pijakan...

Aku sedang memilah-milah tempatku berpijak.

Dia, si pasir yang terhampar tak berujung. Aku tak berani melangkah, tak juga berdiri di atasnya. Aku takut tenggelam akan keraguannya. Aku takut terhisap akan ketidak pastiannya.

Dia, si bongkahan batu. Aku tak berai berdiri diatasnya. Aku takut batu itu akan pecah, mengisyaratkan retakannya dengan lagu-lagu pilu. Aku tak ingin membuat ketegarannya rapuh. Aku takkan sanggup memoles retakan itu menjadi satu lagi.

Dia, si air yang mengalir. Entah dimana harus kupijakan kakiku. Dia terus mengalir, entah kembali ata tidak. Entah kemana.

[26 November 2010]

Dan dia, angin yang mengalir lembut. Menyapu, mengeringkan air mataku. Membuatku merasakan kehadirannya tapi tidak wujudnya. Kukerjapun, dia takkan datang padaku. Tak pernah untukku. Hanya mempermainkanku.

[19 Desember 2010]

Semuanya hanya "seolah-olah"

nyata...
bahagia...
senyum...
tawa...
hanya sebatas "seperti"
tapi

TIDAK

[20 Desember 2010]

untuk kawanku...



Kawan... kamu kenapa? kau menjauhiku, membencikukah? apakah kau juga telah termakan berita bohong tentangku? aku masih tetap sama... sama seperti tahun lalu saat aku baru mengenalmu... saat mataku baru terbuka tentang keberadaanmu... aku tak menjadi monster yang mereka ucapkan. Aku masih tetap aku! Aku masih suka mie goreng... aku masih suka nu green tea madu... aku masih suka lidah buaya... aku juga masih suka baso... apa ada yang salah denganku, kawan?

kawan... kamu kenapa? apa kita tak bisa bersahabat baik seperti dulu lagi? apakah kau telah berubah menjadi seorang yang tak kukenal? apakah kesadaranmu mulai muncul dan perasaan malu untuk berteman denganku hinggap di kepalamu? apa kamu masih suka baso sepertiku? apa kamu masih membenci novel? atau kamu sekarang sudah suka puisi dan melupakan jati dirimu?

kawan... kita kenapa? apa ada yang salah dengan pertemanan kita selama ini? apakah kau sudah lelah membelaku? atau kau sudah bosan mendengar cerita usangku? aku masih ingin bercerita, banyak hal yang belum kuceritakan, masih maukah kau mendengarkannya?

kawan... kenapa denganku? kenapa tatapan matamu begitu asing? kenapa kau seolah mendiskriminasikanku? kenapa kau tak pernah tersenyum lagi seperti dulu? apa yang salah denganku?

kawanku... kukira hujan badai takkan mampu memisahkan pegangan erat tangan kita... kukira kita akan selalu memiliki... kukira kau akan menjadi mata disaat mataku tak mampu melihat dan aku akan menjadi tangan yang akan menuntunmu... kukira akulah si sendok dan kaulah si garpunya...

mungkin tidak, kawan... mungkin pertemanan kita takkan semudah itu. Tapi aku bukan monster, aku masih tetap aku... aku yakin, orang asing yang sedang menatapku itu bukan kamu...

kawan, di kepalaku berputar-putar kenangan kita dulu. Saat kau kedinginan, aku memberikan jaketku untukmu... kau tahu aku tak pernah mau membawa payung, jadi kau memayungiku... kau yang menarik tanganku jika aku jalan terlalu cepat... aku menuntunmu berjalan di pinggir jalan... kau membantuku menyebrang... aku membawakanmu makanan... kau menawarkanku minum... aku mengajarimu untuk tak makan sembarangan... kau mengajariku untuk minum air putih...

kawan... aku selalu tahu kau bukanlah seorang yang mengisi kekosonganku.... kau adalah yang melengkapi kekuranganku... aku baru merasa banyak kekurangan setelah aku merasa sempurna bersamamu...

kawan... aku berdiri 3 jam di depan rak buku di toko buku hanya untuk memilih 1 dari 2 novel yang akan kubeli... aku juga tak minum 3 hari karena tak ada yang mengingatkanku... kadang aku harus melewati puluhan menit untuk berjalan selamat ke seberang... tasku juga selalu penuh dengan makanan, terkadang basi karena aku lupa menghabiskannya... aku hampir lupa untuk tersenyum juga!

kawan... andai saja ada kamu! mungkin aku bisa menanyakan pendapatmu... mungkin aku juga akan minum karena ada yang mengingatkanku... juga ada yang menyebrangkan jalan untukku... dan menghabiskan makananku... dan aku juga pasti punya seseorang yang akan tersenyum padaku...

kawan... andai saja ada kamu... 3 jam di depan rak buku akan terasa lebih bermakna... jaketku takkan terasa begitu panas karena kupakai seharian... jaketku juga takkan basah karena ada payung yang melindungiku... takkan ada tawa bahagia kita juga...

kawan... kamu kenapa? ini aku, temanmu! teman yang setiap hari kau ajak bicara... apakah kau lupa? ataukah ada makhluk dari planet mars yang mencuci otakmu?

aku sangat merindukan saat kita bersama...



8 des 10

JOKER


Saat aku menatap kalender biruku. Waktu ternyata berjalan sangat cepat! Seolah semuanya baru terjadi kemarin. Saat mereka mengasingkanku. Saat mereka menepikanku dalam pandangan mereka. Saat mereka menghapus jejak-jejakku dalam kehidupan mereka.

