang udah nikah, maenya atuh tengah malem chatting? siga bujang jeung parawan wae,, hahahah. :p SKIP!


Obrolan kita dimulai dengan basa basi busuk nanyain lagi apa dan kenapa belom tidur, hahaha. kemudian kita ngobrol ngomongin waktu esempe, terus masa-masa esema, terus dia curhat masalah pernikahannya dia kemarin. beda ya curhatan jomblo sama curhatan yang udah nikah mah, hahaha. rasanya ga aneh ketika si temen aku itu cerita masalah dia yang marah sama suaminya gara-gara suaminya deket sama temen kantornya yang katanya mah ceunah sahabat tapi si temen akunya cemburu. feel so WAJAR, you know?
Marah, cemburu, kesel,, esensi yang aku baca dari chatnya itu bukan sekedar curhatan ga penting, itu curhatan bermakna, bahwasanya ta'aruf selalu lebih baik dari pada pacaran.

"Ain mah ga mau galau gara-gara laki-laki yang bukan muhrim, galaunya juga ga halal, Kit. hayu kita kembali ke jalan yang bener, jangan pacaran, dosa pacaran teh, nguras tenaga buat orang yang belum tentu jadi jodoh."
Cluk Clak pokoknya mah pas baca chat dia teh, asa dicabok, asa diusap, dijenggut bari dipeluk dalam satu waktu. dan saya cuma bisa senyam senyum ke layar komputer, rada colohok tapi mikir.

Kemudian setelah puas curhat (meureun), si temen aku ujug-ujug nanyain masalah ta'aruf-nya aku. dan aku ngakak, dia bilang, "ga jadi emang sama yang waktu SMA tea bilang mau ngajak nikah kamu?"
"atuh itu mah udah kemana, dianya ge patah hati meureun sama aku, da aku terang-terangan bilang belom siap diajak nikah, hahaha."
"terus ai sama yang ceunah kalo udah lulus SMA mau dateng ke rumah kamu gimana?"
"perasaan untuk kuliah lebih gede dari perasaan pengen nikah sama dia."
"ih, kamu teh, ga boleh ngomong gitu, itu mah bukan ta'aruf atuh ai kamunya udah punya keinginan lain mah."

Kemudian saya diceramahin sama temen saya itu habis-habisan. saya pernah sama-sama religius bareng anak itu, dan entah kenapa setelah lama kuliah, saya ngegeser ke rada ortodok gitu, hahaha. tapi alhamdulillah sekali dia tetep sama kereligiusannya. ketika aku mulai ga terlalu religius, kita mulai jauhan, soalnya acaranya udah beda, aku ga lagi rajin ikut pengajian sama qosidahan. hahaha padahal boong, aku mah rajin nangkring di kantin doang, yang begituannya dia. hahaha.

Ain adalah satu dari... entah ada berapa teman dan orang yang mau aku anggap sebagai teman, yang nasihatnya cuma dibales cengiran kuda doang. Ain, poin ketiga, bisa menjadi diri sendiri tanpa adanya kepura-puraan atau tanpa sesuatu yang ditutupi, itu kayaknya yang susah. hahaha.

"Mau dikenalin sama temen Ain?"
"Boleh deh, minta nomernya sih...."
"Kok nomer sih? kamu ketik aja alamat rumah kamu, nanti dia yang kesana."
"Iya, nomer dulu, terus alamat fesbuk, twitter, baru deh ntar aku pikir-pikir, mau sama dia apa engga."

Kalo aku ada di depan Ain, kayaknya aku bakal kena poles di kepala sama kepalan tangannya Ain.
Ini baru part 1, aku kaburu ngantuk, nanti part 2-nya mah. oke oke oke?


indahnya ngomongin orang



Saya punya temen, dia itu sama kayak saya, suka ngomongin orang, bedanya, kalo saya via tulisan dan saya ga berusaha nyebar-nyebarin kecuali kalo dibaca, nah kalo dia via mulut. ga tau deh itu dosa gedean mana, tapi yang jelas aku sama dia sama-sama ngelakuin dosa, yaitu ngomongin orang. tapi kayaknya gedean dosa gue deh, soalnya gue ngomongin orang yang lagi ngomongin orang.... ahahahaa...

