terimakasih

Tuhan, sungguh terimakasih. Meski pun untuk ikut ujian komprehensif kemarin rasanya sulit, terimakasih kau tidak membuat semangatku hilang begitu saja. Kau menempatkanku dalam keluarga yang men-support seluruh keputusan dan semua hal yang sedang kulakukan. Kau pun memberikanku keluarga (pacar) yang sangat baik, menerimaku, mendoakanku, bahkan rela berpuasa agar aku bisa sukses. Ah, sungguh. Apalagi yang bisa kupinta?
Hanya terimakasih yang bisa kuucapkan, rasanya ucapan terimakasih di skripsiku takkan muat dalam 2 lembar. Begitu banyak orang yang mendukung dan menyokongku dari belakang. Begitu banyak nama yang mendoakan keberhasilanku. Ujian munaqosah tinggal dua hari lagi. Terimakasih telah membawa Furkon ke rumahku hari ini. Terimakasih juga atas rezeki yang kau berikan hingga Furkon bisa membelikanku sebuah cincin... heheh
double thanks, God!

seluruh nafas ini

i just love this video clip. i'm just like seeing my self and my boyfriend. sometimes i'm yelling to him when i feel that he never hear what i say. but he never yells to me. he always talks softly, calling my name gently. then whenever i get mad to him, i just shut my mouth up. i don't talk to him so long.
any mistakes that i've made, he's the one that always asking forgiveness. i feel so childish when he does.
all this breath, he's really giving all his breath for me. when i ask for climbing mountain, he agreed and we climb. he gives his jacket for me or hold me tight to keep me warm. i'm just like his universe.
he gives me chocolate, gives me ice tea when i'm thirsty. and always look happy for me, anything happened. Well dear, i'm so sorry for yelling you once.

nonton

Ini foto pacar saya yang diambil setelah kita nonton film Dark Shadow. Hari itu hari Sabtu, pacar saya baru pulang dari kerja di Sulawesi, dia langsung dateng ke rumah, ketemu sama Ayah saya terus keukeuh ngajakin nonton. Sebenernya saya cape, tapi berhubung untuk menggembirakan pacar saya, akhirnya saya ngajakin dia nonton ke Jatos. Pacar saya itu nanya, "film yang bagus apa, sayang?", saya jawab gak tau. Nah  dari mulai parkiran motor, kita itu ceritanya pegangan tangan. Tiap kali saya ngehindar, pacar saya selalu bilang, "ada apa sih sayang?". Setiap kali pertanyaan itu muncul, saya selalu gak enak hati. I feel so guilty... akhirnya kita pegangan tangan sampe ke bioskopnya. Dari jauh saya ngeliat film Dark Shadow, saya ngeliat pacar saya dan pacar saya pun tak terduga lagi ngeliat saya. Saya pun bilang, "Dark Shadow yah Ka?", pacar saya bilang dia juga pengen nonton itu. Haha.
Saya emang manggil pacar saya dengan sebutan Ka Aang atau A Aang. Kebiasaan dari pertama kenal, jadi ketika harus memanggil nama Aang atau Furkon itu cuma dalam tulisan aja. Hehe.
Terakhir saya nonton sama pacar saya itu sebelum dia berangkat ke Sulawesi, kita nonton film Poconggg. Pacar saya paling gak suka disuruh nonton film Indonesia. Katanya sih gak bermutu, kalo buat saya sih yang gak bermutu itu film horornya. Kalo film komedinya lumayan. Haha. Tapi meski pun begitu, pacar saya tetap menyayangi saya.
Terus pacar saya nganter saya pulang. Besoknya dia udah muncul di rumah saya pas saya lagi tidur siang, dia ngajakin ke rumah Pak Aki. Setelah ngobrol kesana kesini seharian, besoknya dia ngajak ketemu lagi. Kali ini minta anter beli hape ke BEC.
"Ka Ang, aku cape. Kalo mau liat-liat dulu, sok jalan aja, aku mau duduk di sini. Nanti kalo udah ada yang mau dibeli, baru bilang ke aku." Kataku setelah muterin BEC 3 lantai selama dua kali. Hahaha. Maaf Ka, aku memang bukan cewek yang suka diajak jalan-jalan di Mall, aku lebih suka diajak naik gunung atau backpacker dari pada jalan-jalan di Mall. Maaf sekali.
Setelah dari BEC, saya ngajak pacar saya itu ke Nangkringan deket kampus punya temen saya. Di sana Ka Ang menjadi surprise bagi semua orang. Dan setelah saya dan Ka Ang jalan sampai bunderan Cibiru, pembicaraan kami kemudian menuju perempuan berambut panjang yang kami temui di Nangkringan itu. Saya hanya bilang, "kalau sudah ada nama lain yang mengisi hati, mengapa benci itu masih ada? Bukankah bedanya benci dan cinta itu hanya setipis jembatan sirotol mustaqim?". Doa saya masih sama untuk gadis berambut panjang itu, semoga selalu berbahagia, dengan siapa pun, meski pun tidak dengan Furkon-ku. Amin. Aku menyayangimu, wahai gadis berambut panjang yang kutemui di Nangkringan hari Senin. Aku masih menyayangimu, kamu kuanggap sebagai saudaraku sendiri...

