maret, sapa aku!!!
Maret... sapa aku...
Aku memohon...
Jadikan aku best fren-mu lagi...
Aku merindukan saat-saat kita bersama. Aku merindukan candaan kita. Pesan-pesan yang berisi lagu, saling bersahutan, saling memojokan.
Aku berubah. Tulisanku mulai rapi sedikit. Mulai berkenalan dengan titik koma. Tanda baca dan tanda seru. Lebih banyak tanda tanya dan keraguan.
Kau tak bisa menerima perubahanku. Aku masih aku yang dulu, hanya sedikit merapikan diri. Tidakkah aku terlihat lebih menarik?
Aku mengalami hal-hal menarik belakangan ini. Andai saja kau mau mendengarnya. Kau sudah bosan. Kau sedang berpaling dari cerita-ceritaku.
Tak ada, kawan. Tak ada yang bisa menggantikanmu. Ribuan orang kuceritakan kisah yang sama. Hanya padamu kuceritakan hal luar biasa itu.
Aku ingin mendengar kisahmu. Hal apa saja yang kau lalui di januari-februari itu tanpaku? Kurasa aku melewatkan banyak hal dan kau enggan menceritakannya padaku.
Aku ingin mendengarnya. Melihat semangat tanganmu yang bergerak mereka adegan untukku. Merasakan hal spektakuler yang terjadi melalui urat nadimu.
Tuhan... aku melewatkan banyak hal. Bawa Maret padaku, buat dia menyapaku! Kumohon... jadikan aku best-frennya lagi... seperti tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya.. Kumohon...
24 Februari 2011
Aku memohon...
Jadikan aku best fren-mu lagi...
Aku merindukan saat-saat kita bersama. Aku merindukan candaan kita. Pesan-pesan yang berisi lagu, saling bersahutan, saling memojokan.
Aku berubah. Tulisanku mulai rapi sedikit. Mulai berkenalan dengan titik koma. Tanda baca dan tanda seru. Lebih banyak tanda tanya dan keraguan.
Kau tak bisa menerima perubahanku. Aku masih aku yang dulu, hanya sedikit merapikan diri. Tidakkah aku terlihat lebih menarik?
Aku mengalami hal-hal menarik belakangan ini. Andai saja kau mau mendengarnya. Kau sudah bosan. Kau sedang berpaling dari cerita-ceritaku.
Tak ada, kawan. Tak ada yang bisa menggantikanmu. Ribuan orang kuceritakan kisah yang sama. Hanya padamu kuceritakan hal luar biasa itu.
Aku ingin mendengar kisahmu. Hal apa saja yang kau lalui di januari-februari itu tanpaku? Kurasa aku melewatkan banyak hal dan kau enggan menceritakannya padaku.
Aku ingin mendengarnya. Melihat semangat tanganmu yang bergerak mereka adegan untukku. Merasakan hal spektakuler yang terjadi melalui urat nadimu.
Tuhan... aku melewatkan banyak hal. Bawa Maret padaku, buat dia menyapaku! Kumohon... jadikan aku best-frennya lagi... seperti tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya.. Kumohon...
24 Februari 2011
marah
Kau menatapku dengan sinis. Bibirmu bergetar ingin mengucapkan banyak kata. Namun tertahan tepat di belakang gigi serimu. Kau ingin menghujamku dengan kata-kata kasar, aku mengerti. Kau ingin melemparku dengan helm di tanganmu, aku tahu.
Aku tetap berdiri di hadapanmu. Bukan tak takut menghadapi kata-kata kasar atau helmmu. Aku takut. Aku takut hatiku terluka. Aku takut limpung setelah kau benturkan helmmu di pelipisku. Tapi aku masih tetap berdiri di hadapanmu.
"Hey!" Kataku. "Denger ya, KAU itu ga tau aku bahagia atau engga. Aku ga peduli kau benci sama aku. Aku juga ga pernah minta kau untuk suka sama aku."