Sebut saja namanya Lamprey.
Lamprey ini adalah temen saya yang ga sengaja kenalannya, saya kenal dia karena temennya saya adalah temen dia juga. dan mau ga mau, suka ga suka, ridho dan ga ridho, saya pun akhirnya berteman sama bocah itu, si Lamprey.
Si Lamprey ini orangnya abu-abu, ga bisa memihak antara yang baik sama yang jahat. suwer! jadi kalo ada orang yang dimusuhin, dia ikut musuhin tanpa sebab, ngejelek-jelekin kayak si objek yang dia omongin itu dosanya gede banget dan ga termaafkan. tapi kalo orang-orang udah berhenti ngejelek-jelekin dan ngebaikin si objek yang tadi dia omongin, dia juga ikut ngebaikin, dan bilang kalo yang ngomongin si objek itu adalah orang lain. sebut aja muka dua.
Saya, pernah jadi korbannya juga. tapi itu sih ga usah dibahas, saya ga begitu peduli juga sama dia, habisnya dia itu temenan ga sengaja juga. jadi kalo musuhin ga sengaja pun ya ga masalah juga kan?

Once upon a time, ceritanya aku pulang kuliah dan pulang kuliah itu mau nonton bareng sama temen-temen aku. dia ujug-ujug bilang mau ikut. kemudian ngomporin salah satu orang yang ga suka sama aku untuk jangan mau kalah sama aku yang hari itu berniat nonton bareng. jadilah ceritanya dua kubu ini nonton di hari yang sama dan berniat nonton film yang sama. itu ide briliannya si Lamprey.
Kebetulan, aku sama temen-temen aku itu disibukin sama tugas kuliah yang belom kelar, soalnya pas mata kuliahnya, kita malah ngebahas film yang mau ditonton, alhasil pas orang lain pada pulang, aku sama temen sekelompok aku mesti ngerjain tugas itu sampe beres dulu. nah, si Lamprey dengan kubu yang dia bawa pergi duluan ke bioskop. sempet ngomporin aku juga dengan bilang kalo mesti cepet2 beli tiket takut keabisan dan bla bla bla.
Setelah beres tugas, aku baru berangkat sama temen-temen. pas nyampe di sana, kita jalan ke area food court dan menemukan si Lamprey sedang diapit sama salah satu kubu yang ceritanya udah beli tiket. dan pas aku liat, mereka lagi pada makan steak. dan mereka sempet juga ngomporin biar aku ga mau kalah terus beli steak juga, tapi aku bilang, "sorry euy, aku mah ga suka steak yang loba ku tipung, aku mah kalo makan steak ya steak daging beneran, daging sapi, yang empat ratus gram tea, kalo tipung mah males."

it sounds like JLEB you know!
ya, mereka beli steak yang banyak ku tipung, ngarti ah meureun pembaca steak apa yang aku maksud. hehehe. setelah ngomong itu, aku beli minuman air mata kucing dan kemudian mereka ngikut. xixixi, emang susah sih trendsetter mah, diikutin mulu, hahaha.
aku ceritanya ngobrol di food court itu sampe minum aku habis dan kita siap beli tiket nonton. ujug-ujug, si Lamprey yang udah beres makan nyamperin ke kubu aku, si Lamprey bilang kalo dia mau buru-buru beli tiket juga. dan spontan aku tanya, "loh, bukannya udah beli tiket yah? bukannya takut keabisan?" dan si Lamprey ngejawab, "ih tau ga, uang aku abis tau dibeliin steak sama minuman tadi, gila mahal banget, *** pinjem duitlah buat nonton"
Aku, kebetulan jalan di paling belakang, dan selalu seperti itu ngakak sendiri ngedenger penuturan si Lamprey. oh iyah, si *** itu nama temen aku yang jadi temennya si Lamprey, sengaja aku sensor biar ga ada yang sakit hati. hahaha. si Lamprey akhirnya minjem duit si *** yang kemudian diikuti gerutuan dari si *** karena si *** juga sama sama duitnya ngepas.
Kemudian kita nonton, dan selama nonton, si Lamprey ga berhenti curhat nyeritain si kubu lain yang bikin duit dia habis. jadi sebelum pesen tiket, mereka itu jalan dulu ke toko parfum, terus beli parfum mahal gitu samaan, dan si Lamprey ga enak kalo ga ikut beli, akhirnya dia ikut beli. setelah dari toko parfum, mereka ke toko buku, lagi-lagi si Lamprey terpaksa beli buku yang sebenernya ga dia pengen. hahaha. setelah itu mereka ke area food court, makan steak tipung dan si Lamprey ikut beli juga, terus pesen minum, kemudian beli tiket, hahaha. pokoknya hari itu, si Lamprey habis-habisan dicekek. :p