Kini aku dikenal sebagai orang asing dalam lingkungan mereka. Mereka tak kenal aku, tapi aku kenal mereka. Mereka tak mau aku, aku juga tak mau mereka! Aku harus peduli ketika mereka marah tapi mereka tak pernah peduli padaku jika aku marah. Mereka ingin didengar ketika sedih, sedangkan mereka mengabaikan butir-butir air mataku.

Aku kini menjelma sebagai orang yang hanya mondar-mandir di kehidupan mereka tanpa sedikitpun direspon oleh mereka. Menjadi hantu disiang hari. Bayangan dimalam hari. Menjadi satu butir pasir diantara hamparan luas pantai. Satu titik hujan di dalam awan gelap.

Aku lebih banyak menangis, mereka tidak peduli. Saat aku ada, mereka mengacuhkanku. Menganggap aku sudah mati. Atau memang sebenarnya aku sudah mati?

Mereka membuat aturan untuk membenciku. Dan mewajibkan menyukai mereka. Dengan topeng-topeng mereka. Dengan kesan lembut namum beringasan. Dengan senyum hangat menyeringai kejam. Aku, yang berusaha apa adanya ini mereka benci. Tapi kenapa? Apakah karena aku tak bertopeng seperti mereka?

Terkadang aku berpikir untuk menjadi orang lain. Orang yang bisa mereka suka. Tapi itu bukan aku. Aku lebih suka jadi aku. Meskipun aku tak tahu aku yang aku suka itu seperti apa. Aku nyaman dalam ketersesatanku pada jati diriku. Aku suka ketika aku bingung menentukan masa depanku. Aku bahagia menjadi jiwa yang luntang-lantung sebelum akhirnya aku jatuh di jurang kekecewaan lagi. Kenapa aku harus jadi orang lain?

Setiap hari bersama mereka. Membuatku sadar. Bahwa aku memang tak seharusnya bersama mereka. Bukan, aku hanya tidak tepat. Mungkin benar, aku salah masuk jurusan. Mungkin juga benar bahwa aku salah memilih. Atau aku salah ditempatkan?

Jika aku diajak tertawa bersama mereka, aku menjadi asing. Aku tak benar-benar bahagia sebenarnya. Bersama mereka, aku seolah diseret-seret dalam kehidupan yang bukan milikku.

Ketika aku bicara dengan mereka. Aku menjadi muak pada diriku sendiri. Kenapa hanya mereka yang boleh egois untuk membenciku? Mendiamkanku berbulan-bulan? Mengapa aku harus selalu menjawab pertanyaan bodoh mereka? Mengapa aku tak boleh mengacuhkan mereka balik?

Mereka banyak. Aku satu. Oke, ditemani beberapa kawan baikku. Tapi aku satu. Aku sendirian. Oke, karena aku memang lebih suka sendiri. Aku kesepian, seorang diri. Dan tak ada yang mau tahu. Kenapa sih, aku harus dibuat menjadi SATU?

Aku selalu harus memakai jati diri yang bukan aku. Tak ada yang menyukai aku yang sebenarnya. Setiap hari menggunakan topeng ramah, aku bosan! Sesekali, bisakah kalian mulai mendengarkanku? Bisakah kalian menghargai aku yang selalu menjawab pertanyaan bodoh kalian itu? Bisakah kalian memperhatikan aku yang setiap hari sakit?

Aku sakit. Lambung, ginjal, hati, jantung. Kalian pedulikah? Aku berani bertaruh kalian tidak tahu. Setiap malam aku didera takut pada kematian, kalian pedulikah? Tubuhku dijejali bermacam-macam obat setiap harinya, kalian mau tahukah?

Tolonglah, bukankah aku ini teman kalian juga? Jika aku bukan teman kalian, maka apa aku? Joker? Yang tak sengaja ditempatkan dalam tumpukan kartu sama? Yang bukan wajik, hati, sekop atau keriting? Yang bisa hilang tanpa seorangpun menyadarinya?

Aku lelah untuk menjadi seorang yang bukan aku. Pahamilah sedikit bahwa aku ingin kalian hargai. Pahamilah sedikit rasa sakit ditubuhku tanpa aku harus meraung dan menangis. Perhatikanlah sedikit tentang aku ini.

Aku ingin percaya bahwa aku bukan joker. Tapi berbulan-bulan ini, aku memang si joker. Kalian membuktikannya padaku.

Aku kecewa, tapi kalian tidak mau dengar. Aku sedih, kalian tidak peduli. Bahkan mungkin jika aku matipun kalian baru sadar ratusan hari setelahnya. Begitukah?

Aku ini anak hilang. Tak tahu kemana tujuanku. Tak tahu dimana aku berasal. Aku hanya ingin merasa betah disebuah tempat.

Aku tak ingin dijejali kata persahabatan yang muluk-muluk. Aku hanya ingin berteman baik dengan semua orang. Itu saja. Untuk merasa diterima.

Kalian memang sudah menolakku. Jadi benar, aku si joker. Bukan golongan si cantik, si kaya, si berisik, si pintar atau pendiam. Jadi jika aku hilang, takkan ada yang menyadarinya...

Jika jadi joker aku diperbolehkan tak menjawab pertanyaan bodoh kalian, aku mau. Jika jadi joker aku bisa jadi diriku sendiri, aku mau. Jika jadi joker aku bisa keluar masuk dunia manapun yang kusuka tanpa harus dibenci dan diperdebatkan, aku mau.

Jadi, jangan tanya aku. Jangan jadikan aku orang bertopeng seperti kalian. Jangan masukkan aku dalam dunia gelap kalian. Cukup disini saja. Disinipun aku sudah tahu tanah apa yang kupijak. Disinipun aku sudah tahu langit apa yang menaungi kepalaku. Dan disinipun aku sudah tahu mana yang benar-benar kawanku...








2111 2010