"Makan hati, sadar ga?!"
"Emangnya aku peduli? Yang harus kamu tau, aku cukup bahagia kayak gini. Dari awal aku ga begitu peduli tentang perasaan kau. Kau pikir aku mau mohon-mohon untuk kau? Jangan kebanyakan mimpi!"
Akupun meninggalkanmu. Bukan tak menyayangimu. Kita bertahun-tahun bersama. Sesekali, kau harus belajar. Bahwa yang bisa marah bukan cuma KAU! Yang punya emosi dan harga diri itu bukan cuma KAU!
Bertahun-tahun kita bersama. Aku selalu diem tiap kali kau marah. Aku diem tiap kali kau ngomong. Aku yang selalu nyempet-nyempetin diri untuk ngobrol sama kau.
Kali ini, giliran aku yang marah!
"Aku juga punya hati! Aku juga bisa marah! Ga cuma kau doang."
Aku tetap berdiri di hadapanmu. Bukan tak takut menghadapi kata-kata kasar atau helmmu. Aku takut. Aku takut hatiku terluka. Aku takut limpung setelah kau benturkan helmmu di pelipisku. Tapi aku masih tetap berdiri di hadapanmu.
"Hey!" Kataku. "Denger ya, KAU itu ga tau aku bahagia atau engga. Aku ga peduli kau benci sama aku. Aku juga ga pernah minta kau untuk suka sama aku."
"Makan hati, sadar ga?!"
"Emangnya aku peduli? Yang harus kamu tau, aku cukup bahagia kayak gini. Dari awal aku ga begitu peduli tentang perasaan kau. Kau pikir aku mau mohon-mohon untuk kau? Jangan kebanyakan mimpi!"
Akupun meninggalkanmu. Bukan tak menyayangimu. Kita bertahun-tahun bersama. Sesekali, kau harus belajar. Bahwa yang bisa marah bukan cuma KAU! Yang punya emosi dan harga diri itu bukan cuma KAU!
Bertahun-tahun kita bersama. Aku selalu diem tiap kali kau marah. Aku diem tiap kali kau ngomong. Aku yang selalu nyempet-nyempetin diri untuk ngobrol sama kau.
Kali ini, giliran aku yang marah!
"Aku juga punya hati! Aku juga bisa marah! Ga cuma kau doang."
23 Februari 2011
berbalik
Dia bilang aku berubah, dia tak mengenaliku lagi sejak aku memaafkannya. Aku tersenyum. Ternyata tak hanya mereka yang menyadari perubahanku. Kau juga. Padahal aku hanya banyak diam dan memperhatikan. Tertawa bersama sesuatu yang membahagiakanku dan memilih untuk tak menganggap ada masyarakat kuno itu. Begitu mudah kan? Aku hanya berbalik.
Aku berbalik dari dunia yang menjemukan. Aku tak peduli suara riuh di belakangku yang bilang aku harus berbalik. Aku bukan Socrates yang bisa dengan mudah mati. Meneguk racun dengan tanganku? Lebih baik kusembur dulu racun itu ke muka-Mu.
Aku berbalik. Dari yang tak bisa memaafkanmu, berubah menjadi memaafkanmu. Mengerti bahwa kau memang si manusia yang tak tahu diri dan aku adalah manusia yang malang saat itu. Aku bermain dengan cahaya yang kau bawa, kemudian saat tersadar itu api, api itu sudah melalap pakaianku.
Aku berbalik.
16 Februari 2011
"Apa ini kehidupan kamu di luar?"
"Emangnya kenapa?"
"Aku cuma bisa liat kamu senyum dan ketawa sama beberapa orang yang masih bisa diitung pake jari. Aku kira kamu ga bisa senyum."
"Aku memang sengaja. Aku hanya ingin membagi senyum pada orang-orang tertentu."
"Jadi ini kamu?"
