last...

i love how you walk with your hands in your pockets


last kiss - taylor swift


Kubayangkan saat nanti kau datang lagi. Saat itu aku akan tertawa. "Buat apa lagi?"
Dan seperti ucapan orang-orang padamu, aku pun akan bilang, "...kita kayak gini ajah."

aku ingin menyesal

Kulewatkan begitu saja,
kubuang tanpa kulihat lagi,
kuludahi tanpa kumintakan maaf,
kucaci tanpa kupuji...

aku ingin menyesal...
andai saja aku mencintaimu... mungkin semuanya akan mudah.

aku ingin menyesal kemudian mencintaimu balik...
aku ingin menyesal dan membalas rasa kasih sayangmu padaku...
aku ingin meneriakan bahwa aku menyayangimu, andai saja aku menyesal...




24 April 2011

today : hujan!

Harapaku kosong. Semuanya terisi dengan hal-hal bodoh dan aku mengakui betapa luar biasa bodohnya harapanku itu. Keyakinanku. Semua hal kecil yang kupercayai, perlahan kuubah. Aku mulai percaya bahwa aku bisa hidup tanpa obat. Aku percaya bahwa takkan terjadi hal buruk padaku meskipun aku seharusnya berhenti meminum kopi. Aku percaya, bahwa mie takkan membuatku mati.
Betapa mudahnya mengubah sebuah kepercayaan. Dan aku akan terus mengubah kepercayaan itu hingga takkan ada yang bilang padaku bahwa aku berhmahzab sebuah film filosofis seperti cin[T]a.

Aku membungkam mulutku. Menengadahkan kepalaku dan terus bilang, "Makasih Tuhan..."
Aku akan belajar untuk berdoa dengan baik, dan takkan meminta sebelum aku bisa berdoa dengan benar...

hari ini hujan...

kemeja biru

hingga kurasa bahagia mengakhiri segalanya...

Lirik lagu itu mengantarku menuju alam mimpi. Disana kutemukan kau. Tentu saja dengan kemeja biru yang akan kau pakai di hari pernikahanmu nanti. Ya, kau pernah bilang seperti itu padaku. Saat kita berteman sangat akrab bahkan tanpa rasa risih aku bisa mendorong tubuhmu bahkan menarik-narik tasmu hingga kau hampir jatuh.
Aku bertanya-tanya, apakah kau pernah marah? Tidak, kau berjanji takkan pernah marah, meskipun kesalahanku sudah terlalu banyak dan meskipun aku berbohong. Kau bilang kau takkan pernah marah.
Kawan... bibirku bergetar memanggilmu dengan sebutan itu. Sudah terlalu usang lidahku mengucapkan kata yang hampir bahkan tidak kuucapkan lagi.
Kawan... kau marah sekarang. Kau bahkan tak memberiku celah, kesempatan, bahkan aku masih berharap mendapat dana umum...

Dalam mimpi itu. Kita hanya berjalan berjauhan. Aku seolah bisa mencium aroma khas tubuhmu. Entahlah, hidungku menerjemahkan aroma tubuhmu bukan sebagai wangi ataupun bau. Aroma khas dan itu tak bisa kudeskripsikan dengan kata-kata. Rangkaian kata takkan pernah sempurna mendeskripsikannya.
Aku betah berlama-lama duduk disampingmu tanpa takut hidungku kesakitan menahan bau atau wangi tubuhmu. Aku suka kau yang tak pernah pakai parfum. Aku suka kau yang apa adanya, yang sederhana seperti itu saja.

Tentu saja orang itu bukan KAU, yang membenciku setelah mencintaiku, dia juga bukan KAU, yang memaksakan perasaanmu padaku, dia juga bukan MEREKA. Dia ya dia saja...
Di sampingnya, dalam kenyataan yang juga mimpi, aku bisa menjadi diriku sendiri.

Saat terbangun dari mimpiku, aku baru ingat. Orang itu tak pernah kulihat wajahnya...
hey kemeja biru... aku ingin masuk dalam mimpi dan menemukanmu disana.

Ketemu di blok M yah!



12 April 2011