hingga kurasa bahagia mengakhiri segalanya...
Lirik lagu itu mengantarku menuju alam mimpi. Disana kutemukan kau. Tentu saja dengan kemeja biru yang akan kau pakai di hari pernikahanmu nanti. Ya, kau pernah bilang seperti itu padaku. Saat kita berteman sangat akrab bahkan tanpa rasa risih aku bisa mendorong tubuhmu bahkan menarik-narik tasmu hingga kau hampir jatuh.
Aku bertanya-tanya, apakah kau pernah marah? Tidak, kau berjanji takkan pernah marah, meskipun kesalahanku sudah terlalu banyak dan meskipun aku berbohong. Kau bilang kau takkan pernah marah.
Kawan... bibirku bergetar memanggilmu dengan sebutan itu. Sudah terlalu usang lidahku mengucapkan kata yang hampir bahkan tidak kuucapkan lagi.
Kawan... kau marah sekarang. Kau bahkan tak memberiku celah, kesempatan, bahkan aku masih berharap mendapat dana umum...
Dalam mimpi itu. Kita hanya berjalan berjauhan. Aku seolah bisa mencium aroma khas tubuhmu. Entahlah, hidungku menerjemahkan aroma tubuhmu bukan sebagai wangi ataupun bau. Aroma khas dan itu tak bisa kudeskripsikan dengan kata-kata. Rangkaian kata takkan pernah sempurna mendeskripsikannya.
Aku betah berlama-lama duduk disampingmu tanpa takut hidungku kesakitan menahan bau atau wangi tubuhmu. Aku suka kau yang tak pernah pakai parfum. Aku suka kau yang apa adanya, yang sederhana seperti itu saja.
Tentu saja orang itu bukan KAU, yang membenciku setelah mencintaiku, dia juga bukan KAU, yang memaksakan perasaanmu padaku, dia juga bukan MEREKA. Dia ya dia saja...
Di sampingnya, dalam kenyataan yang juga mimpi, aku bisa menjadi diriku sendiri.
Saat terbangun dari mimpiku, aku baru ingat. Orang itu tak pernah kulihat wajahnya...
hey kemeja biru... aku ingin masuk dalam mimpi dan menemukanmu disana.
Ketemu di blok M yah!
12 April 2011