meledak!!!

"Jangan-jangan aku doang yang geer." Katamu. Ada nada sedih saat kau mengucapkan kata-kata itu. Aku melingkarkan tanganku lebih erat ke tubuhmu, entah kau merasakannya atau tidak.

Malam ini, aku sedang mengerjakan tugas kuliahku, membuat makalah 20 halaman. Ah, lupakan saja, toh aku tidak lagi menganggap sesuatu menjadi beban meskipun aku belum tidur dan perutku sedang kosong. Aku mulai membuka situs blog-ku dan mulai menulis. Rasanya lebih mudah menulis disini dari dapa di microsoft word. Padahal sama saja. Entahlah. Mungkin seperti itu juga aku, aku lebih suka diam di dekatmu, bukan bicara panjang lebar. Jika microsoft punya program recovery, blog tidak, bagiku seperti itu. Maka, saat aku bertemu denganmu secara langsung, aku ingin menyimpan semua image-mu, gerakan-gerakanmu, merekam suara dan merekam apa yang kau utarakan padaku. Dan aku lebih banyak diam saat bertemu denganmu. Membiarkan otakku dipenuhi bayanganmu.
Ada alasan logis mengapa aku tidak pernah meledak-ledak dalam mengungkapkan perasaanku. Ada alasan juga mengapa aku lebih suka diam dan menghapus keberadaanku diam-diam. Dan ada alasan juga mengapa aku lebih pandai menguntai kata dari pada bicara di hadapanmu.
Aku pikir, kau bukanlah kerbau dungu yang harus kujabarkan tentang pemikiran-pemikiranku, dengan sikapku, kurasa kau pun sudah tahu apa yang kupikirkan dan kurasakan. Dan aku juga bukan seorang guru yang baik di hadapanmu, jadi aku tidak perlu ajar mengajari makna sebuah perasaan. Aku berani bertaruh bahwa aku sama menyayangimu seperti ibumu, kakak-kakakmu atau adikmu yang menyayangimu. You mean something for me, but loosing you wouldn't make me die, just my world would.
Aku tidak mau terjatuh di lubang yang sama meskipun aku sering melakukannya, jatuh di lubang yang sama, dengan kaki yang sama, cara yang sama, hanya waktu saja yang berbeda. Kau ingin membuat sebuah rumah, untukku, kau ceritakan padaku desainnya, kau ceritakan padaku bahan-bahannya, kau pun menceritakan padaku bagaimana dan selama apa waktu yang dibutuhkan hingga rumah itu jadi. Wah, ternyata aku si Rorojonggrang, aku bisa meminta rumah itu jadi kapanpun aku mau. Aku tidak peduli seperti apa bentuk rumah itu pada akhirnya, aku tidak peduli catnya berwarna apa dan berapa harganya jika dikalkulasikan dengan uang. Bukankah seperti katamu, rumah itu untukku, jika rumah itu sudah jadi, aku bisa memilih menempati rumah itu atau membiarkan seorang wanita lain menempatinya denganmu.
Bicara rumah, bicara masa depan, bicara tentang kau dan aku...

"Promise me this, that you'll stand by me forever. But if god forbid us to step in and force us into a goodbye, if you had children someday, when they point to the picture, please tell them my name..."

0 komentar:

Posting Komentar