cokelat panas

Malam ini, saya insomnia lagi. Insomnia itu sudah menjadi penyakit kambuhan jika saya terlambat tidur semenit saja. Sambil menunggu mata saya lelah berpendar memandangi langit-langit, saya membuat secangkir cokelat panas. Tiba-tiba teringat pada Ibu saya. Ibu saya selalu membuatkan cokelat panas sebelum saya tidur. Saya ingat terakhir Ibu saya membuatkan saya cokelat panas itu saat saya kelas 4 SD. Biasanya saya selalu pura-pura tidur agar melewatkan acara minum cokelat panas sebelum tidur. Ibu saya harus menghampiri satu persatu anaknya, memperhatikan sudah berapa teguk yang masuk ke dalam lambung anak-anaknya, barulah dia berpindah ke anak yang lain. Ibu saya dengan sengaja membeli cokelat bubuk berkualitas merk vanhouten. Harganya memang lebih mahal, tapi rasa memang tidak pernah berbohong.
Lama kelamaan, kebiasaan minum cokelat panas itu mulai menghilang dan akhirnya saya tidak pernah minum cokelat panas lagi. Mungkin karena itulah saya sering insomnia, susah tidur, bahkan saya punya gangguan tidur. Saya sering bangun ketika tidur dan susah tidur lagi. Butuh waktu berjam-jam lagi untuk membuat saya terlelap kembali.
Saya pun ingat ketika hujan turun, lantai rumah saya akan sedingin es. Maka Ibu saya memakaikan kaos kaki dan berselimut bersama di tempat tidur besar, tertidur hingga hujan reda atau pagi datang. Sebelumnya, Ibu saya pasti membuatkan cokelat panas juga. Kemudian bercerita tentang si topi merah dan serigala, timun emas dengan buto ijo. Cerita favorit saya adalah si timun emas dan buto ijo, karena Ibu saya selalu bercerita dengan bahasa jawa yang mendayu-dayu, kadang bernyanyi lalu sebelum akhir cerita, saya sudah tertidur.
Sekarang rasanya ingin dibuatkan lagi cokelat panas itu. Ingin mendengar cerita itu lagi. Ingin sekali rambut saya dielus-elus agar cepat tidur. Haha. Dulu tidur adalah gerbang imajinasi saya, menciptakan mimpi, bertemu dengan orang-orang, merasakan deja vu dan lain-lain. Tapi sekarang, tidur hanyalah sekedar kebutuhan agar tubuh tidak kelelahan dan agar mata dapat beristirahat.

Lalu saya mengucapkan selamat tidur... semoga cokelat panas membawa saya ke mimpi yang indah. ^_^