Selesai nonton, si Lamprey balik lagi ke kubu lain, terus mungkin dia ngejelekin aku lagi kalo pas nonton aku balem weh sambil mata melotot ke layar, ga minum apa pun, ga ngunyah apa pun dan ga ngerespon dia sedikit pun. tapi si *** nyerita ke aku kalo si Lamprey bilang selama sebulanan ke depan, dia bakal ikut minta makan ke ***. dan aku ngakak lagi. kemudian aku bilang ke ***, "ga sekalian aja sebulan ke depan dia minum parfum sama makan buku yang dia beli?"

Lamprey adalah satu di antara jutaan orang yang ga bisa untuk melepaskan diri menjadi diri sendiri yang apik dan orijinal. Lamprey selalu jadi patokan aku, bahkan di saat aku lagi temenan sama temen-temen yang jauh lebih kaya atau lebih punya duit dan lebih hedonis. aku ga mau jadi si Lamprey, aku mau jadi diri sendiri.
Setiap kali ngeliat Lamprey, aku selalu iba, aku pengen ngerangkul dia untuk jadi diri sendiri, tapi masalahnya adalah dia kayaknya ogah aku rangkul. mungkin dia mikir aku itu ga lebih dari cewek yang miskin, kagak punya apa-apa selain.... selain.... selain apa ya? kayaknya sih selain sleeping bag, soalnya sleeping bag aku emang beli pake hasil keringet sendiri. hahaha.

Aku ngeliat Lamprey itu ya si kepala yang selalu melihat ke atas. novel sama film 5cm bilang kalo ke Semeru itu kita butuh kepala yang lebih sering melihat ke atas, padahal nyatanya, dari pada ngeliat ke atas, justru aku pribadi lebih banyak ngeliat ke bawah. susah ngeliat ke atas. jangankan ngeliat ke atas, ngeliat lurus aja susah, Tuhan seolah bilang kalo pendaki itu harus ngeliat ke bawah.
Tapi ada satu hal yang juga aku pelajari, bahwa ketika susah ngeliat ke atas dan lurus, pandangan kita mesti lebih gesit, lebih luas, ga sekedar ngeliat jalan setapak, tapi sekalian ngeliat ranting, seberapa jauh jarak, halangan, semak, tanda, temen kita, ya begitulah. aku bukan sok bijak, just sharing....

Aku emang bukan orang kaya, tapi aku ga pernah meng-ada-kan yang ga ada. terus terang ga punya duit bukan berarti minta dikasihani, aku bilang kalo aku ga punya duit berarti bahwa aku rela kamu makan atau minum apa pun meski pun ga nawarin, dan aku ga akan dendam cuma karena kamu makan dan aku engga. rezeki tiap orang mah beda. tapi kalo aku yang punya duit, kamu pasti aku traktir makan kalo kamu ga punya duit.

Aku terus ngedenger cerita si Lamprey yang selalu meng-ada sampe hari ini. dan aku cuma bisa senyum senyum aja. ga bisa nanggepin. ga mampu dan ga akan mungkin didenger. soalnya aku ga hidup dalam posisi dia. dan menurut aku si Lamprey ini hebat, dia udah sering kecekek berkali-kali dengan kasus yang sama, tapi dia masih tetep exist, bahkan dia selalu bisa survive. kalo aku mungkin belum tentu.
Tapi kemungkinan besar, sama kayak waktu duit aku cuma nyisa dua belas ribu dan aku mikir-mikir untuk beli makanan atau minuman, aku pastinya ga bakalan makan sama sekali. aku ya sama juga kayak perjalanan Surabaya-Bandung, 18 jam tanpa makan dan cuma dzikir aja semoga badan aku ga kenapa-napa. hehehe.... padahal kalo di rumah, 18 jam ga makan biasanya perut aku langsung lengket, ga bisa masuk makanan sampe mesti terapi makan bubur lagi sebulanan kayak waktu aku semester 4. :p

Untuk Lamprey, aku berdoa semoga kamu selalu bisa survive dalam keadaan tercekik seperti apa pun. :)
Love, aku, yang ga kamu love, hahaha.

kisah es-ce

warna biru artinya di sms, kalo merah itu ngobrol langsung.


