Diinspirasi dari menunggu wisudaannya pacarku, tukang gelembung sabun sama beberapa kejadian yang kualami beberapa hari ini. Kadang aku memandang sesuatu hal begitu picik. Picik dalam artian bahwa aku merasa yang paling baik dan paling benar, yang lainnya salah dan sesat. Padahal aku sudah berusaha mati-matian agar tidak seperti itu. Tapi entah mengapa aku masih saja berpikiran "picik".
Aku memperhatikan gelembung sabun yang ditiupkan oleh alat berbentuk ikan oleh tukang dagang di hari wisuda pacarku. Aku memperhatikan, gelembung-gelembung itu berubah warna dengan cepat dan warna yang dihasilkannya indah. Namun tak bertahan lama. Hanya beberapa detik keindahan itu muncul sebelum akhirnya gelembung busa itu mulai turun dan pecah.
"Wah, angle-nya bagus tuh kalo diambil pake frog eye terus backlight dari cahaya yang muncul dari pepohonan." Pikirku saat itu.
Kemudian, lama-lama pikiranku bukan tertuju pada si gelembung sabun, tapi aku mulai berpikir tentang jika kehidupan itu seperti gelembung sabun. Dan ingatan beberapa hari lalu terputar di kepalaku.
Seperti kataku di awal. Aku selalu merasa paling benar dan yang lain kuanggap sesat. Seharusnya aku bisa menanamkan sikap cuek. Toh aku bukan Tuhan yang bisa menjustifikasi seseorang salah atau benar. Aku juga bukan Tuhan yang Maha Sempurna. Jadi, seharusnya aku bersikap netral saja.
Aku menjustifikasi dia sebagai si salah hingga akhirnya aku malu pada diriku sendiri. Ah sudahlah, nanti saat rasa maluku sudah hilang, aku akan menceritakan semuanya dengan senang hati.
Setelah beberapa minggu ini mengalami kejadian yang memutar balikkan pemikiranku, aku baru merasakan apa yang namanya "sadar". Ternyata aku masih bermimpi. Selama ini. Dari kemarin.
Dan bicara tentang si gelembung sabun... Ah, rasanya aku memang lebih tertutup pada dunia setelah apa yang kualami beberapa minggu ini.
"Dan kau pun harus malu jika menjustifikasi bahwa aku salah! Camkan itu."
17 September 2011
Menu
About
Blogroll
Popular Posts
-
Pagi hari di SMP Pembangunan Harapan, sekolah para kurcaci kecil yang baik hati. Sekolah ini dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang arif ...
-
Saya bukan penulis. Bahkan pengetahuan tentang kepenulisan pun tidak saya praktekan. Masalahnya pengetahuan yang paling nempel adalah penge...
-
Waktu pertama kali masuk komunitas, yang saya pilih cuma kelas kajian. Tujuannya? Mempermudah pemahaman saya tentang filsafat, yang kebetul...
-
"Selamat Ulang Tahun, Reorio." Lalu dia menjawab, "Makasih, Killua." Aku pun bertanya, "Masih ingat ternyata dir...
-
So please, Let me be free from you And please, let me be free I can face the truth. -pretend : secondhand serenade- Saat mendengar lag...
-
Hmm Whoaaa Oohhh Yeahh You Said It Wasn't Gonna Be Like It Was Before Then It Happened Again Pushing Me Back Out The Door Thought It Wou...
-
Na na na, na na na na. (x2) Sejak melihat mu, ku jatuh hati pada mu. Saat mengenal mu, semakin ku ingin kamu. Maukah engkau, menemani aku...
-
Saya belajar . . . . . . . Bahwa saya tidak dapat memaksa orang lain untuk mencintai saya Saya hanya dapat melakukan sesuatu untuk orang yan...
-
Jujur saja, aku sempat berpikir bahwa aku takkan pernah naik gunung lagi. Setelah beberapa kali ke dokter dan mendapati semakin banyak ko...
-
Aku malas bereuni. Karena; "Ya iyalah kamu lulus duluan, kamu kan kuliahnya di UIN, jurusan Biologi lagi. Biologi kan gampang ....
0 komentar:
Posting Komentar