teman KKN

Aku bukan tipe orang yang mudah bergaul dan mendapatkan teman. Aku perlu kerja keras untuk mendapatkan teman yang mau menerimaku apa adanya. Yah, meski pun Furkon bilang bahwa jika orang lain tidak menyukaiku karena "aku", berarti dia bukan orang yang baik untuk dijadikan teman, aku tetap saja berusaha untuk menjadi yang baik agar disukai banyak orang.
Contoh mudahnya adalah teman SMP atau SMA, aku tidak begitu respect terhadap teman-temanku yang itu. Bukan maksud melupakan, tapi dulu aku memang tidak dekat, bahkan sering aku melupakan nama-nama mereka sehingga aku sendiri minder untuk menyapa. Akhirnya aku berpura-pura tidak melihat atau tidak kenal pada mereka.
Pertemananku yang aneh dimulai ketika kuliah, aku berteman dengan Mira karena sama-sama "berbeda". Lalu berteman dengan Euis karena sama-sama "aneh". Kemudian berteman dengan orang-orang dari komunitas Rumput, kemudian lintas komunitas, hingga sahabat museum, siswa, teman-teman adikku lalu merambat ke teman-teman Furkon. Haha.
Aku pesimis untuk mendapatkan teman, apalagi di tempat KKN. Aku takut bertemu dengan orang yang gaya hidupnya glamor dan "diskotik" abis. Aku menyadari bahwa "gadis gunung" tidak akan mudah mendapatkan teman. Tapi ternyata aku salah. Sebagian besar teman KKN-ku adalah teman dari temanku di komunitas lain atau teman dari temannya Furkon. Haha, ternyata ada untungnya juga Furkon selalu membawaku kesana-kemari, mengenalkanku dengan orang yang satu dan yang lainnya, menjejalkan nama dan wajah mereka di otakku. Haha.
Aku dengan santai bercerita bahwa aku suka naik gunung, aku digigit pacet, memperlihatkan satu persatu bekas luka dari naik gunung di tubuhku dan menceritakan pengalamanku membuat film. Sepertinya menjadi diri sendiri tidak menyiksa orang lain, mereka lalu menerimaku. Yah, meski pun ada yang memandangku sebelah mata karena aku ogah memakai rok ke setiap acara pengajian. Tapi segala hal berjalan dengan sangat baik. Bahkan thanks A Ipay, karena aku mengenalmu, si ketua KKN-ku yang sok tahu itu tak berani macam-macam denganku. Haha.
Hingga sekarang, hampir 5 bulan sejak aku berpisah dengan teman KKN-ku, aku masih sering bertukar informasi. Tentang apa pun, bahkan mereka menjadikanku tempat curhat. Padahal aku sendiri heran, aku hanya memberikan saran yang bagiku adalah saran yang pasti akan disarankan padanya juga, tapi... ah ya sudahlah. Yang jelas, Furkon memang orang yang berpengaruh di hidupku. Berkat dia, aku mengenal lebih banyak orang dan dikenal oleh banyak orang juga.
Luph Aang... <3

sepotong cincin



Hanya karena sepotong cincin, kita bertengkar. Membicarakan ini dan itu, hal-hal yang sudah terjadi, belum terjadi dan yang akan mungkin terjadi. Padahal hanya masalah sepotong cincin. Kau ingin menyarangkan cincin itu di jari manisku dan aku ingin kau menyarangkannya di hari akad saja. Hanya sepotong cincin, padahal.
Kita lalu bicara tentang sikap-sikap kita yang dulu cuek, tak pernah membicarakan hal ini dengan serius hingga membelit ke urusan kuliah dan kesibukan. Lalu berguling-guling dalam pasir maaf hingga akhirnya aku menelan ludah yang pahit. Kau pun lalu berlutut-lutut memohon ampun.
Kita sedang membicarakan apa sih sebenarnya? Masa depan sudah begitu jelas untukku dan untukmu. Lalu mengapa hanya karena sepotong cincin kita harus berdebat berjam-jam?
Ah, andai saja aku menyesal saat mulai mendebatmu, bukan setelah mendebatmu. Maafkan aku...
^_^

saya bukan penulis

Saya bukan penulis. Bahkan pengetahuan tentang kepenulisan pun tidak saya praktekan. Masalahnya pengetahuan yang paling nempel adalah pengetahuan untuk selalu ingat memberi titik dan koma. Itu saja. Dulu saya sering membuat kalimat yang begitu panjang. Jika ada "lalu", maka tidak akan pernah ada titik. Kemudian saya belajar bahwa ada atau tidak adanya "lalu" atau "kemudian", titik itu harus selalu ada. Apalagi koma.
Saya sering mengganti judul blog saya, entah ini sudah yang keberapa kali. Soalnya terkadang saya merasa "sombong" dengan judul yang saya gunakan. Tidak perlu contoh, pembaca yang setia membaca blog saya pasti tahu dari awal sampai hari ini perjalanan blog saya. Haha.
Saya mulai menulis di blog ini sejak tahun 2008, awalnya yang saya isi hanya lagu. Bisa dicek arsip tahun 2008-nya :p. Lalu mulai saya menuliskan diary hingga akhirnya saya menulis puisi, cerpen, lalu resume film, prosa dan novelet. Haha. Sungguh sebuah perjalanan!
Inginnya saya hapus karena mungkin tulisan-tulisan saya yang lawas itu akan jadi bumerang untuk saya di kemudian hari. Tapi, saya tidak tega. Rasanya seperti membunuh diri saya sendiri. T_T. Jadi, bagaimana pun akhirnya nanti, saya tetap enggan menghapus blog saya ini.
Di blog ini saya sisipkan tulisan-tulisan tentang kekesalan saya pada seseorang, sesuatu atau harapan yang tidak tercapai. Haha. Saya bukan tipe orang yang suka curhat kepada teman. Saya punya sikap antisipatif untuk kemudian diadu domba atau cerita saya diputar balikan atau dimaknai ganda. Jadi, saya tulis saja. Jadi kalau ada kesalahpahaman, salahnya itu ada di saya, jadi bisa saya klarifikasi karena ada bukti otentik berupa tulisan ini. Hehe.
Saya tidak memaksa orang lain untuk membaca blog saya, toh saya memang bukan artis, bukan penulis profesional yang tulisannya bermakna dan indah. Jadi, bebas saja. Kalau mau baca, silahkan, tidak mau juga silahkan. Saya tidak lagi butuh diapresiasi. Toh saya bukan penulis. :)
Saya suka bercerita tentang Furkon, tentang apa yang ada di pikiran saya, tentang apa yang terjadi di sekitar saya dan pendapat saya tentang sesuatu. Saya menulis kadang hanya untuk meluapkan beban pikiran saya, biasanya kalau saya banyak berdiskusi dengan Furkon, saya hanya menuliskan ringkasan hasil diskusi dengan Furkon. Tapi Furkon terkadang sibuk, jadi saya menulis saja semau saya dan mengartikan sesuatu itu sepengetahuan saya saja.
Kalau saya boleh memilih, saya mau jadi seorang scooterist, guitarist, backpackerist, hahaha. Tapi saya bahagia dengan kehidupan saya yang sekarang. Bersama Furkon, ketidakmampuan saya menulis, diskusi bersama Furkon, pemikiran subjektif saya, duduk bersama Furkon, mendengarkan celotehan orang-orang tentang saya dan menjelek-jelekan Furkon, saya dan Furkon, saya dan Furkon...
Ah, yang jelas, di dunia saya, Furkon itu bukan seorang yang rela begadang untuk memantrai seseorang. Love you, Furkon.
^_^

