"Kalau saya disuruh buat puisi. Puisi yang saya buat adalah tentang Ibu. Karena Ibu saya yang selalu menanyakan kapan saya pulang. Dan kalau saya pulang, Ibu saya pasti ngebikinin makanan kesukaan saya."
-Furkon Muhammad, 1 Januari 2011.
Pertama kali ngedenger lagu Malaikat Juga Tahu punya Dewi Lestari, aku pikir itu adalah lagu cinta antara dua orang manusia yang bertepuk sebelah tangan. Si wanita, sepertinya sangat mencintai si pria, tapi si pria tak menyadari cinta yang diberikan oleh si wanita. Hingga akhirnya si wanita meninggalkan pria. Ya, sebelum aku baca cerpen Malaikat Juga Tahu di kumpulan Cerpen RECTOVERSOnya Dewi Lestari.
Lagu itu kurang lebih bercerita tentang kasih seorang ibu pada anaknya yang terkena sindrom down. Dewi "Dee" Lestari begitu apik menyuarakan cinta seorang Ibu yang tulus dalam cerpen itu. Kata-kata yang muncul dalam cerpennya itu benar-benar menjadi magnet besar untuk air mata menitik.
Bagi perempuan itu, cinta tanpa pilihan adalah penjara. Ia ingin dirinya dipilih dari sekian banyak pilihan. Bukan karena ia satu-satunya pilihan yang ada.
Cintanya adalah paket air mata, keringat, dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang. Bukan baginya. Cintanya tak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri.
(kutipan cerpen Dee)Ibuku pun sama. Selalu menanyakan bagaimana kabarku jika aku sedang jauh dengannya. Selalu bercerita tentang masakan yang dia buat. Dan Ibuku selalu bilang, "Andai aja kamu pergi ke tempat yang masih bisa Mom susul, pasti makanannya dibawain."
Itulah katanya. Lalu setiap kali aku pulang, makanan kesukaanku selalu dimasak olehnya. Sungguh, cintanya tak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri. Tak kenal lelah, seolah selalu ada batre cadangan di punggungnya yang membuatnya terus menerus bersemangat dan tetap tersenyum. Aku ragu apakah aku akan bisa menjadi Ibu setangguh Ibuku?
me and my mom on my graduation day... :D
0 komentar:
Posting Komentar