Kau benci jika aku memanggilmu cantik. Tapi bagiku, kau tak hanya sekedar cantik-nya wanita. Bukan yang berpoles bedak dan bergincu merah di bibir. Kau punya kecantikan yang entah bagaimana, kubilang inner beauty.
29 Februari jelas bukan ulang tahunku. Kau pun tahu itu. Karena kau selalu mengingat ulang tahunku, bahkan sejak awal kita baru berkenalan.
"Selamat 29 Februari, semoga Allah memudahkan kita dalam segala urusan dan mimpi-mimpi indah kita. Amin." Katamu. Tak ada lilin harapan yang bisa kutiup karena memang bukan ulang tahunku, meskipun aku ingin kau ada di sini, nyatanya aku tidak meminta kau untuk kembali.
Kemudian aku mendapati sebuah hadiah darimu. Aku mati-matian bilang bahwa kau tak perlu memberiku banyak barang, tapi semati-matian aku menolak, semati-matian juga kau terus memberi.
Mimpi-mimpi indah kita. Aku cukup mendengar rencanamu yang begitu spektakuler untukku. Tentang rumahnya, dindingnya, kacanya, ladangnya, anak-anak yang akan berlarian mengitari meja makan kita nanti, segalanya.
"Terimakasih, cantik!" Kataku.