pelet

Menyedihkan mendengar pacarku dituduh mempelet seorang gadis, gadis itu masih sahabatku sendiri. Aku ingin memaki. Aku ingin membela. Apa yang terjadi bukan seperti itu! Tapi pacarku bilang, "jangan, biarin aja orang lain mau ngomong apa juga, yang jelas yang tau kejadian benernya kayak gimana cuma aku, kamu, Tuhan sama dia aja".
2011 percaya sama pelet? Astaghfirullah, udah gak punya Tuhan yah Neng? Bahkan percayanya itu sama orang yang baru dikenal. Gak sekalian aja main lotere?

"Aku punya cerita menarik buat kamu, sayang." Kata pacar aku di perjalanan mau ke LA. "Apa?" Tanyaku. "Jadi gini, bla bla bla, cewek itu minta ketemu, bla bla bla, terus katanya dia itu bla bla bla. Sama kalung tasbeh aku, bla bla bla." Kata pacarku sambil tertawa. "Siniin weh lah kalung tasbehnya aku yang simpen. Kalo dia masih ngomongin Kakak, berarti dia yang kepelet sendiri sama tingkahnya." kataku.

Jujur saja aku kecewa. Kemana aku harus berpihak? Pacar atau sahabat? Dua-duanya adalah orang yang sangat kusayangi. Pacarku semakin tak ingin bicara, bahkan tak mau lagi membahas masalah menjijikan itu. Di sisi lain, sahabatku itu justru berkoar dalam berbagai media, menceritakan kepedihannya dan menceritakan tentang dia yang terkena pelet. Lalu, apa fungsi shalatnya selama ini?
Sikap-sikap yang tidak terjaga kadang membuatku muak. Harusnya dari awal kuceritakan bahwa aku sudah memiliki pria itu, jadi si gadis itu takkan bisa bergerak semaunya untuk menjelek-jelekkan pacarku. Tapi bagaimana pun, aku sangat menyayangi sahabatku itu. Aku tahu pedihnya, aku tahu sakitnya ditinggalkan tanpa ada penjelasan. Penjelasan itu ada di lidahku, tapi aku dijatuhi sumpah untuk diam oleh pacarku. Begitu pun oleh sahabatku.

Entah kau akan membaca ini atau tidak, tapi kawan, sesungguhnya jika L adalah cintamu, mantan yang takkan tergantikan oleh siapa pun, mengapa kau masih mengejar yang lain? Berbahagialah, karena itulah doaku setiap hari untukmu, saudaraku...