untuk teman-teman seperjuanganku...

Lilis, aku mengingatmu dengan kerudung putih dengan corak biru. Aku lalu berkenalan denganmu di aula kampus saat kita sedang OPAK. Lalu kita berteman. Aku melupakanmu lagi dan lagi, berkenalan lagi dan lagi hingga akhirnya aku benar-benar mengingat wajahmu saat kau mengirimiku pesan di masjid. Ingat tidak, Lis?
Kau memang yang paling baik, paling rajin memberitahukanku jadwal kuliah, tugas dan jadwal ujian. Keberhasilanku yang seperti ini dimulai olehmu, sungguh! kau adalah teman pertamaku, yang mengucapkan selamat ulang tahun padaku saat orang lain tak tahu kapan hari ulang tahunku. Kau juga yang tetap duduk di sampingku saat orang-orang memusuhiku.
Ah Lilis, kamu "kolot" dan aku sangat beruntung bisa berteman denganmu, di hampir empat tahun kita bersama. Terimakasih untuk segalanya, Lis. Maaf aku selalu mengeluhkan kostanmu yang begitu jauh, mengomentari kamarmu di lantai 3 yang tangganya sangat menyiksa itu dan aku selalu menjelek-jelekan si Ikan-mu. Hehe, maaf.

Aku mengenalmu sebagai si Nenx Euiz SukaPulpy, gadis yang "mirip" aku. Seseorang yang meng-add facebook-mu harus bilang bahwa dia meng-add-mu agar kau segera meng-confirm-nya. Seseorang harus menyapamu dengan menyentuh tangan atau lenganmu agar kau sadar bahwa orang itu menyapamu. Seseorang juga harus mulai bercerita agar kau up to date pada gosip panas di kampus. Ya, aku mengenalmu sebagai gadis yang seperti itu. Dan aku beruntung kau ada, jadi aku takkan merasa bahwa aku adalah makhluk aneh yang "sendirian" di dunia ini. Karena ada kau yang sama "aneh"-nya. Hehe. Kesamaan kita mungkin karena kita lahir di bulan yang sama dan dengan tanggal yang berdekatan.
Kita memulai cerita dari kuntilanak di kostanmu hingga cerita-cerita horor yang membuat Lilis tersiksa mendengarkan obrolan kita. Haha, setelah ini, aku akan sangat merindukan obrolan kita, baso HI dan nonton film bareng.

Untuk Mira, aku tidak ingat kapan pernah meng-add facebookmu. Tapi setelah berulang kali aku membuat facebook, akulah yang selalu meng-add-mu duluan. Kita dekat karena kita sama-sama punya kamera, sama-sama suka protes dan membuat resolusi aneh untuk menentang kerajaan lebah. Haha. Kita (dulu) sama-sama suka menulis, membuat puisi yang "tidak sengaja" menyakiti perasaan beberapa pihak. Tapi menurut seorang sastrawan, puisi kita bagus.
Kita sama-sama membuat akun di xanga, menulis berbagai hal agar tidak terbaca para "penguntit". Sepertinya meski pun kamu di Cijapati, kita takkan sering bertemu juga kecuali kalau ada acara-acara besar. Aku suka melihatmu berjuang untuk Kateter dan skripsimu dalam waktu yang bersamaan. Hehe, kita sakit bersama, aku sembuh duluan. Semoga kamu juga cepat sembuh, Ya.

