Kita bisa seidealis apa pun merencanakan pasangan hidup. Cantik, baik, taat beragama, yg badannya langsing, tubuh atletis, tinggi, semampai, rambut panjang, kulit putih, gigi rapi, alis tebal, hidung mancung, bibir seksi. Ya, semua sekedar rencana.
Kita juga bisa bilang, bahwa, kalau calon pasangan hidup kita, kalau tidak baik, kalau hanya menyengsarakan hidup, kalau hanya pintar membuat kita menangis, kalau hanya suka morotin duit, kalau cuma bisa telat dan telat dan janji dan janji; maka lebih baik ditinggalin dan nyari yang lebih baik.
Tapi, apakah waktu seumur hidup akan cukup mencari yang lebih baik?
Nanti, jangan-jangan kayak Aceng Fikri, yang menyesal istrinya ga perawan, mulutnya bau dan bla bla bla lalu diceraiin. Mau sampe kapan Si Aceng mencari si lebih baik?
Apakah Aceng Fikri sendiri sadar kalo dia itu ga lebih baik dari perempuan2 yang pernah digilir sama dia? Ga ada satu wanita pun yang mempertanyakan keperjakaan si Aceng itu sendiri. Ga ada juga yang mempertanyakan apakah bibir si Aceng ini pernah mencium wanita lain selain istri2nya (zinah). Ya kan?
Dan manusia hanya punya dua pilihan, bergerilya mencari pasangan hidup, atau menerima yang sudah ada di tangan.
Penyesalan itu datangnya terakhir, ketika sadar bahwa waktu dibuang hanya untuk mencari yang sempurna padahal kesempurnaan itu cuma punya Alloh. Menyesali juga ketika maut menjemput, yang nemenin cuma caira n infus sama selimut rumah sakit (kalo beruntung pas mati masih punya duit) yang dingin. Ketika mati, setengah dilempar ke liang lahat, ga ada yang mau ngirim yasin.
Ya, semuanya pilihan. Selera. Dan aku, masih bebas untuk bercerita.
Kita juga bisa bilang, bahwa, kalau calon pasangan hidup kita, kalau tidak baik, kalau hanya menyengsarakan hidup, kalau hanya pintar membuat kita menangis, kalau hanya suka morotin duit, kalau cuma bisa telat dan telat dan janji dan janji; maka lebih baik ditinggalin dan nyari yang lebih baik.
Tapi, apakah waktu seumur hidup akan cukup mencari yang lebih baik?
Nanti, jangan-jangan kayak Aceng Fikri, yang menyesal istrinya ga perawan, mulutnya bau dan bla bla bla lalu diceraiin. Mau sampe kapan Si Aceng mencari si lebih baik?
Apakah Aceng Fikri sendiri sadar kalo dia itu ga lebih baik dari perempuan2 yang pernah digilir sama dia? Ga ada satu wanita pun yang mempertanyakan keperjakaan si Aceng itu sendiri. Ga ada juga yang mempertanyakan apakah bibir si Aceng ini pernah mencium wanita lain selain istri2nya (zinah). Ya kan?
Dan manusia hanya punya dua pilihan, bergerilya mencari pasangan hidup, atau menerima yang sudah ada di tangan.
Penyesalan itu datangnya terakhir, ketika sadar bahwa waktu dibuang hanya untuk mencari yang sempurna padahal kesempurnaan itu cuma punya Alloh. Menyesali juga ketika maut menjemput, yang nemenin cuma caira n infus sama selimut rumah sakit (kalo beruntung pas mati masih punya duit) yang dingin. Ketika mati, setengah dilempar ke liang lahat, ga ada yang mau ngirim yasin.
Ya, semuanya pilihan. Selera. Dan aku, masih bebas untuk bercerita.
0 komentar:
Posting Komentar