"Pak, saya Lukita, saya mau ngambil sertifikat saya yang katanya ada di Bapak, hari ini Bapak bisa ketemu?"
"Hari ini saya keluar, ga ada di kampus, kalo cenin aja gimana?"
Serius, kening aku berkerut pas baca kata CENIN. itu dosen dengan usia hampir 40an bilang CENIN???? oke, menghormati salah satu temen aku yang menganggap alay adalah selera, jadi aku memaafkan. :p



*hari Cenin
"Pak, hari ini bisa ketemu jam berapa?"
"Saya di ruang prodi, kecini aja."
SHIT!
KECINI gituloh....



*di CINI*
"Saya nungguin kamu di depan prodi nich."
PELIS, itu ceha ceha ceha ce ce ce kenapa dibawa terus sich?
Satu-satunya orang yang aku kenal masih pake sich, terus es diganti ce itu cuma si kepin, si alay dari malang, :p entah kenapa mesti ketemu sama orang yang kayak ginian sih?
"Kenapa baru sekarang ngambil sertifikatnya?
"Iyah Pak, dari kemarin saya agak sibuk, jadi susah mau pergi-pergian. Baru sekarang bisa jalan-jalan lagi."



*di kantor (gapake cantor)
"Ini sertifikatnya, tanda tangan di sini."
"Di CINI pak?"
Tatapan mata si Bapak ujug-ujug berubah jadi rada kesel ketika aku bilang sini pake ce. hahaha. rasain lu! emang enak denger kayak begituan? :p
Kemudian aku pulang dengan hati seneng bikin si bapak mumet, hahaha. berasa pulang dari medan perang dengan membawa kemenangan terus jalannya ditaburin bunga. hahahahahaha.

catatan Situ Lembang


Hari ini, ceritanya aku sengaja mempersiapkan diri untuk naik gunung, menemui adikku tercinta yang sedang pendidikan dasar jadi pecinta alam. Aku udah siap dengan sepatu-semi-sandal yang sering disebut dengan sandal baim. :p sandal unyu-unyu yang sebenernya kurang panjang untuk kaki aku yang ukurannya 40 ini jadi sandal andalan aku untuk jalan jalan kemana-mana, ya setidaknya untuk dua bulanan ini. Aku ga berani mengecewakan bentuk perhatian Ibuku yang satu itu untuk kakiku. Hehehe.


Jam 11 siang, aku berangkat ke Lembang untuk ketemu sama adik aku itu. Ibu aku bilang kalo Ibu aku ga boleh nemuin adik aku. Soalnya itu aturan dari pecinta alamnya, biar mental adik aku yang sedang dibangun itu ga pabalatak ketika bertemu wajah Ibu aku. Hahaha. Itu adalah pertama kalinya si Putri Syalala, panggilan untuk adik aku yang nomer dua, pergi camping ke gunung tanpa ditemenin sama aku.

Sekitar jam setengah 2 siang, aku nyampe di kaki gunung sebelum situ Lembang, di situ, kabut mulai muncul dan jarak pandang cuma sekitar 10 meter. Kemudian makin lama, jarak pandang cuma 1 meter. Dan Ibu aku keder, minta pulang dan bilang kalo mungkin gunung itu ga mau didatengin. HAHAHA. Mungkin Ibu aku keder ketika baca plang "Segera Kembalilah Jika Ragu" yang ada di kanan kiri jalan. Oke, itu sedikit spooky, udah kanan kiri hutan pinus, ga ada satu makhluk hidup pun yang bisa diajak ngobrol selain aku, Ibu aku dan adik aku yang bungsu dan si plang itu ngomporin banget. Tapi dalam hati, aku bilang, "Masia weh, aing mah dek ketemu jeung adik aing. Assalammu'alaikum!"