Papap, Alpariji. Entah sudah berapa orang yang bertanya, "si zets pacaran sama si Lukita? Mira? Euis? Lilis?" haha. Terimakasih sudah berbagi film personal taste yang sampai sekarang pun belum beres kutonton. Aku bahkan sudah malas karena kau sudah menceritakan akhirnya. Terimakasih juga telah membantu men-download program moodle saat aku berencana membuat skripsi tentang e-learning. Haha. Cepat sukses zets, ada wanita yang menunggumu...

Kiky, HI-mu selalu kutunggu. Semoga tidak tersesat lagi dalam percintaan. Segera temukan dermagamu, jangan mudah menurunkan jangkar jika kau belum yakin. ^_^

Lalu yang lain, yang namanya enggan kusebut karena aku belajar bahwa hanya beberapa orang saja yang mau namanya dicantumkan dalam tulisanku, hehe. Semoga cepat selesai dengan urusan perkampusannya. Tanpa kalian, aku tidak akan menjadi film maker yang lolos di Jakarta dan di Bandung. Haha. Tanpa kalian juga, aku mungkin masih mengurung diri seperti katak dalam tempurung atau masyarakat Athena dengan guanya. Tanpa kalian, aku mungkin tidak akan pernah bertemu dengan Furkon. Untuk semuanya, meski pun maaf itu begitu tabu keluar dari bibir, terimakasih sajalah...

minder

Aku minder saat harus bertemu dengan orang-orang banyak. Aku tidak terbiasa bicara di depan orang banyak karena sebelumnya tak ada orang yang menginginkanku untuk bicara. Aku terbiasa untuk duduk di belakang, dikucilkan dan dihina.
Hingga suatu ketika, si gadis yang selalu dihina ini menjadi bintang, guru-guru memujiku karena kemampuanku dalam pelajaran komputer. Dulu orang yang bisa dengan mahir memakai komputer hanyalah para sekretaris atau perkantoran saja. Lalu aku, seorang gadis berumur 13 tahun dapat dengan mahir mengoprasikannya. Hal itu sedikit membuatku punya "muka" untuk bertemu dengan orang-orang di dunia ini dan untuk bicara di depan umum.
Kemudian di SMA, saat aku berumur 16 tahun, guru komputerku lagi-lagi memanggilku, dia memintaku untuk menjadi orang pertama yang mengisi tempat "ketua" dari organisasi teknologi informasi sekolah. Sebuah komunitas yang bergerak di bidang programming dan desain. Karena aku merasa bahwa aku bisa karena terbiasa, maka aku mengundurkan diri dan mengajukan orang lain. Aku semakin punya "muka" untuk menghadapi dunia.
Lalu di perkuliahan, saat orang lain sudah sibuk dengan handphone-nya yang canggih, aku hanya memiliki sebuah handphone jadul dengan layar yang pecah, sehingga aku hanya bisa membaca pesan dari layar di bawahnya. Tapi dosen komputerku lagi-lagi memuji kemampuanku dalam hal teknologi informasi. Aku kini punya "muka" setelah mendapatkan nilai A, bahkan dosen itu bilang bahwa dia belum pernah bertemu dengan mahasiswa mana pun yang semahir aku.
Sekarang, tanpa komputer pun aku bisa punya muka untuk menghadapi dunia. Bahkan meski pun kemampuanku hanya bercerita dan menulis tanpa ilmu tentang kepenulisan, aku masih bisa berkarya dan punya pembaca.

Aku kemudian teringat cerita kakak kelasku, Acil namanya. Dia berasal dari dusun terpencil, pinggiran kota, yang tidak ada sinyal handphone apa pun dan untuk bersekolah, harus melewati banyak tanjakan dan turunan. Dia pun dulu merasa minder. Tapi Tuhan menganugerahinya kemampuan melukis. Dari lukisannya, dia bisa memberi vespa, membiayai kuliahnya, menghidupi dirinya dan melakukan banyak perjalanan yang "wow".
Aku kemudian melihat pacarku sendiri, Furkon. Dia pun berasal dari daerah terpencil, tapi dengan kepintarannya, dia bisa menyelesaikan kuliahnya dengan baik. Aku bahkan kagum padanya karena dia mempelajari begitu banyak hal. Dan itu tidak kulihat dari orang-orang yang dulu menghinaku. Seujung tai kukunya pun tidak.

