batu cinta Maryah

Namanya Maryah, seorang gadis dengan perawakan tubuh ramping namun tak terlalu tinggi. Senyumnya manis, berkesan sangat anggun ketika dia bicara atau berjalan. Gelengan kepalanya, anggukan kepalanya, saat dia mengangkat bahu, semua orang pasti terpukau. Matanya bening, memancarkan ketulusan namun membelenggu jutaan makna dalam tiap kedipan matanya.

Maryah juga adalah gadis yang pintar, dia selalu menjadi juara kelas saat dia masih SD, SMP, dan SMA, bahkan di kuliahan diapun menjadi ketua Senat Mahasiswa dan memiliki prestasi yang gemilang. Semua orang menyukainya, tapi aku tak terlalu menyukai Maryah, bukan karena dia cantik dan aku tidak, bukan juga karena dia memiliki seorang tunangan tampan dan aku masih jomblo. Sejak pertama bertemu dengannya, hatiku bergemuruh untuk membencinya, untuk menghindarinya daripada berteman dengannya.

Aku selalu mengikuti firasat yang kadang terkesan konyol dan tidak masuk akal. Aku meminta maaf atas kekhilafanku yang tak mampu meredam rasa kebencian dalam dadaku saat bertemu dengannya. Maaf sekali.

Waktu itu hari kamis, saat sahabatku bilang bahwa Maryah kini bertunangan dengan pacarnya. Aku seolah menelan biji salak dan tertahan di tenggorokanku, hingga aku tak mampu berkomentar apa-apa selama sahabatku itu bercerita. Kepalaku dipenuhi amarah, seolah si Maryah ini juga telah merebut pacarku. Ingin rasanya aku menghampiri si Maryah dan mulai mencaci kelakuannya, bagaimana mungkin dia menyakiti perasaan sahabatku, seorang wanita dan diapun seorang wanita?

Kudinginkan kepalaku sambil mendengar cerita, beberapa hari aku mencari tahu tentang pertunangan mereka, akhirnya kudapati informasi bahwa si Maryah ini mendekati pacar sahabatku pelan-pelan dan membuatnya berpaling hati. Muaklah sudah aku pada si Maryah. Biasanya aku masih ingin menerima senyumnya saat berpapasan denganku, namun kini aku sedang sangat membencinya dan tak ingin melihat wajahnya.

Maryah menghampiriku di suatu sore, aku sudah berjalan meninggalkannya tapi dia tetap mengejarku, dia bertanya tentang kemarahanku, aku tentu tak mampu membeberkan cerita pedih sahabatku itu, maka kutanya dia tentang tunangannya.

Lama sekali aku berbincang dengannya. Dia bercerita bahwa dia sudah menyukai si pacar sahabatku itu sejak lama, dan sengaja mendekatinya meskipun tahu dia telah memiliki pacar. Kemudian dia dengan sengaja mengajak si pacar sahabatku itu menemui orang tuanya dan bilang bahwa si pacar sahabatku itu melamarnya.

"Kau gila!" Teriakku saat mendengar ceritanya. Dia mulai menangis dan meratap, bahwa dia tak mampu hidup tanpa si pria itu. Aku tertawa saat mendengar penjelasan bodohnya. "Kau seperti anak kecil! Menginginkan sesuatu yang bukan milikmu! Mencuri sesuatu milik orang lain!"

Dia kemudian bercerita bahwa dia telah menuliskan nama si pacar sahabatku itu di atas batu cinta, dimana nama yang tertulis disana akan terikat selamanya. Aku semakin geli mendengar penjelasan Maryah. Luntur sudah semua rasa benci dalam hatiku, hanya rasa kasihan yang mendalam yang tersisa.

"Aku hanya manusia biasa..." Katanya sambil terisak.

"Kau bukan manusia, kau tak berhati, tak berotak! Kau pencuri kecil..."

Aku merasa beruntung, aku tak pernah menginginkan sesuatu yang bukan menjadi milikku, dan meskipun prestasiku biasa saja, aku tak pernah kehilangan akal sehatku, dan bahkan meskipun aku memiliki fisik yang menarik, aku tak pernah kehilangan hati nuraniku...

Ah Maryah, kau ini malang atau sangat beruntung?







19 september 2010
untuk Sinay, tidakkah kau malu mengakui bahwa kau menginginkan kekasih orang lain dan kau menuliskannya diatas batu cinta?

0 komentar:

Posting Komentar