soal matematika selisih

hari ini setelah ngajar Paskib, aku dateng ke ruang kabid olahraga dan seni di SMA tempat aku ngajar. tujuannya adalah buat ngasiin berkas absen selama bulan september. karena di dalem ruangan itu ada guru yang lagi tidur, aku males ganggu, jadinya aku tungguin aja sampe si guru itu bangun. yah itung-itung sambil nunggu dijemput juga.
nah, pas aku nunggu itu tepat di depan kelas 9 SMP. waktu itu lagi mata pelajaran matematika, ngebahas tentang volume, selisih dan persamaan. aku ngedengerin seksama meski pun engga ngeliat papan tulis. si guru itu ngejelasin tentang metode persamaan untuk nyari selisih volume dari kubus. ah pokoknya bla bla bla gitu deh. tiba-tiba aku langsung inget masa SD aku.
waktu itu pas ngebahas bahasan yang sama, aku pernah disebut bodoh di kelas. alasannya gampang, karena soal :
"ada sebuah segitiga, segitiga tersebut akan dibuat model. tinggi segitiga aslinya adalah 5 cm, sedangkan tinggi modelnya adalah 1 cm, volumenya adalah X. berapakah volume dari segitiga model?"
semua guru pasti bakal nyuruh untuk nyari lebar si segitiga model, setelah itu disuruh nyari panjang dari segitiga model itu, barulah nyari volume setelah dua angka itu diketahui. tapi aku, enggak. aku tinggal ngitung X:5 soalnya perbandingan segiga asli dan segitiga modelnya adalah 1:5.
mudah, soal yang terlalu mudah. saat anak rangking 1 di kelas waktu aku SD ngerjain 5 menit, aku bisa ngerjain kurang dari satu menit untuk sekedar tahu berapa volume dari segitiga model. tapi waktu itu guruku langsung mencoret jawabanku dan bilang aku salah. dia bilang aku bodoh. dia bilang aku idiot dan bla bla bla.
sekarang, setelah aku mempelajari tokoh-tokoh seperti Einstein, Pascal, Aristoteles dan yang lainnya. aku mengerti apa makna idiot dan bodoh dari guruku itu. sungguh. lalu pertanyaanku adalah, "kenapa harus membuka sebuah bungkusan jika sudah tahu isi dari bungkusan itu?"
apakah just make it sure? seharusnya ada jawaban yang lebih ilmiah dan lebih bisa dipertanggungjawabkan selain make it sure. lucu!
dan di dalam kelas 9 itu, tak ada satu anak pun yang mampu mengerjakan soal seperti aku. lucu, aku benci pada guruku tapi aku justru menjadi guru juga. tapi aku yakin aku adalah guru yang jauh lebih baik dari guru-guruku. aku memegang teguh prinsip filsafat yang tidak mudah membenarkan dan tidak mudah menyalahkan. segala sesuatu itu hanya dalam taraf "kemungkinan". apa yang pasti di dunia ini? ketidakpastian.
ya dan bla bla bla bla bla. aku yakin ini jawaban Tuhan dari pertanyaanku waktu kecil, "kenapa nilaiku selalu nol jika jawabanku benar?"
"kenapa si anak rangking 1 di kelasku itu tidak kuliah bahkan tidak masuk SMA sedangkan aku yang katanya idiot ini bisa kuliah dan sekarang bahkan sudah lulus?
iya, kenapa? karena jawabannya sudah jelas. pintar dalam buku teks tidak membawa seseorang kemana pun. butuh lebih dari sekedar rangking 1 dan pintar untuk mengerti.

0 komentar:

Posting Komentar