Lalu kita (manusia) harus menjadi yang mana? Menghina seseorang tidak menjadikanmu lebih baik. Dan bagiku sekarang, tidak perlu minder. Toh orang tidak tahu berapa uang yang tersimpan di dalam dompet kita. Mereka juga tidak tahu seberapa jauh kita sudah berusaha dan seberapa sakit hati kita karena terhina. Tetap saja memandang ke depan.


Agama untuk Io


"Tau gak, si Io kan udah pindah agama. Dia pindah jadi Protesman."

Aku diam. Tak banyak berkomentar meski pun pertanyaan di otakku sudah menekan dua gigi seriku. Tapi daun bibirku masih cukup kencang untuk menahan dan mengingat bahwa aku tidak memiliki hak sedikit pun untuk menanyakan pada orang ketiga, eh tak tahulah dia orang ke berapa. Jadi aku putuskan untuk menyimpan semua pertanyaanku untuk Io sendiri nanti. Dan tulisan ini untuk menceritakan perdebatan dalam hatiku, bukan menceritakan Io yang pindah agama
Aku dan Io sudah berteman sejak awal aku masuk kelas 1 SMP. Kebetulan aku sekelas dengannya. Io adalah anak yang ceria, dia berjalan berkeliling untuk menjabat satu persatu teman barunya dan berkenalan dengannya. Sudah bisa dipastikan Io adalah calon "orang hebat" di masa yang akan datang dengan sikapnya yang baik hati dan menyenangkan itu.
Aku dulu adalah orang yang pemurung dan pendiam. Kadang sampai sekarang aku masih merasa seperti itu. Dan dulu, Io adalah orang yang paling sering mengajakku bicara. Dia tahan untuk berdiri di depan mejaku berlama-lama untuk mengobrol. Maklum PNS dulu sangat malas masuk ke kelas kalau muridnya tidak menjemput mereka ke ruangan mereka.
Aku adalah cinta monyetnya Io. Aku ikut ekskul PMR, karena dia berharap bisa pacaran denganku dan tahu aturan di organisasi bahwa tidak boleh pacaran sesama anggota, maka Io ikut ekskul lain, Paskibra. Setiap Jumat sore, kami selalu pulang bareng meski pun cuma sampai terminal angkot karena aku pulang dengan naik angkot sedangkan Io rumahnya dekat dengan sekolah.
Aku dan Io bertemu lagi di SMA dengan packaging Io yang lebih baik lagi. Dia sekarang adalah seorang ketua OSIS. Dia masih ramah seperti dulu. Sayangnya aku dan Io sama-sama kapok, dulu waktu SMP, kami habis-habisan diledek karena Io menyukaiku. Padahal mungkin jika kudeskripsikan, perasaan Io padaku dulu itu tidak lebih dari sekedar kagum atau senang berteman. Jadi meski pun kami masih suka saling menyapa, kami jarang bahkan tidak pernah terlihat bersama.
Aku dan Io sama-sama anggota OSIS. Meski pun aku berteman dekat dengan Io, aku bersaing dengannya untuk menjadi ketua OSIS (dulu). Tapi aku mengundurkan diri. Aku kontra untuk memilih Io menjadi ketua OSIS, mungkin Io berpikir aku membencinya. Padahal sebenarnya bukan masalah bagiku. Tapi aku tahu Io, dan teman-temannya memperjuangkan Io untuk menjadi ketua OSIS bukan karena Io mampu, tapi untuk menjadikan Io sebagai dagelan di sekolah. Sayangnya Io tidak pernah tahu. Mungkin sampai detik ini.
Di SMA, Io punya kebiasaan latah, sedikit bertingkah seperti perempuan dan tidak disiplin. Alasan latah dan bertingkah seperti perempuan itulah yang membuat teman-temannya suka mengganggu Io. Rasanya sedih melihat Io dikerjai saat SMA dulu. Tapi apa daya.
Di kuliahan, aku tidak lagi bersama Io. Aku hanya mengobrol dengannya lewat chatting di situs pertemanan atau dia menunggu dia mengirimiku pesan. Hari ini aku baru mencari akunnya di situs pertemanan, mungkin dia sudah menghapusnya atau mungkin dia sudah mengganti namanya karena masalah pindah agama itu.
Aku jadi memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja kurubah dulu untuk merubah keadaan yang sekarang. Tapi percuma, seperti apa pun fisik Io, seperti apa pun pemikiran Io sekarang, bahkan pindah agama atau tidak beragama sekali pun, tidak membuatku ingin membuang Io atau menjadikannya bahan perbincangan gosip ketika reuni. Aku hanya tinggal di Indonesia, aku bukan bagian kaum minoritas yang dengan tega men-cut rezeki Lady Gaga. Aku tidak sekeji itu. Aku hanya tinggal di Indonesia, aku masih punya pendirian.