"Ya, di luar dinding, di luar kertas-kertas HVS, di luar buku bersampul pelangi... inilah aku."
"Bukankah aku juga temanmu?"
Aku berbalik dari dunia yang menjemukan. Aku tak peduli suara riuh di belakangku yang bilang aku harus berbalik. Aku bukan Socrates yang bisa dengan mudah mati. Meneguk racun dengan tanganku? Lebih baik kusembur dulu racun itu ke muka-Mu.
Aku berbalik. Dari yang tak bisa memaafkanmu, berubah menjadi memaafkanmu. Mengerti bahwa kau memang si manusia yang tak tahu diri dan aku adalah manusia yang malang saat itu. Aku bermain dengan cahaya yang kau bawa, kemudian saat tersadar itu api, api itu sudah melalap pakaianku.
Aku berbalik.
16 Februari 2011
aku mencintai-Mu, -Nya, Dia dan Mereka
Aku menunggu-Mu mengucapkan satu kata. Satu kata yang akan mengubah semua penilaianku. Tapi diri-Mu tak kunjung mengatakannya. Maka aku akan menunggu. Karena aku tak mau jadi jas hujan pengganti payung-Mu yang hilang.
Aku membutuhkan setengah jiwa, pelengkapku. Aku berharap diri-Nya. Tapi dia justru membutuhkanku mengisi segala kekosongan-Nya. Aku tak mau. Aku ingin mendapatkan kesempurnaan, bukan kehilangan diriku. Sungguh.
Aku lemah. Mengapa aku harus mencintai seseorang yang lebih lemah dariku? Aku ingin Dia kuat, agar bisa menjadi penopangku. Untuk apa aku menjadi pelindung jika aku sendiri harus melindungi diriku sendiri? Dan untuk apa Dia melindungkiku sedangkan Dia sendiri tak sanggup melindungi diri Dia sendiri?
Mereka ingin aku mencintai Mereka. Mereka tak begitu peduli tentang apa yang sebenarnya kuinginkan. Mungkin aku ini boneka bagi Mereka. Yang bisa Mereka miliki kemudian ketika bosan mereka buang. Aku berharap bisa jadi boneka yang diam saja. Sayangnya aku boneka seperti yang ada di dalam pikiran Mereka. Aku juga punya tujuan. Aku juga punya perasaan.
Ketika -Mu, -Nya, Dia dan Mereka mencintaiku. Aku merasa, kalian seharusnya mendaftarkan diri sebagai pembantuku, bukan pendampingku...
Aku membutuhkan setengah jiwa, pelengkapku. Aku berharap diri-Nya. Tapi dia justru membutuhkanku mengisi segala kekosongan-Nya. Aku tak mau. Aku ingin mendapatkan kesempurnaan, bukan kehilangan diriku. Sungguh.
Aku lemah. Mengapa aku harus mencintai seseorang yang lebih lemah dariku? Aku ingin Dia kuat, agar bisa menjadi penopangku. Untuk apa aku menjadi pelindung jika aku sendiri harus melindungi diriku sendiri? Dan untuk apa Dia melindungkiku sedangkan Dia sendiri tak sanggup melindungi diri Dia sendiri?
Mereka ingin aku mencintai Mereka. Mereka tak begitu peduli tentang apa yang sebenarnya kuinginkan. Mungkin aku ini boneka bagi Mereka. Yang bisa Mereka miliki kemudian ketika bosan mereka buang. Aku berharap bisa jadi boneka yang diam saja. Sayangnya aku boneka seperti yang ada di dalam pikiran Mereka. Aku juga punya tujuan. Aku juga punya perasaan.
Ketika -Mu, -Nya, Dia dan Mereka mencintaiku. Aku merasa, kalian seharusnya mendaftarkan diri sebagai pembantuku, bukan pendampingku...
11 Februari 2011
Langganan:
Postingan (Atom)