Reuni selalu tampak asyik. Ajang bertemu dengan kawan lama. Tegur sapa. Saling bertukar cerita. Bersaing dalam hal pakaian dan kemewahan. Pacar. Perselingkuhan. Hingga soal tabu yang sebenarnya tak perlu diucapkan. Bagi hampir semua orang, reuni adalah hal yang menyenangkan. Tapi bagiku tidak. Bagiku, reuni seolah membuka sesuatu yang seharusnya sudah ditutup dan diakhiri. Dan entah mengapa, kadang aku punya ribuan hingga jutaan alasan mengapa aku menolak untuk diajak reuni.
Sore tadi, setelah seribu hari lebih tak bertemu dengan kawan lamaku, aku akhirnya bertemu dengan mereka. Di sebuah food court kami bertemu dan aku hampir tidak mengenali mereka semua jika saja mereka tak menyapaku duluan. Canggung, itu adalah kesan pertama yang kurasakan saat bertemu dengan mereka. Padahal mereka adalah orang-orang yang sekelas bersamaku waktu SMA. Tapi entah mengapa aku seperti anak baru yang susah beradaptasi. Maka aku diam.
Bergulirlah masa-masa SMA-ku dulu bersama mereka. Aku pernah perang dingin hingga akhirnya melumer bukan dengan maaf, tapi dengan tantangan saling bunuhku. Kadang aku berharap bisa melakukan tantangan saling bunuh itu lagi dari pada aku terus perang dingin seperti orang-orang yang ditempatkan sekelas bersamaku di kampus.
Aku ingat juga perselisihan kecil untuk memperebutkan si kembang kelas. Hahahaha... sayangnya aku tak pernah ambil andil dalam masalah di kelas kecuali saat tantangan saling bunuh itu.
Yang membuatku senang dan membuat pacarku (sekarang) cemburu adalah ketika tanpa sengaja aku bertemu dengan kecenganku waktu SMA. Aku berjalan ke arah yang berbeda dengannya dan dia menyapaku, duluan jika boleh kutambahkan. Padahal waktu SMA dulu, jangankan menyapa, tersenyumpun dia tak pernah. Selama SMA, aku mengaguminya dalam hening, dalam diam.
Dia sedikit bercerita tentang hubungan cintanya dan dia bertanya tentang seorang pria yang sedang menjalin hubungan denganku di salah satu situs pertemanan. Aku menjawab dengan berat sekaligus senang, bahwa pria itu adalah pacarku. Aku hampir melompat senang saat bisa memperkenalkan pacarku padanya. Bayangkan saja, dulu waktu SMA, dia gonta-ganti pacar seolah memanasiku dan aku hanya bisa diam, menelan ludah pahit dalam kerongkonganku. Sekarang, aku tahu mengerti arti dari sweet revenge. Hahaha...
Sembilan ratus hari yang lalu, aku sempat bersedih karena tak bisa lagi melihat si kecenganku itu lagi setiap hari. Hampir setiap hari aku membuka profil salah satu situs pertemanannya hanya untuk melihat fotonya atau membaca statusnya. Semua itu terus berlanjut hingga akhirnya aku semakin jarang membuka profilnya dan akhirnya hingga tidak pernah lagi membuka profilnya, hingga sekarang.
Perasaan kagum itu masih ada sampai sekarang. Karena perasaan suka padanya bukan pada fisik yang akan lebur oleh waktu atau pada kekayaan yang akan hilang dalam hitungan detik. Aku suka pada otaknya, kecepatannya berpikir yang mengagumkan, IQ-nya yang jelas lebih unggul dariku, kecerdasan yang mengalahkanku diatas segalanya.
Dia bercerita sedikit bahwa di kampusnya ada seorang gadis yang menyukainya dan ternyata dia adalah teman dekatku. Aku sedikit terkejut namun ada perasaan yang berbeda. Dulu, setiap kali si kecenganku itu menyebut nama teman dekatku itu, ada rasa sakit yang menusuk hingga ke jantungku, tapi kali ini tidak ada. Rasanya kebas dan aku sendiri tak mengerti mengapa senyumku bisa setulus ini.
Kau punya tempat sendiri, tapi bukan sebagai orang yang aku suka lagi. Perasaan itu sudah hilang. Saat memutuskan ikut reuni, kau adalah kesempatan yang tak pernah kuduga akan hadir. Andai saja aku menuruti rasa malasku, mungkin aku takkan bertemu denganmu. Saat bertemu denganmu, ada perasaan rindu, rindu akan perasaan yang dulu sering menggangguku.
Dan aku menyadari bahwa aku telah jatuh cinta pada orang lain. Karena bukan padamu lagi hatiku berdebar saat bertemu. Bukan padamu juga rasa rinduku bertaut. Aku merindukan orang yang naik vespaaaaaa!!!
Dan aku benar merasakan dunia ini simetris dan pusatku hanya ada satu dan itu bukan disini. Jadi kemanapun aku berjalan, aku melihat semua manusia sama. Yang membuatnya beda adalah adanya kehadiran si satria bervespa atau tidak. Jika ada dia, maka aku buta pada sekitar. Tak ada dia, maka aku melihat semuanya sama dengan tiada.
Reuni...
Aku ingin sekali mengajak si satria bervespa dan mengenalkannya pada duniaku yang lama...
Aku masih malas menulis, jadi meskipun inspirasi sedang banyak, aku hanya ingin bercerita sedikit saja...
Semoga kepuasan pembaca terpenuhi...
Hahaha...
27 Agustus 2011
Menu
About
Blogroll
Popular Posts
-
Pagi hari di SMP Pembangunan Harapan, sekolah para kurcaci kecil yang baik hati. Sekolah ini dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang arif ...
-
Hmm Whoaaa Oohhh Yeahh You Said It Wasn't Gonna Be Like It Was Before Then It Happened Again Pushing Me Back Out The Door Thought It Wou...
-
" Urang nyesel nyarita ka kamu." Aku sungguh berpikir bahwa, kau adalah si orang lain, yang satu-satunya, mau, bisa dan akan s...
-
Na na na, na na na na. (x2) Sejak melihat mu, ku jatuh hati pada mu. Saat mengenal mu, semakin ku ingin kamu. Maukah engkau, menemani aku...
-
Jam 11 siang. Aku berdiri di tempat saat kita duduk bersama, seperti DUNIA TAKKAN PERNAH MELIHAT KITA. Semuanya telah berlalu dan saat itu a...
-
Mereka bilang aku sedang jatuh cinta. Dan tulisanku menunjukan semua itu. Lalu, ketika kutulis sebuah kata tentang pedihnya hatiku ketika a...
-
Sejak pertama kali aku mengungkapkan pemikiranku dalam kata di kelas Kajian komunitas Rumput, pertanyaan itu selalu muncul setiap kali aku...
-
Sudah banyak bermunculan slogan "katakan tidak". Contohnya katakan tidak untuk narkoba, katakan tidak untuk freesex , katakan tida...
-
Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, Dan lagu cinta yang lembut. Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu ...
-
You're on the phone with ur girlfriend, she's upset she's going off about something that u said she doesn't get ur humor lik...
0 komentar:
Posting Komentar