Io, ayo semangat!

teman pertama

Waktu masuk SMA, saya marah pada Tuhan, pada Ibu dan pada semua orang di sekeliling saya. Soalnya saya berharap masuk SMA Negeri yang "top", ternyata malah masuk SMA swasta yang "kurang top". Sekolah saya itu punya kolam renang, lapangan bola yang super besar, lapangan basket, lapangan futsal, lapangan volly dan lapangan tenis, semuanya terpisah dan serba mewah sebenarnya. Tapi karena saya sedang marah, jadi saya menolak untuk memuji sekolah saya itu.
Hari pertama masuk sekolah itu pas masa MOS (Masa Orientasi Sekolah). Saya termasuk anak yang baik, gak pernah telat dateng, gak pernah lupa bawa barang-barang yang harus dibawa, bahkan saya pun kebilang yang gak pernah bikin masalah.
Di hari pertama itu, semua cewek udah punya temen. Sedangkan saya masih sendirian. Duduk di paling belakang dan cuma bisa diem ngeliatin orang-orang. Menunggu untuk disapa dan diajak kenalan. Itulah saya. Tanpa saya sadari, di sebelah saya itu adalah cowok yang cute banget. Namanya Gezza. Saat itu saya belum tau kalo namanya Gezza.
"Sshht!" Kata si Gezza memanggilku yang masih sibuk memperhatikan orang lain. Setelah beberapa kali memanggil, saya nengok dan Gezza tersenyum lebar. "Nama kamu siapa?"
"Lukita." Jawabku. Saat itu, saya memang tidak mengharapkan teman pertama saya adalah seorang cowok. Jadi saya gak nanya balik namanya siapa.
"Aku Gezza." Katanya memperkenalkan diri. Saat itu, dia mengulurkan tangannya dan saya menyambutnya. "Dari SMP mana?"
"Negeri. Kamu?"
"Sama, Negeri juga." Sahut Gezza. Kuperhatikan, Gezza pun bukan tipe orang yang mudah bergaul dengan cowok lain. Terbukti dia masih sendirian saja di kelas tanpa ada satu orang pun yang mengajaknya bicara.

Malam itu, saya memikirkan nama cowok yang berkenalan dengan saya tadi siang. Rasanya lupa dan yang kuingat adalah nama Gaze.Esok paginya, Gezza pake baju yang ada papan namanya. Saya pun jadi inget lagi kalo namanya Gezza. Dengan mudah aku akhirnya jajan bareng dan sholat bareng.
Saya semakin gak punya temen. Baru saya tau kenapa alesan gak ada cewek yang mau saya deketin karena ternyata mereka itu udah ngeceng si Gezza, eh si Gezza malah ngajak kenalannya ke saya. Haha. Emang rejeki mah gak akan kemana. Hahaha. Tiba-tiba ada cewek namanya Irma ngajak kenalan juga. Saya ngenalin Gezza juga ke Irma dan akhirnya kita berteman bertiga.
Di akhir acara MOS, ada acara jalan-jalan naik bus gitu. Pagi itu saya datengnya telat. Saya ketemu Gezza di depan sekolah dan dia bilang, "kamu di bus 5. Aku di bus 7. Nanti di sana jalannya bareng yah!"
"Iya." Jawabku. Aku lalu mencari bus 5. Di bus 5 sudah ada Irma dan dia langsung mengajakku untuk sebangku. Irma kemudian menggodaku, Irma bilang saya menyukai Gezza. Padahal, terpikir pun tidak.
Di tempat wisata itu, Gezza membuntutiku. Saya lalu menyapa teman SMP-ku yang sebenarnya tidak terlalu dekat. Kemudian saya kenalkan pada Gezza, dan akhirnya Gezza punya teman juga dan tidak lagi membuntutiku.
Setelah acara jalan-jalan itu berakhir. Waktunya mencari kelas. Lagi-lagi saya bertemu dengan Gezza dan dia bilang, "nama kamu gak ada di semua kelas, kamu udah bayar, kan?". Sebenarnya pertanyaan biasa, tapi karena saya masih dalam keadaan marah, jadi saya benci ketika Gezza bilang seperti itu. Gezza mau menolongku untuk mencari kelas ke bagian tata usaha, tapi saya menolak.
Ternyata saya dan Gezza kelasnya bersebelahan. Di kelas pun saya tidak punya banyak teman. Lalu di kelas sebelah (kelas Gezza), ternyata aku dimusuhi karena cewek-ceweknya ngeceng Gezza. Akhirnya, dari yang sangat dekat, aku mencoba menjauh dari Gezza. Tak lama kemudian, aku dan Gezza jadi jarang saling sapa.
Aku hanya bicara pada Gezza ketika pulang sekolah menunggu jemputan hingga jam 6 sore di halte sekolah. Gezza menunggu bus yang menuju rumahnya dan busnya baru akan muncul sekitar jam 6 sore. Gezza bercerita banyak hal. Meski pun di sekolah kami tidak pernah saling menyapa, tapi tanpa ada orang yang tahu, kami masih sering bicara hingga akhirnya adikku masuk SMA yang sama denganku dan aku pulang bareng dengannya setiap hari.
"Gaze, makasih yah!"