Pertama kali masuk ke dalam hutan itu, aku juga 'merasa' untuk dikomporin pulang sama sesuatu yang menyelinap, menggaruk-garuk perasaanku yang bikin aku sedikit takut dan gemetar. Tapi seperti yang udah aku bilang dari dulu, aku ga mau takut sama hal lain selain Tuhan yang aku sembah, aku ga mau perjalanan naik gunung aku bikin hatiku jadi musyrik sama Tuhanku. Perjalanan kemana pun dan dengan siapa pun, seharusnya bikin aku semakin deket sama Tuhan, itu baru perjalanan yang bener. Dan aku ga mau ngelakuin perjalanan yang salah dimana aku takut sama hal lain selain Tuhan. Oke, keren kan prinsip hidup gue?
Selama perjalanan, Ibu aku terus ngerengek bilang kalo kayaknya jalan yang ditempuh itu salah. Tapi aku, justru semakin menikmati perjalanan. Waktu itu aku cuma bawa kamera hape, di depan mata aku, aku bisa ngeliat butiran debu-nya Cakra Khan, eh, maksudnya butiran air dalam kabut, tapi ga bisa aku foto. Dan naik gunung itu emang bikin nyaman hati. Aku cuma pake kaos tangan panjang sama celana panjang aja, dan ga pake lama, badan aku udah basah sama embun itu.

Barulah aku sadar kenapa si Wallace itu bilang kalo Indonesia itu eksotis, bayangin aja, jauh di atas kabut, aku bisa ngeliat sang surya memancarkan sinarnya malu-malu, tapi di sini, di bawah rengkuhan Pinus, kabut memeluk aku dan setiap aku narik nafas, butirannya masuk ke dalam paru-paruku. Kemudian turun rintik air mirip hujan, yup, surga itu pasti kayak gitu deh. Hutan Hujan Tropis, keren ga tuh? Sekeliling itu ya kayak tempat syutingnya Twilight, cuma lebih Indonesia, lebih sunda dan menurut aku jauh lebih banyak harus mengucapkan assalammu'alaikum.

Setengah jam di dalam hutan itu bikin aku kangen banget sama kegiatan naik gunung. Kemudian Ibu aku bilang kalo dia pengen banget ke Semeru, pengen ke Ranu Kumbolo, katanya. Terus Ibu aku bilang alasan kenapa adik aku ikutan pecinta alam, katanya dia mau ngebuktiin sama aku kalo dia bisa juga diajak ke Mahameru. Aku punya sikap lebih waspada sama adik aku yang nomer dua itu, si Putri Syalala, masalahnya waktu dia itu sering pingsan, dan penyakit di dalam badannya itu komplikatif banget, kalo ngeliat dia itu sama kayak ngeliat aku. Bedanya mungkin kalo aku dikaruniai posisi sebagai kakak sulung yang mesti bertanggung jawab dan kuat sama segala beban, dan dia ada di posisi anak ketiga yang punya dua kakak yang mesti bertanggung jawab atas dirinya. Hahaha, apaan?

Dan ketika aku jalan meniti jalan setapak menuju camp adik aku, ketemu sama orang-orang baru, si kakak-kakak kelas adik aku yang sebenernya adalah adik kelas aku, aku berbisik di dalam hati, dimana hanya Tuhan yang tahu pastinya apa. :)

Ketika aku ngebahas masalah rencana aku untuk ke Semeru lagi, Ibu aku bilang bahwa aku mesti nyari jadwal yang bener-bener sepi, karena kemungkinan kalo aku diterima di perusahaan baru ini, aku harus mengucapkan selamat tinggal sementara untuk naik gunung dan jalan-jalan.
Aku ga sempet nemuin adik aku, soalnya aku sendiri ga mampu nahan diri. Masa tiba-tiba aku ikut ngegabung grup pecinta alam adik aku? Kan ga lucu. 

Aku kemarin menulis sebuah tulisan yang belum sempet aku publish, dan belum sempet juga aku kasih judul, seperti biasa, sebuah tulisan prematur yang ga kuat lagi aku terusin.



Ibu saya mungkin sekarang dimisalkan seekor Ibu Burung Unta yang sangat overprotektif pada telurnya. Di rumah, kami jarang menggunakan kata sakit, sedih, luka atau menangis untuk mendeskripsikan perasaan secara gamblang. Kami terbiasa untuk memahami perasaan dari air muka, dan laku. Saya yakin apa yang Ibu saya rasakan saat ini melebihi seluruh kata itu. Bahkan lebih dari perasaan seorang Ibu yang anak perempuannya tertawa di atas air matanya, bahkan juga mungkin lebih dari perasaan seorang Ibu yang air matanya sudah tidak mampu dihapus oleh tisu. 
Bu, kalau tidak mampu dihapus tisu, kalau saya tawarkan lap kain, bagaimana?
Ibu saya mengenal saya lebih dari 3 bulan. Kami bahkan tidak punya tanggal pasti untuk diingat kapan tepatnya kami mulai bersatu menjadi sahabat selama ini. Saya bahkan tidak tahu kapan pastinya saya menyangkut di dinding rahimnya hingga kemudian saya memaksa keluar melalui saluran vaginanya. Tapi saya yakin, meski pun saya keluar dari vagina, tempat gelap, becek dan lembab, ketika saya meminta dikeluarkan dari ubun-ubun, Ibu saya pasti akan setuju, meski pun itu akan menyakiti dirinya. Namun saya bukan anak yang suka dan mampu untuk berbahagia ketika Ibu saya bersedih dan menitikan air mata.
Ibu saya menyimpan dendam tersendiri di dalam dadanya. Saya, adalah orang yang paling sering mengecewakan Ibu saya, tapi Ibu saya tidak pernah bilang bahwa dia menyimpan rasa kesal di hatinya pada saya. Dia selalu bilang bahwa dia bisa memaafkan dan akan selalu memaafkan semua kesalahan saya. Ya, itu adalah Ibu saya. Ibu saya tidak pernah menghukum saya, memaki pun tidak pernah,  tapi dia bisa menyimpan kebencian.
Dan Ibu saya memang sedang bisa dimisalkan sebagai seekor Ibu Burung Unta yang overprotektif pada telurnya. Ketika saya tanya siapa, dia pun menjawab bahwa dia membenci batu batu tolol yang memelintir kaki anaknya kemarin hari. Sekejap, sebuah kilat menggelegar dan menusuk ke dalam jantung saya.
Saya menganggap masalah yang menerpa saya angin lalu, tapi Ibu saya menganggapnya adalah sebuah beban besar yang mengganjal di dalam hatinya. Saya berulang kali bilang tidak apa-apa, tapi orang yang kecewa atas cerita yang pahit saya itu adalah Ibu saya. Saya hanya bisa membantu meringankan kecewa Ibu saya dengan memegang bahunya kemudian menghiburnya sedikit.
Mom, kita sedang naik gunung, jika dengan naik gunung ini kita bisa memaafkan dan merelakan, kita satu langkah lebih dekat kepada Tuhan kita. Biarkan yang tidak bisa memaafkan dengan satu langkah mundurnya, Mom...






Situ Lembang, 2 Februari 2013.

Raffi, kamu pernah jadi orang yang baik. Pernah diidolakan semua orang dan disukai semua orang. Kamu pernah juga mengukir ratusan prestasi dan pernah menjadi sahabat, kakak, adik, saudara dan anak yang baik.

Saya, meski pun bukan fans kamu, saya ga mau ikut menunjuk satu kesalahan kamu. Kamu pernah dipuja-puja, buat saya ga sepantasnya kamu ujug-ujug dicerca hanya karena satu kesalahan.

Gunung kebaikan kamu terukir di setiap stasiun tivi dan setiap rekaman digital media yang selama ini ngeliput kehidupan pribadi kamu. Biar si Katinon itu sebagai satu bukti bahwa kamu, saya, dan manusia yang lain itu adalah manusia biasa yang selalu punya salah dan khilaf.

Semoga masalah kamu tuntas yah. Saya berdoa semoga kamu adalah balon yang sedang orang-orang coba tenggelamkan di dalam air. Semoga semakin keras orang-orang berusaha menenggelamkan kamu, semakin kamu naik ke atas.

Amiiinnnn....