kebahagiaan Dina

Saya punya salah seorang temen, saya manggil dia Dina. Nah si Dina ini adalah orang yang paling bekoar tentang kesetiaan dan cinta abadi. Pokoknya, dia adalah ratu asmara. Dia yang paling "tau" seluk beluk pria dan segala sikapnya. Dia selalu bilang kalo pria-pria itu buaya darat. Nah, kalo temen saya bilang dia itu bayawak darat.
Saya kenal sama Dina hampir 4 tahun. Dia adalah gadis yang manis dan berwajah ayu. Pokoknya semua cowok yang ngeliat dia pasti langsung ngeceng dia dan membidik dia untuk jadi pacarnya. Dina sangat ramah dan baik hati, dia gak akan segan untuk ngebantu seseorang sepenuh hatinya. Bahkan sampe ngerjain tugas kuliah, ngepel, nyuci, bahkan dia pun rajin bikin kue buat dibagi-bagiin ke temen-temen kuliahnya, termasuk saya.
Sekilas, Dina adalah sosok yang menyenangkan. Seharusnya gadis seperti itu langsung ketemu sama si pria idamannya. Ya seharusnya seperti itu. Tapi, justru gadis berandalan seperti saya yang dapet cinta sejati duluan. Hahaha.
Selama saya kenal Dina, Dina udah gonta-ganti pacar sekitar 3 kali, itu pun yang saya tau. Pria ketiga itu adalah temen saya juga. Saya sebenernya sempet mikir bahwa pacar ketiganya itu adalah cowok yang terakhir buat Dina. Soalnya mereka memanggil satu sama lain itu Ummi dan Abi. Haha... So sweet.
Ternyata, hubungan mereka cuma tahan 2 bulan lebih beberapa hari. Akhirnya setelah makan-makan besar + traktir nonton, dia putus juga sama pacarnya. Udah jadi tradisi buat saya, Dina dan temen-temen untuk nraktir makan ketika ulang tahun atau pacaran dan minum-minum kalo putus. Dan Dina adalah yang paling sering makan-makan. Haha.
Sebagai teman, saya pengennya dia cepet nemuin cowok yang cocok buat dia, tapi sebagai yang suka ditraktir, saya pun engga nolak kalo selalu ditraktir sama dia. Haha. Nah, hubungan saya sama Dina itu agak renggang karena saya kesal juga sama sikap Dina yang di bibir dia bilang dia disakitin cowok, tapi nyatanya justru dia yang main api sama cowok lain. Tanpa setahu saya, ternyata sekarang Dina udah gonta-ganti pacar hampir 6 kali. Bahkan yang traktiran yang saya kira terakhir itu pun bukan yang terakhir. Jadi saya cuma bisa ber-haha-haha saja ngeliat ceramahnya kalo dia nanya tentang hubungan saya sama pacar saya. Dia bilang, "kamu sih enak dapet cowok yang sayang sama kamu, kalo aku? aku mah disakitin terus".
Aku jadi ingat sama salah satu filsuf yang bilang, seseorang yang tidak mengingat sejarahnya, harus mengulangi sejarahnya. Pantesan si Dina terus-terusan mengulangi kesalahannya, soalnya dia gak nyadar-nyadar sih kalo kesalahan itu ada dalam dirinya.
Ternyata, meski pun wajah saya gak se-ayu Dina, saya bisa dapet cowok yang cakep baik dan sayang sekali sama saya. Akhirnya, apa yang ngebedain nasib saya sama Dina? Sikap. Wajah cantik dan bodi yang seksi gak menjamin kebahagiaan. Biarlah pinggul saya gede, muka saya gak cantik dan saya gak jadi idaman cowok-cowok di kampus. Saya mah bercita-cita jadi idaman suami dan idola anak-anak saya saja. Amin. Hehe.
Din, semoga cepet menemukan kebahagiaanmu...